Pelaksanaan Tindakan Siklus II
67
angka tujuh. Guru mengkondisikan siswa agar berkumpul bersama kelompoknya, kemudian membimbing siswa dalam menentukan
peran dalam kelompoknya. Guru memberikan pendapat dan mengarahkan siswa dalam memilih peran. Siswa diberikan
penguatan pengetahuan
tentang aspek
kebahasaan dan
nonkebahasaan, namun pada siklus II penjelasan lebih ditekankan pada aspek tekanan, nada dan irama, kelancaran, dan penguasaan
materi, serta menambahkan penggunaan bahasa tubuh dan mimik muka.
Guru kemudian memberikan contoh peragaan kepada siswa dengan membaca naskah jasa Jenderal Soedirman terhadap bangsa.
Setelah melihat contoh yang diberikan guru siswa berlatih memainkan peran bersama kelompoknya masing-masing. Guru
mengkondisikan kelas agar tetap tenang dalam berlatih, siswa diminta untuk tidak bersuara terlalu keras. Guru memberi
kesempatan siswa untuk bertanya, namun tidak ada siswa yang bertanya terkait dengan materi.
c Kegiatan Akhir
Guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan. Pada pertemuan pertama, kegiatan pembelajaran berjalan
dengan lancar. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar berlatih dengan tekun untuk mengasah kemampuan berbicaranya.
Kegiatan berikutnya
guru mengkondisikan
siswa sebelum
mengakhiri kegiatan, dan mempersilahkan siswa untuk istirahat.
68
2 Pertemuan 2
Pelaksanaan pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 10 November 2015. Pertemuan kedua berlangsung selama
±70 menit atau 2 jam pelajaran, dimulai pukul 07.00-08.10. a
Kegiatan Awal Kegiatan diawali dengan berdoa bersama yang dipimpin oleh
salah satu siswa. Guru mengkondisikan siswa agar siap mela
ksanakan kegiatan. Guru bertanya kepada siswa, “anak-anak apa saja yang telah kita pelajari kemarin?”, siswa menjawab, “jasa
Jenderal Soedirman pak.” Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru yaitu, memerankan tokoh drama dengan
lafal, intonasi, dan ekspresi dengan tepat dan mengungkapkan pikiran secara lisan.
b Kegiatan Inti
Guru bersama siswa mengatur setting ruang kelas untuk kegiatan role playing. Meja dan kursi siswa diatur mengelilingi kelas
membentuk huruf U, agar mendapatkan ruang yang lebar ditengah kelas sehingga nyaman untuk kegiatan role playing. Guru dan siswa
berdiskusi tentang materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Selain itu guru juga menekankan kembali penjelasan
tentang aspek kebahasaan dan nonkebahasaan, terlebih pada aspek tekanan, nada dan irama, kelancaran, dan penguasaan materi.
Siswa menyiapkan nomor dada dan melakukan latihan bersama kelompok masing-masing. Guru membimbing dengan
69
mendengarkan dan mengarahkan siswa berbicara sesuai dengan kriteria
yang diharapkan
pada setiap
kelompok. Guru
mempersilahkan siswa dengan sukarela tampil mengawali kegiatan sampai semua kelompok tampil. Guru dan siswa berdiskusi setiap
satu kelompok selesai tampil. Siswa memberikan masukan kepada kelompok lain sebagai bahan perbaikan untuk penampilan
selanjutnya. Pendapat yang disampaikan oleh siswa adalah kurang terlihatnya ekspresi yang ditunjukkan siswa dalam memerankan
tokoh, suara yang kurang keras, dan ada sebagian siswa yang kurang serius dalam memerankan tokoh. Siswa dan guru membuat
kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi
yang belum dipahami. Pada kesempatan ini tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan.
4. Kegiatan Akhir
Guru melakukan refleksi tentang materi pembelajaran yang telah dilakukan. Kegiatan sudah berjalan dengan lancar, meskipun
ada satu kelompok yang mengalami masalah karena ada siswa yang berganti-ganti tokoh yang akan diperankan. Guru menyampaikan
masukan kepada siswa agar bekerjasama dengan kelompoknya dengan baik dan menepati kesepakatan yang telah dibuat. Guru
memberikan motivasi kepada siswa agar giat berlatih dan belajar untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan kerjasama
70
kelompoknya. Kegiatan diakhiri dengan mengkondisikan siswa untuk beralih ke mata pelajaran berikutnya.
3 Pertemuan 3
Pertemuan ketiga pada siklus II dilaksanakan pada hari Rabu 11 November 2015 pukul 08.10-09.20. Kegiatan di pertemuan ketiga
ini berlangsug selama 70 menit atau 2 jam pelajaran. a
Kegiatan Awal Guru memulai kegiatan dengan mengkondisikan siswa dan
memeriksa kesiapan
siswa. Guru
menyampaikan tujuan
pembelajaran pertemuan ketiga yaitu, memerankan tokoh drama dengan
lafal, intonasi,
dan ekspresi
dengan tepat
dan mengungkapkan pikiran secara lisan. Guru mengajak siswa untuk
berdiskusi tentang materi yang diperoleh pada pertemuan sebelumnya.
b Kegiatan Inti
Meja dan kursi kelas tidak dirubah posisinya dari pertemuan sebelumnya, sehingga tidak perlu diatur ulang. Guru menyampaikan
kekurangan penampilan yang terjadi pada pertemuan sebelumnya seperti, kurangnya kerjasama kelompok dan kurang kerasnya suara
saat berbicara. Siswa diminta untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran ketiga dengan memperhatikan kekurangan tersebut.
Siswa berlatih bersama kelompok masing-masing dengan bimbingan guru. Guru menanyakan apakah ada siswa yang bersedia tampil
untuk pertama kali. Beberapa kelompok secara sukarela ingin tampil
71
pertama, akhirnya guru memilih salah satu kelompok untuk mengawali penampilan. Setiap kelompok yang selesai tampil, guru
dan siswa berdiskusi untuk memberikan masukan kepada kelompok yang tampil.
Guru meminta siswa untuk menyampaikan pendapat, menyebutkan materi apa saja yang telah dipelajari. Siswa diberi
kesempatan untuk menanyakan materi yang belum dimengerti, namun tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan, siswa hanya
menanyakan apakah pembelajaran yang dilakukan tersebut masih akan diadakan atau tidak. Setelah itu guru meminta siswa untuk
mengungkapkan pendapatnya tentang cerita dari naskah role playing apabila diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Siswa berpendapat,
“seperti kata Mirza pak, memperjuangkan kemerdekaan.”, “belajar pak”.
c Kegiatan Akhir
Guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Secara umum pembelajaran sudah berjalan dengan baik.
Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa agar terus belajar
dan berlatih
untuk mengembangkan
keterampilan berbicaranya setiap hari. Guru mengakhiri kegiatan dengan
mengucap salam dan mempersilahkan siswa untuk istirahat.
72
c. Pengamatan observasi Siklus II
Pengamatan dilakukan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dari lembar observasi guru dan siswa serta
lembar penilaian keterampilan berbicara. a
Aktivitas Guru Berdasarkan hasil pengamatan guru sudah menerapkan langkah-
langkah role playing dengan baik. Langkah-langkah tersebut diterapkan guru secara bertahap selama tiga kali pertemuan. Langkah-langkah
tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut. Guru memberikan apersepsi terkait dengan tema kepahlawanan
untuk mengawali kegiatan. Guru menghubungkan materi dengan peringatan hari pahlawan. Pengetahuan tentang metode role playing
dijelaskan kembali oleh guru agar siswa mengingat dan memahami kegiatan yang akan dilaksanakan. Kemudian guru membimbing siswa
berdiskusi terkait dengan materi yaitu jasa Jenderal Soedirman terhadap bangsa.
Guru kemudian membagikan naskah role playing berjudul “Jasa
Jenderal Soedirman Terhadap Bangsa”, kemudian mengajak siswa untuk berdiskusi mempelajari karakter masing-masing tokoh. Selanjutnya guru
membagi kelas menjadi tujuh kelompok dengan cara berhitung. Pada siklus kedua urutan berhitung dimulai dari siswa paling depan kanan.
Siswa yang menyebutkan angka yang sama menjadi satu kelompok. Kegaduhan yang terjadi pada siklus I karena siswa berebut peran tidak
terjadi pada siklus II karena pembagian kelompok dilakukan setelah
73
pembahasan tokoh. Setelah kelompok terbentuk guru membimbing setiap kelompok dalam menentukan peran. Kemudian guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berlatih bersama kelompoknya. Guru juga sudah memberi contoh kegiatan role playing kepada siswa agar
siswa lebih paham bagaimana menghayati sebuah peran. Kegiatan role playing pada siklus II berjalan lancar. Guru
memfasilitasi siswa untuk menampilkan peranannya dengan baik diantaranya, memberikan kesempatan kepada siswa secara sukarela
tampil pertama, membimbing siswa dalam berdiskusi mengevaluasi setiap kelompok yang tampil, memberikan motivasi kepada siswa agar
lebih giat belajar dan berlatih, serta mengkondisikan kelas agar nyaman untuk kegiatan role playing. Selain itu guru juga sudah memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami. Diakhir kegiatan guru membimbing siswa untuk menarik
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari dan menghubungkan materi dengan kehidupan disekitar siswa.
b Aktivitas Siswa
Hasil observasi siswa pada siklus II menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran cukup aktif dan antusias. Suasana
gaduh yang terjadi pada siklus I tidak terulang pada siklus II karena guru melakukan pembagian kelompok setelah pembahasan naskah, sehingga
siswa belum tahu siapa saja teman satu kelompoknya dan tidak saling berteriak membagi peran. Siswa juga sudah mau menerima siapapun
yang menjadi anggota kelompoknya.
74
Secara umum kegiatan siklus II sudah berjalan lancar. Dalam pelaksanaan kegiatan role playing, setiap kelompok secara bergantian
tampil dengan sukarela dan tertib. Sebagian besar siswa sudah mampu menguasai aspek-aspek yang menjadi penilaian keterampilan berbicara.
Siswa mampu berbijara dengan jelas, dengan suara yang dapat didengar oleh seluruh siswa, siswa mampu memerankan tokoh dengan nada dan
irama disertai dengan bahasa tubuh yang sesuai. Walaupun masih ada siswa yang sulit dikondisikan. Seperti pada pertemuan kedua saat
kegiatan role playing sudah dimulai ada satu kelompok yang tidak mau tampil karena salah satu siswa selalu mengatur dan berganti-ganti peran
sehingga teman yang lainnya menjadi bingung. Namun guru mampu mengkondisikan masalah tersebut dengan meminta kelompok tersebut
tampil dengan peran sesuai dengan kesepakatan awal. Siswa cukup aktif dalam memberikan tanggapan dan masukan
untuk teman-temannya. Sebagian siswa berani memberikan komentar dan alasannya ketika guru menunjuk beberapa siswa untuk memberikan
tanggapan. Siswa juga terlibat aktif saat guru mengajak siswa untuk berdiskusi menyimpulkan materi dan menghubungkan materi dengan
situasi yang terjadi di sekitar siswa. c
Peningkatan Keterampilan Berbicara Tes keterampilan berbicara yang dilakukan sama seperti
pelaksanaan pada siklus I. Tes dilakukan dengan cara mengamati dan memberi skor pada aspek kebahasaan dan nonkebahasaan saat siswa
75
memainkan peran. Hasil tes keterampilan berbicara dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9. Peningkatan Nilai Keterampilan Berbicara Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
Dari data yang tersaji pada tabel di atas dapat diketahui perbandingan peningkatan nilai keterampilan berbicara siswa. Rata-rata
nilai kelas pada pratindakan sebesar 58,21 meningkat menjadi 70,84 pada siklus I. Pada siklus II meningkat kembali menjadi 78,66. Ketuntasan
siswa pada siklus II telah mencapai krteria minimal, yaitu sebesar No
Nama Nilai
Peningkatan siklus I ke
silkus II Ketuntasan
Pratindakan Siklus I
Siklus II Pratindakan
Siklus I Siklus II
1 GG
55 70
78 8
1
2 FER
75 76,5
82,5 6
1 1
1
3 RIZ
72 76,5
78,5 2
1 1
4 LIN
30 37
50 13
5 AR
72 76
77 1
1 1
6 NIS
56 68,5
75 6,5
7 EL
42 69
78 9
1
8 F
39 65
74,5 9,5
1
9 KAN
54 69
77 8
1
10 DA 71
77,5 86
8,5
1 1
11 KV 65
73,5 82
8,5
1
12 NIL 77
80 92
12
1 1
1
13 OK 32
64,5 79
14,5
1
14 DN 60
71 80
9
1
15 RB 61
72,5 82
9,5 1
16 LL 62
75 86,5
11,5
1 1
17 RAF 67
77 81,5
4,5
1 1
18 AGT 51
74,5 76,5
2
1
19 RK 65
73 78,5
5,5
1 1
Jumlah 1106
1346 1495
138 Rata-rata
58,21 70,84
78,66 7,82
Tuntas 2
8 17
Persentase 10,52
42,10 89,47
Tidak Tuntas 17
11 2
Persentase 89,48
57,9 10,52
76
89,47 yaitu sebanyak 17 siswa telah mencapai nilai minimal, sedangkan 10,52 yaitu 2 siswa belum mencapai nilai minimal. Berikut
disajikan grafik peningkatan nilai rata-rata kelas dan persentase ketuntasan siswa.
Gambar 4. Diagram Perbandingan Rata-Rata dan Persentase Ketuntasan Nilai Keterampilan Berbicara Siswa.
Diagram di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai keterampilan berbicara seluruh siswa kelas V pada siklus II. Dengan
meningkatnya nilai keterampilan berbicara siswa, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada siklus II berhasil.
Tabel 10. Sampel Peningkatan Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II.
Nama Nilai
Pratindakan Siklus I
Siklus II LIN
30 37
50 NIS
56 68,5
75 NIL
77 80
92
20 40
60 80
100
Pratindakan Siklus I
Siklus II
58,21 70,84
78,66
10,52 42,1
89,47
Nilai Rata-rata Persentase
77
Tabel tersebut menunjukkan keterampilan berbicara tiga siswa yang menjadi sampel meningkat kembali pada siklus II. Siswa LIN
meningkat dari nilai siklus I sebesar 37 menjadi 50 pada siklus II. Siswa NIS meningkat dari nilai siklus I sebesar 68,5 menjadi 75 pada siklus II.
Siswa NIL meningkat dari nilai pratindakan 80 menjadi 85 pada siklus II. Hasil pada siklus II menunjukkan bahwa 10,52 yaitu 2 siswa
dalam kategori sangat baik, sebagian besar siswa berada pada kategori baik, yaitu 14 siswa atau 73,37. Sedangkan 10,52 yaitu 2 siswa
berada pada kategori cukup dan 5,66 atau 1 siswa berada pada kategori kurang.
Tabel 11. Persentase Kriteria Penguasaan Keterampilan Berbicara Siklus I. Interval
Nilai Kriteria
Nilai Keterangan
Jumlah siswa
Persentase 86-100
A Sangat Baik 2
10,52 76-85
B Baik
14 73,37
56-75 C
Cukup 2
10,52 10-55
D Kurang
1 5,66
Siswa dengan kriteria baik mampu berbicara lancar dengan suara yang keras, menggunakan nada dan intonasi yang tepat, serta bahasa
tubuh dan mimik wajah yang tepat pula. Sehingga siswa lain mampu menangkap maksud dari pembicaraan dengan mudah.
Siswa dengan kriteria baik rata-rata sudah berbicara lancar dan jelas, namun terkadang masih ada siswa yang berbicara dengan nada dan
irama yang kurang tepat, suara kurang keras, dan tanpa adanya gerakan tubuh yang bisa memperjelas kegiatan berbicara.
Siswa dengan kriteria cukup masih berbicara kurang lancar, belum memperhatikan nada dan intonasi yang tepat, dan menunjukkan sikap
78
yang kurang ramah. Sedangkan siswa dengan kriteria kurang juga masih berbicara kurang lancar, selain itu volume suaranya sangat pelan,
sehingga sangat sulit dipahami apa yang ia katakan. d
Refleksi Tindakan Siklus II Refleksi dilakukan untuk mengkaji ulang kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan. Dari kegiatan refleksi dapat diketahui kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada kegiatan pembelajaran tersebut untuk
menentukan langkah pada kegiatan selanjutnya. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II mampu mengatasi
kekurangan pada pelaksanaan pembelajaran siklus I. Langkah-langkah role playing sudah dilaksanakan oleh guru dengan baik. Guru
memberikan contoh kegiatan role playing untuk memberikan gambaran nyata kepada siswa bagaimana memerankan suatu tokoh. Guru juga
mampu mengkondisikan siswa agar tidak gaduh dalam kegiatan pembelajaran dengan cara mengubah urutan kegiatan yang dilakukan
pada siklus I dan aktif mengingatkan siswa yang mengganggu ketenangan kelas.
Pada siklus II keterampilan berbicara siswa sudah meningkat. Siswa sudah mampu memainkan peran berdasarkan naskah dengan
lancar, menggunakan nada dan intonasi yang tepat, serta menggunakan bahasa tubuh yang menunjang kegiatan berbicara. Siswa sudah berani
untuk tampil secara sukarela dan tertib tanpa ditunjuk oleh guru. Kendala yang terdapat pada siklus II adalah adanya 1 siswa yang
berada pada kriteria kurang. Sampai dengan kegiatan pada pertemuan
79
terakhir, ia tetap tidak mau berbicara dengan suara keras. Bahkan teman satu kelompok yang tampil bersama tidak mendengar suaranya. Berikut
merupakan hasil refleksi kegiatan pembelajaran siklus I. Tabel 12. Refleksi Pembelajaran Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V
SDN Wonosari 4 Siklus II.
Aspek yang dinilai
Nilai Rata- rata
Keterangan Tekanan
7,34 Penempatan tekanan yang dilakukan siswa sudah ada
peningkatan yang cukup baik. Penempatan tekanan yang lebih tepat membuat pembicaraan lebih menarik
pendengar dan meningkatkan keefektivan berbicara. Ucapan
7,47 Siswa
sudah mengucapkan
kalimat-kalimat pembicaraan dengan tepat. Pengucapan yang tepat
membuat pendengar lebih memperhatikan pokok pembicaraan.
Nada dan Irama 7,32
Penyampaian nada dan irama mengalami peningkatan pada siklus II. Penggunaan nada dan irama yang
sesuai mampu membuat pembicaraan lebih mudah dipahami oleh pendengar.
Kosa kataUngkapan
7,36 Kata dan ungkapan pada pelaksanaan siklus II sudah
mulai bervariasi. Sebagian siswa sudah berani mengembangkan pembicaraan dengan menggunakan
kata-kata lain yang artinya hampir sama dengan naskah asli, sehingga kemampuan siswa dalam
mengembangkan dialog dapat meningkat.
Struktur kalimat 7,60
Struktur kalimat yang digunakan siswa sudah baik. Penggunaan struktur kalimat yang sederhana dan jelas
mampu membuat pembicaraan mudah dipahami. Kelancaran
7,73 Kelancaran pembicaraan siswa sudah baik, walaupun
masih ada siswa yang nilainya belum memuaskan. Kelancaran berbicara mempermudah pendengar
dalam menangkap isi pembicaraan. Penguasaan
materi 13
Penguasan materi mempengaruhi kelancaran siswa dalam memainkan peran. Siswa cukup baik
menguasai materi. Siswa mampu memahami dan menguasai naskah dengan baik.
Keberanian 7,84
Keberanian siswa dalam menampilkan pemeranan mengalami peningkatan. Pada siklus II siswa tidak
malu-malu mengajukan diri untuk tampil. Siswa dengan percaya diri memerankan tokoh yang sudah
ditentukan.
Keramahan 7,37
Interaksi ketika siswa tampil sudah terlihat, berarti kegiatan berdialog sudah berjalan dengan baik. siswa
tidak sekedar hanya menghafal sebuah kalimat, namun sudah menerapkannya sebagai kegiatan
berdialog dengan temannya.
Sikap 5,71
Sikap siswa ketika memainkan peran sudah baik. Siswa mampu bersikap wajar dan tidak kaku serta
menggunakan bahasa tubuh untuk lebih meyakinkan pendengar. Selain itu siswa juga tidak mengganggu
jalannya kegiatan berbicara.
Jumlah 78,76
80
Berdasarkan hasil nilai pengamatan tes keterampilan berbicara pada siklus II peneliti merasa peningkatan nilai keterampilan berbicara
siswa menggunakan metode role playing sudah cukup. Peneliti merasa puas dengan peningkatan nilai keterampilan berbicara yang diperoleh
siswa karena telah sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam penelitian, sehingga tindakan pada siklus II ini dirasa cukup dan tidak memerlukan
adanya tindakan siklus berikutnya.