4
dalam kelas. Hal ini membuat siswa tidak berani bertanya kepada guru saat ada materi yang belum dimengerti, dan dengan tidak adanya pertanyaan dari siswa,
guru menganggap materi ini sudah bisa dikuasai oleh siswa, 3 kurangnya kesempatan yang dimiliki siswa untuk melatih keterampilan berbicara. Karena
tidak terbiasa berbicara di dalam kelas, ketepatan penggunaan bahasa siswa masih kurang serta kurang mampu menyusun kata-kata yang runtut, dan 4
proses pembelajaran yang berlangsung masih menggunakan metode yang konvensional sehingga mengurangi minat siswa dalam belajar.
Inovasi dalam kegiatan pembelajaran perlu dilakukan agar siswa tidak bosan dengan kegiatan belajarnya di sekolah, serta keterampilan berbicara
siswa dapat ditingkatkan. Keterampilan seperti ini hanya dapat diperoleh dengan praktik dan banyak berlatih. Keterampilan berbicara lebih mudah
dikembangkan apabila
siswa memperoleh
kesempatan untuk
mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain, dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal. Ross dan Roe Ahmad
Rofi’uddin dan Darmiyati Zuchdi, 1999: 19 mengemukakan Kegiatan- kegiatan untuk melatih keterampilan berbicara itu antara lain menyajikan
informasi, berpartisipasi dalam diskusi, dan berbicara untuk menghibur atau menyajikan pertunjukan. Upaya meningkatkan keterampilan berbicara di
sekolah dasar dapat dilakukan dengan penerapan sebuah metode pembelajaran. Djago Tarigan 1990: 445 mengemukakan bahwa role playing atau
bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa terhadap suatu tokoh tertentu.
Sejalan dengan pendapat Piaget C. Asri Budiningsih, 2002:38, metode role
5
playing akan memberikan pengalaman kepada siswa dengan terlibat langsung memainkan peran tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui kegiatan ini siswa akan berlatih berbicara di depan teman-temannya, yang akan menumbuhkan rasa percaya diri siswa ketika berbicara didepan
umum, melatih kemampuan mengekspresikan ide dan berkomunikasi dengan orang lain.
Metode role playing cocok diterapkan pada kegiatan pembelajaran siswa sekolah dasar. Karakteristik siswa kelas V SD Negeri Wonosari 4 yang gemar
bermain akan mendukung kelancaran kegiatan role playing. Siswa akan merasakan susasana belajar yang menyenangkan, sehingga akan terhindar dari
rasa bosan. Selain itu metode role playing menuntut siswa bekerja dalam sebuah
kelompok. Kerja
kelompok dapat
menolong siswa-siswa
mengembangkan sikap sosial yang positif, memberikan penguatan keterampilan bahasa yang spesifik, dan membantu guru menyelenggarakan
pembelajaran yang sebaik mungkin Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuchdi, 1999: 10.
Penerapan metode role playing dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Wonosari 4 dapat meningkatkan
potensi yang dimiliki siswa, diantaranya rasa percaya diri, emosional, intelektual, dan sosial. Sehingga kemampuan dalam berkomunikasi dan
berinteraksi dengan lingkungan akan terasah. Selain itu, siswa akan terlatih untuk mengungkapkan gagasannya secara cerdas dan kreatif.
Oleh karena pentingnya keterampilan berbicara bagi siswa, maka perlu adanya pembelajaran dengan penerapan metode role playing. Dengan
6
demikian, dia dakan penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan
Berbicara menggunakan Metode Role Playing pada Siswa Kelas V SD N Wonosari 4”. Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan keterampilan
berbicara siswa kelas V SD N Wonosari 4 dapat meningkat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, terdapat beberapa masalah terkait dengan proses belajar mengajar yang mempengaruhi
hasil belajar siswa, yang diidentifikasikan sebagai berikut. 1.
Pembelajaran keterampilan berbicara belum maksimal karena pembelajaran difokuskan pada materi ujian.
2. Siswa tidak percaya diri saat mengemukakan pendapat di dalam kelas.
3. Siswa kurang mendapat kesempatan untuk mengungkapkan pendapat
dengan penggunaan metode ceramah. 4.
Keterampilan berbicara siswa masih rendah, rata-rata nilai keterampilan berbicara siswa 58,26.
5. Tidak ada variasi metode pembelajaran yang digunakan guru, sehingga
siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifkasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada identifikasi masalah nomor tiga, yaitu keterampilan berbicara siswa kelas V
SDN Wonosari 4 yang masih rendah.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, rumusan masalahnya dalam penelitian ini adalah: 1 bagaimanakah proses
7
peningkatan pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas V SD N Wonosari 4 menggunakan metode role playing? 2 bagaimanakah peningkatan
keterampilan berbicara siswa kelas V SDN Wonosari 4 menggunakan metode role playing?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1 meningkatkan proses pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan metode role playing
pada siswa kelas V SD N Wonosari 4, dan 2 meningkatkan keterampilan berbicara menggunakan metode role playing pada siswa kelas V SDN
Wonosari 4.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan manfaat kepada berbagai pihak yakni guru, siswa, peneliti, dan lembaga pendidikan sebagai berikut.
a. Bagi guru, penelitian ini memberikan alternatif pilihan metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkat prestasi siswa. Khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam meningkatkan
keterampilan berbicara. b.
Bagi siswa, penelitian ini memberikan motivasi pada siswa untuk berlatih meningkatkan keterampilan berbicara.
c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi acuan dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran jika kelak menjadi guru. d.
Bagi lembaga sekolah dasar, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan untuk meningkatkan kualitas
8
pembelajaran, khususnya
dalam mengembangkan
keterampilan berbicara siswa.
G. Definisi Operasional Variabel
1. Keterampilan berbicara merupakan kecakapan seseorang dalam
mengucapkan kata untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pikiran kepada orang lain melalui bahasa lisan yang tepat dengan memperhatikan aspek
kebahasaan dan nonkebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi tekanan, ucapan, nada dan irama, kosa kata ungkapan atau diksi, dan struktur
kalimat. Sedangkan
faktor nonkebahasaan
meliputi kelancaran,
penguasaan materi, keberanian, keramahan dan sikap. 2.
Metode pembelajaran role playing merupakan suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif yang memberikan banyak kesempatan
kepada siswa untuk berbicara dengan memerankan tokoh tertentu berdasarkan naskah dialog yang telah dibuat. Dengan metode role playing
siswa akan dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk memainkan sebuah drama singkat. Setiap kelompok tampil secara bergantian.
Kelompok yang tidak mendapat giliran tampil akan memberikan tanggapan kepada kelompok yang mendapat giliran tampil. Evaluasi
diadakan untuk membahas kekurangan penampilan setiap kelompok agar pada penampilan berikutnya lebih baik.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Keterampilan Berbicara
1. Pengertian Keterampilan Berbicara
Berbicara merupakan salah satu aktivitas manusia dalam berinteraksi dengan manusia lain. Henry Guntur Tarigan 2008: 15 berpendapat bahwa
berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran,
gagasan, serta perasaan. Senada dengan pendapat tersebut, Saleh Abbas 2006: 83 mengungkapkan berbicara secara umum dapat diartikan sebagai
suatu penyampaian maksud ide, pikiran, gagasan, atau isi hati seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud
tersebut mudah dipahami oleh orang lain. Nurbiana Dhieni 2008: 3 menambahkan bahwa berbicara bukanlah sekedar pengucapan kata atau
bunyi, tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan atau mengkomunikasikan pikiran, ide, maupun perasaan.
Haryadi dan Zamzani 2000: 56 mengungkapkan bahwa berbicara merupakan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial homo homine
socius agar mereka dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Semakin banyak berlatih berbicara, semakin dikuasai keterampilan berbicara itu.
Oleh karena itu keterampilan berbicara perlu dilatihkan kepada anak sejak dini, supaya anak dapat mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
sehingga mampu mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi hati kepada orang lain.