Kebiasaan merokok Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Vital Paru pada Pekerja

Yunus 1997 mengatakan asap rokok meningkatkan risiko timbulnya penyakit bronchitis dan kanker paru, untuk itu tenaga kerja hendaknya berhenti merokok bila bekerja pada tempat yang mempunyai risiko terjadi penyakit tersebut. Beberapa penelitian tentang bahaya merokok terhadap kesehatan dan gangguan ventilasi paru dikemukakan oleh Mangesiha dan Bakele 1998 terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dan gangguan saluran pernafasan. Adapun untuk mengukur derajat berat merokok biasanya dilakukan dengan menghitung derajat berat merokok Indeks Brinkman, yaitu perkalian antara jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap setiap hari kemudian dikalikan dengan lama merokok dalam tahun PDPI, 2001. Nilai yang dihasilkan dari perhitungan tersebut akan dimasukkan kedalam tiga kategori yaitu: a. Ringan : 0-200 b. Sedang : 200-600 c. Berat : 600

6. Kebiasaan Olahraga

Kebiasaan olah raga dapat membantu meningkatkan fungsi paru. Individu yang mempunyai kebiasaan olah raga memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik Penelitian Schenker et al 2004 pada pekerja pertanian di Kosta Rika menunjukkan bahwa pekerja yang mempunyai tingkat kesegaran jasmani yang baik, dapat menjadi faktor protektif terhadap penurunan fungsi paru. Sementara itu penelitian Debray et al 2002 di India pada pekerja yang terpapar debu juga menunjukkan bahwa hasil yang sama. Kebiasaan berolahraga akan menimbulkan Force Vital Capacity FVC seperti yang terjadi pada seorang atlet FVC akan meningkat 30 sampai dengan 40 Talini, 1998. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khumaidah 2009 terdapat hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital paru. Menurut Wilmore 1994 secara umum olah raga akan meningkatkan total fungsi paru. Pada banyak individu yang melakukan olah raga secara teratur maka kapasitas fungsi paru akan meningkat meskipun hanya sedikit, tetapi pada saat yang bersamaan residual volume atau jumlah udara yang tidak dapat berpindah atau keluar dari paru akan menurun. Selanjutnya untuk meningkatkan kapasitas fungsi paru, olah raga yang dilakukan hendaknya mempehatikan 3 hal, yaitu mode atau jenis olah raga, frekuensi dan durasinya Budiono, 2007. a. Jenis olahraga Secara umum aktivitas yang terdapat dalam kegiatan olahraga terdiri dari kombinasi 2 jenis aktivitas, yaitu aktivitas yang bersifat aerobik dan anaerobik. Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi, sehingga akan bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen agar proses pembakaran sumber energi dapat berjalan dengan sempurna. Aktivitas ini biasanya merupakan aktivitas olahraga dengan intensitas rendah-sedang yang dapat dilakukan secara kontinyu dalam waktu yang cukup lama seperti jalan kaki, senam, bersepeda atau juga jogging Irawan, 2007. Sedangkan aktivitas anaerobik adalah merupakan aktivitas yang dimana kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi oleh seluruh anggota tubuh seperti angkat besi, lari sprint 100 m, tenis lapangan dan bulu tangkis. Menurut Giam 1996 dalam ilmu kedokteran olahraga terdapat perbedaan dalam tingkat dan komponen-komponen kebugaran fisik yang ditingkatkan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.3 Aktifitas FisikKegiatan Olahraga No. Aktivitas Kebugaran Aerobik 1 Senam Sangat baik 2 Bulutangkis Sangat baik 3 Basket Sangat baik 4 Binaraga Minimal 5 Bowling Minimal 6 Bersepeda Sangat baik 7 Golf 18 hole Minimal 8 Jogginglari Sangat baik 9 Beladiri Baik 10 Sepak takraw Baik 11 Sepak bola Sangat baik 12 Berenang Sangat baik 13 Tenes meja Baik 14 Tenes Baik 15 Bola volley Baik 16 Berjalan Baik Catatan: Kebugaran aerobik : kebugaran dari paru, jantung dan peredaran darah. Kebiasaan berolahraga tersebut dilakukan 3-5 kali seminggu. Sumber : Giam.C.K, Teh.K.C. Ilmu Kedokteran Olahraga, Binarupa Aksara, Jakarta,1996 Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa olahraga yang sangat baik untuk pernapasan adalah senam, bulu tangkis, basket, bersepeda, jogging, sepak bola dan renang. Di negara berkembang seperti Indonesia, senam dan jogging merupakan pilihan paling tepat karena jauh lebih murah, mudah dan berguna untuk memperkuat otot pernapasan.