Pelaksanaan Tindakan Siklus II

67 angka tujuh. Guru mengkondisikan siswa agar berkumpul bersama kelompoknya, kemudian membimbing siswa dalam menentukan peran dalam kelompoknya. Guru memberikan pendapat dan mengarahkan siswa dalam memilih peran. Siswa diberikan penguatan pengetahuan tentang aspek kebahasaan dan nonkebahasaan, namun pada siklus II penjelasan lebih ditekankan pada aspek tekanan, nada dan irama, kelancaran, dan penguasaan materi, serta menambahkan penggunaan bahasa tubuh dan mimik muka. Guru kemudian memberikan contoh peragaan kepada siswa dengan membaca naskah jasa Jenderal Soedirman terhadap bangsa. Setelah melihat contoh yang diberikan guru siswa berlatih memainkan peran bersama kelompoknya masing-masing. Guru mengkondisikan kelas agar tetap tenang dalam berlatih, siswa diminta untuk tidak bersuara terlalu keras. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya, namun tidak ada siswa yang bertanya terkait dengan materi. c Kegiatan Akhir Guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan. Pada pertemuan pertama, kegiatan pembelajaran berjalan dengan lancar. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar berlatih dengan tekun untuk mengasah kemampuan berbicaranya. Kegiatan berikutnya guru mengkondisikan siswa sebelum mengakhiri kegiatan, dan mempersilahkan siswa untuk istirahat. 68 2 Pertemuan 2 Pelaksanaan pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 10 November 2015. Pertemuan kedua berlangsung selama ±70 menit atau 2 jam pelajaran, dimulai pukul 07.00-08.10. a Kegiatan Awal Kegiatan diawali dengan berdoa bersama yang dipimpin oleh salah satu siswa. Guru mengkondisikan siswa agar siap mela ksanakan kegiatan. Guru bertanya kepada siswa, “anak-anak apa saja yang telah kita pelajari kemarin?”, siswa menjawab, “jasa Jenderal Soedirman pak.” Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru yaitu, memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi dengan tepat dan mengungkapkan pikiran secara lisan. b Kegiatan Inti Guru bersama siswa mengatur setting ruang kelas untuk kegiatan role playing. Meja dan kursi siswa diatur mengelilingi kelas membentuk huruf U, agar mendapatkan ruang yang lebar ditengah kelas sehingga nyaman untuk kegiatan role playing. Guru dan siswa berdiskusi tentang materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Selain itu guru juga menekankan kembali penjelasan tentang aspek kebahasaan dan nonkebahasaan, terlebih pada aspek tekanan, nada dan irama, kelancaran, dan penguasaan materi. Siswa menyiapkan nomor dada dan melakukan latihan bersama kelompok masing-masing. Guru membimbing dengan 69 mendengarkan dan mengarahkan siswa berbicara sesuai dengan kriteria yang diharapkan pada setiap kelompok. Guru mempersilahkan siswa dengan sukarela tampil mengawali kegiatan sampai semua kelompok tampil. Guru dan siswa berdiskusi setiap satu kelompok selesai tampil. Siswa memberikan masukan kepada kelompok lain sebagai bahan perbaikan untuk penampilan selanjutnya. Pendapat yang disampaikan oleh siswa adalah kurang terlihatnya ekspresi yang ditunjukkan siswa dalam memerankan tokoh, suara yang kurang keras, dan ada sebagian siswa yang kurang serius dalam memerankan tokoh. Siswa dan guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. Pada kesempatan ini tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan. 4. Kegiatan Akhir Guru melakukan refleksi tentang materi pembelajaran yang telah dilakukan. Kegiatan sudah berjalan dengan lancar, meskipun ada satu kelompok yang mengalami masalah karena ada siswa yang berganti-ganti tokoh yang akan diperankan. Guru menyampaikan masukan kepada siswa agar bekerjasama dengan kelompoknya dengan baik dan menepati kesepakatan yang telah dibuat. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar giat berlatih dan belajar untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan kerjasama 70 kelompoknya. Kegiatan diakhiri dengan mengkondisikan siswa untuk beralih ke mata pelajaran berikutnya. 3 Pertemuan 3 Pertemuan ketiga pada siklus II dilaksanakan pada hari Rabu 11 November 2015 pukul 08.10-09.20. Kegiatan di pertemuan ketiga ini berlangsug selama 70 menit atau 2 jam pelajaran. a Kegiatan Awal Guru memulai kegiatan dengan mengkondisikan siswa dan memeriksa kesiapan siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pertemuan ketiga yaitu, memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi dengan tepat dan mengungkapkan pikiran secara lisan. Guru mengajak siswa untuk berdiskusi tentang materi yang diperoleh pada pertemuan sebelumnya. b Kegiatan Inti Meja dan kursi kelas tidak dirubah posisinya dari pertemuan sebelumnya, sehingga tidak perlu diatur ulang. Guru menyampaikan kekurangan penampilan yang terjadi pada pertemuan sebelumnya seperti, kurangnya kerjasama kelompok dan kurang kerasnya suara saat berbicara. Siswa diminta untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran ketiga dengan memperhatikan kekurangan tersebut. Siswa berlatih bersama kelompok masing-masing dengan bimbingan guru. Guru menanyakan apakah ada siswa yang bersedia tampil untuk pertama kali. Beberapa kelompok secara sukarela ingin tampil 71 pertama, akhirnya guru memilih salah satu kelompok untuk mengawali penampilan. Setiap kelompok yang selesai tampil, guru dan siswa berdiskusi untuk memberikan masukan kepada kelompok yang tampil. Guru meminta siswa untuk menyampaikan pendapat, menyebutkan materi apa saja yang telah dipelajari. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang belum dimengerti, namun tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan, siswa hanya menanyakan apakah pembelajaran yang dilakukan tersebut masih akan diadakan atau tidak. Setelah itu guru meminta siswa untuk mengungkapkan pendapatnya tentang cerita dari naskah role playing apabila diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Siswa berpendapat, “seperti kata Mirza pak, memperjuangkan kemerdekaan.”, “belajar pak”. c Kegiatan Akhir Guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Secara umum pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa agar terus belajar dan berlatih untuk mengembangkan keterampilan berbicaranya setiap hari. Guru mengakhiri kegiatan dengan mengucap salam dan mempersilahkan siswa untuk istirahat. 72 c. Pengamatan observasi Siklus II Pengamatan dilakukan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dari lembar observasi guru dan siswa serta lembar penilaian keterampilan berbicara. a Aktivitas Guru Berdasarkan hasil pengamatan guru sudah menerapkan langkah- langkah role playing dengan baik. Langkah-langkah tersebut diterapkan guru secara bertahap selama tiga kali pertemuan. Langkah-langkah tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut. Guru memberikan apersepsi terkait dengan tema kepahlawanan untuk mengawali kegiatan. Guru menghubungkan materi dengan peringatan hari pahlawan. Pengetahuan tentang metode role playing dijelaskan kembali oleh guru agar siswa mengingat dan memahami kegiatan yang akan dilaksanakan. Kemudian guru membimbing siswa berdiskusi terkait dengan materi yaitu jasa Jenderal Soedirman terhadap bangsa. Guru kemudian membagikan naskah role playing berjudul “Jasa Jenderal Soedirman Terhadap Bangsa”, kemudian mengajak siswa untuk berdiskusi mempelajari karakter masing-masing tokoh. Selanjutnya guru membagi kelas menjadi tujuh kelompok dengan cara berhitung. Pada siklus kedua urutan berhitung dimulai dari siswa paling depan kanan. Siswa yang menyebutkan angka yang sama menjadi satu kelompok. Kegaduhan yang terjadi pada siklus I karena siswa berebut peran tidak terjadi pada siklus II karena pembagian kelompok dilakukan setelah 73 pembahasan tokoh. Setelah kelompok terbentuk guru membimbing setiap kelompok dalam menentukan peran. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih bersama kelompoknya. Guru juga sudah memberi contoh kegiatan role playing kepada siswa agar siswa lebih paham bagaimana menghayati sebuah peran. Kegiatan role playing pada siklus II berjalan lancar. Guru memfasilitasi siswa untuk menampilkan peranannya dengan baik diantaranya, memberikan kesempatan kepada siswa secara sukarela tampil pertama, membimbing siswa dalam berdiskusi mengevaluasi setiap kelompok yang tampil, memberikan motivasi kepada siswa agar lebih giat belajar dan berlatih, serta mengkondisikan kelas agar nyaman untuk kegiatan role playing. Selain itu guru juga sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami. Diakhir kegiatan guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari dan menghubungkan materi dengan kehidupan disekitar siswa. b Aktivitas Siswa Hasil observasi siswa pada siklus II menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran cukup aktif dan antusias. Suasana gaduh yang terjadi pada siklus I tidak terulang pada siklus II karena guru melakukan pembagian kelompok setelah pembahasan naskah, sehingga siswa belum tahu siapa saja teman satu kelompoknya dan tidak saling berteriak membagi peran. Siswa juga sudah mau menerima siapapun yang menjadi anggota kelompoknya. 74 Secara umum kegiatan siklus II sudah berjalan lancar. Dalam pelaksanaan kegiatan role playing, setiap kelompok secara bergantian tampil dengan sukarela dan tertib. Sebagian besar siswa sudah mampu menguasai aspek-aspek yang menjadi penilaian keterampilan berbicara. Siswa mampu berbijara dengan jelas, dengan suara yang dapat didengar oleh seluruh siswa, siswa mampu memerankan tokoh dengan nada dan irama disertai dengan bahasa tubuh yang sesuai. Walaupun masih ada siswa yang sulit dikondisikan. Seperti pada pertemuan kedua saat kegiatan role playing sudah dimulai ada satu kelompok yang tidak mau tampil karena salah satu siswa selalu mengatur dan berganti-ganti peran sehingga teman yang lainnya menjadi bingung. Namun guru mampu mengkondisikan masalah tersebut dengan meminta kelompok tersebut tampil dengan peran sesuai dengan kesepakatan awal. Siswa cukup aktif dalam memberikan tanggapan dan masukan untuk teman-temannya. Sebagian siswa berani memberikan komentar dan alasannya ketika guru menunjuk beberapa siswa untuk memberikan tanggapan. Siswa juga terlibat aktif saat guru mengajak siswa untuk berdiskusi menyimpulkan materi dan menghubungkan materi dengan situasi yang terjadi di sekitar siswa. c Peningkatan Keterampilan Berbicara Tes keterampilan berbicara yang dilakukan sama seperti pelaksanaan pada siklus I. Tes dilakukan dengan cara mengamati dan memberi skor pada aspek kebahasaan dan nonkebahasaan saat siswa 75 memainkan peran. Hasil tes keterampilan berbicara dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 9. Peningkatan Nilai Keterampilan Berbicara Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II Dari data yang tersaji pada tabel di atas dapat diketahui perbandingan peningkatan nilai keterampilan berbicara siswa. Rata-rata nilai kelas pada pratindakan sebesar 58,21 meningkat menjadi 70,84 pada siklus I. Pada siklus II meningkat kembali menjadi 78,66. Ketuntasan siswa pada siklus II telah mencapai krteria minimal, yaitu sebesar No Nama Nilai Peningkatan siklus I ke silkus II Ketuntasan Pratindakan Siklus I Siklus II Pratindakan Siklus I Siklus II 1 GG 55 70 78 8 1 2 FER 75 76,5 82,5 6 1 1 1 3 RIZ 72 76,5 78,5 2 1 1 4 LIN 30 37 50 13 5 AR 72 76 77 1 1 1 6 NIS 56 68,5 75 6,5 7 EL 42 69 78 9 1 8 F 39 65 74,5 9,5 1 9 KAN 54 69 77 8 1 10 DA 71 77,5 86 8,5 1 1 11 KV 65 73,5 82 8,5 1 12 NIL 77 80 92 12 1 1 1 13 OK 32 64,5 79 14,5 1 14 DN 60 71 80 9 1 15 RB 61 72,5 82 9,5 1 16 LL 62 75 86,5 11,5 1 1 17 RAF 67 77 81,5 4,5 1 1 18 AGT 51 74,5 76,5 2 1 19 RK 65 73 78,5 5,5 1 1 Jumlah 1106 1346 1495 138 Rata-rata 58,21 70,84 78,66 7,82 Tuntas 2 8 17 Persentase 10,52 42,10 89,47 Tidak Tuntas 17 11 2 Persentase 89,48 57,9 10,52 76 89,47 yaitu sebanyak 17 siswa telah mencapai nilai minimal, sedangkan 10,52 yaitu 2 siswa belum mencapai nilai minimal. Berikut disajikan grafik peningkatan nilai rata-rata kelas dan persentase ketuntasan siswa. Gambar 4. Diagram Perbandingan Rata-Rata dan Persentase Ketuntasan Nilai Keterampilan Berbicara Siswa. Diagram di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai keterampilan berbicara seluruh siswa kelas V pada siklus II. Dengan meningkatnya nilai keterampilan berbicara siswa, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada siklus II berhasil. Tabel 10. Sampel Peningkatan Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II. Nama Nilai Pratindakan Siklus I Siklus II LIN 30 37 50 NIS 56 68,5 75 NIL 77 80 92 20 40 60 80 100 Pratindakan Siklus I Siklus II 58,21 70,84 78,66 10,52 42,1 89,47 Nilai Rata-rata Persentase 77 Tabel tersebut menunjukkan keterampilan berbicara tiga siswa yang menjadi sampel meningkat kembali pada siklus II. Siswa LIN meningkat dari nilai siklus I sebesar 37 menjadi 50 pada siklus II. Siswa NIS meningkat dari nilai siklus I sebesar 68,5 menjadi 75 pada siklus II. Siswa NIL meningkat dari nilai pratindakan 80 menjadi 85 pada siklus II. Hasil pada siklus II menunjukkan bahwa 10,52 yaitu 2 siswa dalam kategori sangat baik, sebagian besar siswa berada pada kategori baik, yaitu 14 siswa atau 73,37. Sedangkan 10,52 yaitu 2 siswa berada pada kategori cukup dan 5,66 atau 1 siswa berada pada kategori kurang. Tabel 11. Persentase Kriteria Penguasaan Keterampilan Berbicara Siklus I. Interval Nilai Kriteria Nilai Keterangan Jumlah siswa Persentase 86-100 A Sangat Baik 2 10,52 76-85 B Baik 14 73,37 56-75 C Cukup 2 10,52 10-55 D Kurang 1 5,66 Siswa dengan kriteria baik mampu berbicara lancar dengan suara yang keras, menggunakan nada dan intonasi yang tepat, serta bahasa tubuh dan mimik wajah yang tepat pula. Sehingga siswa lain mampu menangkap maksud dari pembicaraan dengan mudah. Siswa dengan kriteria baik rata-rata sudah berbicara lancar dan jelas, namun terkadang masih ada siswa yang berbicara dengan nada dan irama yang kurang tepat, suara kurang keras, dan tanpa adanya gerakan tubuh yang bisa memperjelas kegiatan berbicara. Siswa dengan kriteria cukup masih berbicara kurang lancar, belum memperhatikan nada dan intonasi yang tepat, dan menunjukkan sikap 78 yang kurang ramah. Sedangkan siswa dengan kriteria kurang juga masih berbicara kurang lancar, selain itu volume suaranya sangat pelan, sehingga sangat sulit dipahami apa yang ia katakan. d Refleksi Tindakan Siklus II Refleksi dilakukan untuk mengkaji ulang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dari kegiatan refleksi dapat diketahui kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada kegiatan pembelajaran tersebut untuk menentukan langkah pada kegiatan selanjutnya. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II mampu mengatasi kekurangan pada pelaksanaan pembelajaran siklus I. Langkah-langkah role playing sudah dilaksanakan oleh guru dengan baik. Guru memberikan contoh kegiatan role playing untuk memberikan gambaran nyata kepada siswa bagaimana memerankan suatu tokoh. Guru juga mampu mengkondisikan siswa agar tidak gaduh dalam kegiatan pembelajaran dengan cara mengubah urutan kegiatan yang dilakukan pada siklus I dan aktif mengingatkan siswa yang mengganggu ketenangan kelas. Pada siklus II keterampilan berbicara siswa sudah meningkat. Siswa sudah mampu memainkan peran berdasarkan naskah dengan lancar, menggunakan nada dan intonasi yang tepat, serta menggunakan bahasa tubuh yang menunjang kegiatan berbicara. Siswa sudah berani untuk tampil secara sukarela dan tertib tanpa ditunjuk oleh guru. Kendala yang terdapat pada siklus II adalah adanya 1 siswa yang berada pada kriteria kurang. Sampai dengan kegiatan pada pertemuan 79 terakhir, ia tetap tidak mau berbicara dengan suara keras. Bahkan teman satu kelompok yang tampil bersama tidak mendengar suaranya. Berikut merupakan hasil refleksi kegiatan pembelajaran siklus I. Tabel 12. Refleksi Pembelajaran Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Wonosari 4 Siklus II. Aspek yang dinilai Nilai Rata- rata Keterangan Tekanan 7,34 Penempatan tekanan yang dilakukan siswa sudah ada peningkatan yang cukup baik. Penempatan tekanan yang lebih tepat membuat pembicaraan lebih menarik pendengar dan meningkatkan keefektivan berbicara. Ucapan 7,47 Siswa sudah mengucapkan kalimat-kalimat pembicaraan dengan tepat. Pengucapan yang tepat membuat pendengar lebih memperhatikan pokok pembicaraan. Nada dan Irama 7,32 Penyampaian nada dan irama mengalami peningkatan pada siklus II. Penggunaan nada dan irama yang sesuai mampu membuat pembicaraan lebih mudah dipahami oleh pendengar. Kosa kataUngkapan 7,36 Kata dan ungkapan pada pelaksanaan siklus II sudah mulai bervariasi. Sebagian siswa sudah berani mengembangkan pembicaraan dengan menggunakan kata-kata lain yang artinya hampir sama dengan naskah asli, sehingga kemampuan siswa dalam mengembangkan dialog dapat meningkat. Struktur kalimat 7,60 Struktur kalimat yang digunakan siswa sudah baik. Penggunaan struktur kalimat yang sederhana dan jelas mampu membuat pembicaraan mudah dipahami. Kelancaran 7,73 Kelancaran pembicaraan siswa sudah baik, walaupun masih ada siswa yang nilainya belum memuaskan. Kelancaran berbicara mempermudah pendengar dalam menangkap isi pembicaraan. Penguasaan materi 13 Penguasan materi mempengaruhi kelancaran siswa dalam memainkan peran. Siswa cukup baik menguasai materi. Siswa mampu memahami dan menguasai naskah dengan baik. Keberanian 7,84 Keberanian siswa dalam menampilkan pemeranan mengalami peningkatan. Pada siklus II siswa tidak malu-malu mengajukan diri untuk tampil. Siswa dengan percaya diri memerankan tokoh yang sudah ditentukan. Keramahan 7,37 Interaksi ketika siswa tampil sudah terlihat, berarti kegiatan berdialog sudah berjalan dengan baik. siswa tidak sekedar hanya menghafal sebuah kalimat, namun sudah menerapkannya sebagai kegiatan berdialog dengan temannya. Sikap 5,71 Sikap siswa ketika memainkan peran sudah baik. Siswa mampu bersikap wajar dan tidak kaku serta menggunakan bahasa tubuh untuk lebih meyakinkan pendengar. Selain itu siswa juga tidak mengganggu jalannya kegiatan berbicara. Jumlah 78,76 80 Berdasarkan hasil nilai pengamatan tes keterampilan berbicara pada siklus II peneliti merasa peningkatan nilai keterampilan berbicara siswa menggunakan metode role playing sudah cukup. Peneliti merasa puas dengan peningkatan nilai keterampilan berbicara yang diperoleh siswa karena telah sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam penelitian, sehingga tindakan pada siklus II ini dirasa cukup dan tidak memerlukan adanya tindakan siklus berikutnya.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil tes keterampilan berbicara pada pratindakan menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa kelas V SDN Wonosari 4 Gunungkidul masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas yang didapat siswa sebesar 58,21 dengan persentase ketuntasan 10,52. Sehingga peneliti dan guru memilih metode role playing sebagai upaya meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Metode role playing memberikan sebuah pengalaman nyata kepada siswa dengan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan berdiskusi menganalisis karakter setiap tokoh, kemudian memerankannya di depan teman-temannya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Piaget C. Asri Budiningsih, 2002:38 yang mengungkapkan bahwa siswa usia sekolah dasar yaitu berumur 8 sampai 12 tahun masih berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak belum dapat berpikir secara abstrak. Metode role playing memberikan pengalaman kepada siswa dengan terlibat langsung memainkan peran tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan terus berlatih berkomunikasi bersama teman-temannya siswa dapat meningkatkan rasa 81 percaya diri, melatih kemampuan mengungkapkan ide, dan berkomunikasi dengan orang lain dimana hal tersebut sangat mendukung keterampilan berbicara siswa. Selain itu kegiatan dalam role playing juga sesuai dengan pendapat Ross dan Roe Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuchdi 1999: 19 yaitu kegiatan-kegiatan untuk melatih keterampilan berbicara itu antara lain menyajikan informasi, berpartisipasi dalam diskusi, dan berbicara untuk menghibur atau menyajikan pertunjukan. Selain mengembangkan kemampuan berbicara siswa, kegiatan pembelajaran menggunakan metode role playing mampu mengembangkan aspek lainnya. Dengan kegiatan yang menuntut siswa bekerja dalam kelompok, siswa dapat mengembangkan sikap sosial yang positif, meningkatkan rasa percaya diri, emosional, dan intelektual. Berdasarkan hasil penelitian keterampilan berbicara siswa kelas V SDN Wonosari 4 menggunakan metode role playing mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari keberhasilan proses dan hasil pembelajaran berikut. 1. Peningkatan Proses Kerjasama antara guru dan siswa sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan pembelajaran. Selain itu pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai juga menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan metode role playing di kelas V SDN Wonosari 4 sudah diterapkan dengan baik, sehingga terjadi peningkatan kegiatan pembelajaran. Aktivitas guru pada siklus I sudah cukup baik. Guru sudah mampu membawakan kegiatan pembelajaran dengan baik, mulai dari awal 82 menyampaikan tujuan pembelajaran, hingga melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran. Namun ada beberapa kekurangan dalam kegiatan pembelajaran siklus I ini, sehingga peneliti dan guru melakukan refleksi dengan tujuan memperbaiki pembelajaran pada siklus II. Hasil refleksi yang dilakukan peneliti dan guru antara lain: a guru belum memberikan contoh memerankan tokoh, sehingga siswa tidak mempunyai gambaran seperti apa mereka akan menampilkan peran, b suasana kelas belum kondusif. Selama kegiatan berlangsung, guru belum memperhatikan kekondusifan kelas, sehingga suasana kelas gaduh hingga mengganggu kegiatan pembelajaran, c pembagian dialog antar tokoh tidak seimbang. Dalam naskah ada satu tokoh yang mempunyai porsi berbicara yang banyak, sehingga siswa mengeluhkan hal tersebut, dan d penguasaan keterampilan berbicara siswa masih kurang, sehingga penampilan siswa dalam memainkan peran belum maksimal. Guru melakukan perbaikan pada siklus II, guru memberikan contoh dalam memerankan tokoh dari naskah role playing, sehingga memberikan siswa sebuah gambaran tentang bagaimana memerankan tokoh tersebut. Guru sudah mampu menjaga kelas tetap kondusif selama kegiatan berlangsung dengan menegur setiap ada siswa yang mengganggu. Pada siklus II naskah role playing dibuat dengan memperhatikan keseimbangan kalimat pada setiap tokoh, sehingga adil dan mudah untuk dipahami siswa. Selain itu, guru lebih menekankan penjelasan kepada siswa tentang aspek tekanan, nada dan irama, kelancaran, dan penguasaan materi agar keterampilan berbicara siswa dapat ditingkatkan lagi. 83 Aktivitas siswa juga mengalami peningkatan selama proses pembelajaran menggunakan metode role playing. Hasil pengamatan awal menunjukkan bahwa siswa masih pasif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa belum banyak berani bertanya, mengajukan pendapat, ataupun menjawab pertanyaan guru. Bahkan ada siswa yang asik bermain sendiri ketika guru menjelaskan materi pembelajaran. Pembelajaran menggunakan metode role playing mampu meningkatkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini terbukti ketika pada siklus I guru menjelaskan rencana kegiatan, siswa bersorak senang dan terlihat antusias dalam mengikuti kegiatan. Namun hasil yang diinginkan pada siklus I belum tercapai. Siswa masih belum berani mengajukan pertanyaan dan masih sering membuat suasana kelas menjadi gaduh sehingga mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran. Pada siklus II mayoritas siswa lebih tenang dan tertib dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, walaupun ada satu kelompok yang bermasalah dengan adanya perbedaan pendapat diantara anggotanya. Kegaduhan yang terjadi pada siklus I sudah berkurang, siswa sudah aktif dalam menyampaikan pendapat dalam memberi komentar kepada teman- temannya dan menyimpulkan materi pembelajaran. Peningkatan aktivitas guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung berdampak pada meningkatnya keterampilan berbicara siswa. Hal ini dapat diketahui melalui perolehan nilai keterampilan berbicara siswa. Pada pratindakan nilai rata-rata siswa sebesar 58,21 dengan jumlah siswa yang tuntas mencapai nilai ≥75 sebanyak 2 siswa atau 10,52. Pada siklus I keterampilan berbicara siswa mengalami peningkatan. Nilai rata-rata

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERMAIN DRAMA MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING DENGAN MULTIMEDIA PADA SISWA KELAS V SDN PURWOYOSO 06 SEMARANG

2 41 317

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA RAGAM KRAMA INGGIL MELALUI METODE ROLE PLAYING SISWA KELAS IVB SDN TAMBAKAJI 01 SEMARANG

0 6 203

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA RAGAM KRAMA LUGU MELALUI METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IIA SDN KARANGAYU 02 SEMARANG

1 19 188

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SDN PANDAK I SIDOHARJO SRAGEN TAHUN AJARAN 2010 2011

0 8 125

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN STRATEGI ROLE PLAYING PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan Strategi Role Playing Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kebonharjo Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN STRATEGI ROLE PLAYING PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan Strategi Role Playing Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kebonharjo Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 12

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CITRASARI.

0 2 39

(ABSTRAK) PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA RAGAM KRAMA LUGU MELALUI METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IIA SDN KARANGAYU 02 SEMARANG.

0 0 2

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DALAM DRAMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SDN 6 TERBAN KUDUS SKRIPSI

0 0 19

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING DI KELAS IV SD

0 0 10