31
ditanamkan oleh orang tua mulai memudar. Pandangan mereka mengenai konsep benar dan salah dipengaruhi oleh pandangan situasi yang
mengikutinya. 5.
Perkembangan emosi Perkembangan emosi anak sangat dipengaruhi oleh pergaulannya.
Dalam pergaulannya anak belajar untuk mengungkapkan emosi yang dirasakan dengan cara yang tepat dan mengendalikan emosi yang kurang
baik. Ciri-ciri emosi pada anak yaitu: a.
emosi yang dirasakan oleh anak-anak hanya berlangsung sebentar. b.
emosi anak kuat, misalnya saat anak marah ia akan terlihat marah sekali.
c. emosi anak mudah berubah, misalnya saat anak menangis dalam
waktu yang singkat ia sudah bisa tertawa. d.
emosi anak nampak berulang-ulang, misalnya sering menangis, sering marah, dan sebagainya.
e. respon emosi anak berbeda-beda, misalnya pada sebuah situasi yang
sama ada anak yang takut, tertawa, menangis, dan sebagainya. f.
emosi anak dapat dilihat dari tingkah lakunya. g.
emosi anak mengalami perubahan kekuatannya, misalnya di dalam kelas ada siswa yang malu-malu dalam mengungkapkan pendapatnya,
tetapi lama kelamaan ia menjadi berani. h.
ungkapan emosi anak berubah-ubah, misalnya saat menginginkan mainan, jika tidak diberikan anak akan marah, namun setelah
diberikan anak akan merasa senang.
32
6. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan di sekitarnya. Anak mulai memahami diri dan perubahan
dalam perkembangan gender dan moral.
F. Penilaian Keterampilan Berbicara di Sekolah Dasar
Kegiatan penilaian memiliki peran penting dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Penilaian dalam pembelajaran bertujuan untuk mengetahui hasil
belajar siswa sudah sesuai dengan tujuan atau tidak. Oleh karena itu, penyusunan alat yang digunakan dalam kegiatan penilaian harus didasarkan
pada tujuan yang telah ditetapkan agar dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan.
Pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam kegiatan berbicara menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Untuk itu diperlukan alat penilaian yang dapat mengungkap keterampilan berbicara siswa dengan baik, sehingga
diharapkan alat penilaian tersebut dapat menilai komponen-komponen dalam keterampilan berbicara siswa.
Nurgiyanto Suprawoto Sunardjo, 2009 aspek yang digunakan dalam penilaian berbicara adalah skala penilaian yang digunakan 0-10. Aspek tersebut
meliputi: 1 keakuratan informasi, 2 hubungan antarformasi, 3 ketepatan
struktur dan kosa kata, 4 kelancaran, 5 kewajaran, dan 6 gaya pengucapan. Untuk masing-masing butir penilaian tidak harus selalu
sama bobotnya, bergantung pada apa yang menjadi fokus penilaian pada saat itu. Yang penting, jumlah semua bobot penilaian 10 atau 100
sehingga mempermudah mendapatkan nilai akhir, yaitu jumlah nilai x bobot : 10 atau 100. Misalnya: butir 1, keakuratan informasi berbobot
33
20, butir 2, hubungan antarinformasi berbobot 15, butir 3, ketepatan struktur berbobot 20, butir 4, kelancaran berbobot 15, butir 5, kewajaran
urutan wacana berbobot 15, butir 6, gaya pengucapan berbobot 15.
Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati Zuchdi 19981999: 244 menyarankan penilaian terhadap keterampilan berbicara berdasarkan aspek kebahasaan dan
nonkebahasaan. Senada dengan Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati Zuchdi,
Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S 1991:86-93 berpendapat bahwa penilaian keterampilan berbicara didasarkan pada faktor penunjang keefektifan yaitu
faktor kebahasaan dan non kebahasaan. Selain itu, dijelaskan pula garis besar pelaksanaan penilaian keterampilan berbicara sebagai berikut.
1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan kegiatan
berbicara secara individual atau kelompok dalam waktu tertentu. 2.
Guru menentukan faktor-faktor yang dinilai dan diamati. 3.
Siswa yang tidak mendapatkan giliran berbicara diberikan tugas mengamati berdasarkan pedoman penilaian.
4. Guru dan siswa aktif mengamati kegiatan siswa yang sedang
berbicara. 5.
Selesai berbicara para pengamat mengemukakan komentarnya. Guru juga aktif memberikan komentar atau masukan untuk melakukan
pembenahan kesalahan siswa. Penilaian pada penelitian ini
mengacu pada pendapat Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati Zuchdi tersebut dijabarkan pada kisi-kisi sebagai berikut.
34
Tabel 1. Kisi-Kisi Penilaian Keterampilan Berbicara No
Aspek yang dinilai Skor
maksimal
A. Kebahasaan
1. Tekanan
10 2.
Ucapan 8
3. Nada dan Irama
10 4.
Kosa kataungkapan atau diksi 10
5. Struktur kalimat yang digunakan
10
B. Nonkebahasaan
1. Kelancaran
10 2.
Penguasaan materi 18
3. Keberanian
10 4.
Keramahan 8
5. Sikap
6 Skor maksimal
100 Modifikasi dari peneliti berdasarkan pendapat Ahmad Rofi’udin dan
Darmiyati Zuchdi, 19981999: 244
G. Kerangka Pikir
Berbicara merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan dengan bahasa lisan sebagai media untuk mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan
pikiran, gagasan, serta perasaan. Berbicara di dalam kelas menjadi hal yang sulit untuk anak-anak, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah kurangnya rasa percaya diri siswa dan kurang berlatih keterampilan berbahasa. Keterampilan berbicara tidak bisa didapatkan dengan hanya
membaca atau mendengarkan penjelasan guru, namun perlu adanya latihan secara terus menerus agar kemampuannya meningkat.
Metode pembelajaran role playing memberikan kesempatan yang lebih luas kepada siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Melalui
kegiatan ini siswa akan berlatih berbicara di depan teman-temannya, yang akan menumbuhkan rasa percaya diri siswa ketika berbicara di depan umum,
melatih kemampuan mengekspresikan ide dan berkomunikasi dengan orang
35
lain. Selain itu siswa juga akan dijauhkan dari rasa bosan dengan kegiatan yang menarik ini, sehingga ilmu yang diserap akan semakin banyak.
Gambar 1. Skema Alur Kerangka Pikir
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penggunaan metode role playing dapat meningkatkan proses
pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas V SDN Wonosari 4.
2. Penggunaan metode role playing dapat meningkatkan hasil
proses pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas V SDN Wonosari 4.
Pelaksanaan Tindakan
Kondisi Awal
Kondisi Akhir
1. Siswa kurang aktif dan partisipatif
dalam pembelajaran 2.
Keterampilan berbicara siswa rendah
1. Tindakan penelitian: Pembelajaran
keterampilan berbicara menggunakan metode role playing
1. Siswa berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran 2.
Keterampilan berbicara siswa meningkat