Gambar 2.1 Grafik respon A, B, C meter tingkat bunyi standar Sumber : Prasetio, 1985
Jika  kebisingan  diukur  dengan  menggunakan  sound  level  meter  dengan pembobotan,  maka  tanggapan  frekuensi  dipilih  dengan  tingkat  kebisingan  yang
terukur dan pembacaan yang diperoleh disebut dengan tingkat bunyi. Pembacaan yang diperoleh pada tanggapan frekuensi A digunakan untuk kebisingan di bawah
55  dB,  pengukurannya  ditandai  dengan  dBA,  pada  pembacaan  tanggapan frekuensi  B  digunakan  untuk  kebisingan  antara  55-85  dB,  dan  untuk  tanggapan
frekuensi C digunakan untuk kebisingan diatas 85 dB. Pembacaan yang diperoleh dengan  nilai  tanggapan  frekuensi  C  disebut  sebagai  tingkat  tekanan  bunyi
Prasetio, 1985.
2.1.5 Nilai Ambang Batas Kebisingan
Berdasarkan  Keputusan  Menteri  Negara  Republik  Indonesia  Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 Tentang  Baku Tingkat Kebisingan, Nilai  Ambang
Batas  NAB  atau  baku  tingkat  kebisingan  adalah  batas  maksimal  tingkat
Universitas Sumatera Utara
kebisingan  yang  diperbolehkan  dibuang  ke  lingkungan  dari  usaha  atau  kegiatan sehingga  tidak  menimbulkan  gangguan  kesehatan  manusia  dan  kenyamanan
lingkungan. Baku tingkat kebisingan nilainya disesuiakan dengan peruntukkannya ataupun  dengan  lingkungan  kegiatan.  Baku  tingkat  kebisingan  untuk  perumahan
tidak  sama  dengan  perkantoran,  sedangkan  baku  tingkat  kebisingan  untuk lingkungan  kegiatan  rumah  sakit  juga  tidak  sama  dengan  lingkungan  kegiatan
sekolah Mulia, 2005. Adapun peraturan
– peraturan yang menetapkan tentang ukuran kebisingan yang diperbolehkan berdasarkan lingkungan kegiatan terhadap tingkat kebisingan
dan pemaparan harian terhadap tingkat kebisingan yaitu seperti terlihat pada tabel- tabel berikut:
Tabel  2.1  Peraturan  tentang  Kebisingan  berdasarkan  Keputusan  Menteri Kesehatan  Republik  Indonesia  Nomor  1405  Tahun  2002
Tentang  Persyaratan  Kesehatan  Lingkungan  Perkantoran  dan Industri  Berdasarkan  Tingkat  Pajanan  Kebisingan  Maksimal
Selama 1 satu Hari Pada Ruang Proses
NO Tingkat Kebisingan
dBA Pemaparan Harian
1 85
8 jam 2
88 4 jam
3 91
2 jam 4
94 1 jam
5 97
30 menit 6
100 15 menit
Catatan:  Tingkat  kebisingan   140  dBA  tidak  diperbolehkan  meskipun
sesaat. Sumber : Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2002
Tabel  2.2  Peraturan  tentang  Kebisngan  berdasarkan  Keputusan  Menteri Republik  Indonesia  Lingkungan  Hidup  Nomor  48  Tahun  1996
Tentang Baku Tingkat Kebisingan. Peruntukan KawasanLingkungan Kegiatan
Kebisingan dBA
a.  Peruntukan Kawasan 1.  Perumahan dan Pemukiman
55
Universitas Sumatera Utara
2.  Perdagangan dan Jasa 3.  Perkantoran dan Perdagangan
4.  Ruang Terbuka Hijau 5.  Industri
6.  Pemerintahan dan Fasilitas Umum 7.  Rekreasi
8.  Khusus
-  Bandar Udara -  Stasiun Kereta Api
-  Pelabuhan Laut -  Cagar Budaya
b.  Lingkungan Kegiatan 1.  Rumah sakit dan sejenisnya
2.  Sekolah atau sejenisnya 3.  Tempat Ibadah atau sejenisnya
70 65
50 70
60 70
70 60
55 55
55
Sumber : Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1996 Tabel  2.3  Peraturan  Menteri  Kesehatan  Nomor  718  Tahun  1987  Tentang
Kebisingan No
Zona Tingkat Kebisingan dBA
Maksimum yang dianjurkan
Maksimum yang diperbolehkan
1 Zona
A adalah
zona yang
diperuntukan  bagi  tempat-tempat penelitian,  rumah  sakit,  tempat
perawatan  kesehatan,  atau  sosial dan sejenisnya
35 45
2 Zona
B adalah
zona yang
diperuntukan  bagi  perumahan, tempat  pendidikan,  rekreasi  dan
sejenisnya 45
55
3 Zona
C adalah
zona yang
diperuntukan bagi
pertokoan, perdagagan, pasar dan sejenisnya
50 60
4 Zona
D adalah
zonz yang
diperuntukan bagi  industri pabrik, stasiun  kereta,  terminal  bus  dan
sejenisnya 60
70 Sumber: Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1987
Sedangkan  menurut  Saenz  et.al.  1984,  berdasarkan  pedoman  yang  terdapat  di
Jerman yaitu penilaian kebisingan pada area kerja untuk operasi khusus atau VDI-
Universitas Sumatera Utara
Guideline  Nomor  2058  Tahun  1981,  ada  tiga  kelas  tingkat  suara  yang  sesuai dengan masing-masing kegiatannya yaitu :
1.  55 dBA :  terdapat  pada  tempat  kerja  yang  bersifat  intelektual
misalnya  pada  kegiatan  yang  menuntut  konsentrasi  yang  tinggi,  berpikir kreatif, atau pada pembuat keputusan pemerintahan.
2.  70 dBA :  terdapat  pada  pekerjaan  yang  tidak  rumit  atau  seperti  di
bengkel, pasar dan lain-lain. 3.  85 dBA
:  semua  kegiatan  lainnya  kecuali  yang  dijelaskan  seperti diatas.
Berdasarkan  peraturan-peraturan  di  atas  tentang  kebisingan  bahwa  tingkat kebisingan untuk sekolah atau sejenisnya adalah 55 dB dan tidak  boleh  melebihi
dari  55  dB  karena  dapat  mengganggu  kegiatan  proses  belajar  dan  mengajar dikarenakan  dapat  membuat  penurunan  konsentrasi  dalam  belajar  dan  mengajar.
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405 Tahun 2002  bahwa tingkat kebisingan di sekolah tidak  boleh  melebihi dari
85 dB8  jam sehari,  namun  hal  ini tidak cocok digunakan untuk kegiatan  belajar mengajar  karena  tidak  sesuai  dengan  kondisi  proses  belajar  yang  membutuhkan
konsentrasi yang penuh. Menurut Slamet  2006,  berdasarkan  pengukuran  yang  telah  dilakukan  ada
beberapa  hal  yang  mempengaruhi  perubahan  tingkat  kebisingan  yaitu  sebagai berikut:
1.  Jenis kegiatan yang dilakukan di ruang tersebut 2.  Jumlah alat yang digunakan yang dapat menjadi sumber kebisingan
Universitas Sumatera Utara
3.  Jumlah manusia yang terdapat di dalamnya terhadap luasnya ruangan 4.  Jumlah manusia yang melakukan pembicaraan antar sesama di ruanagan
tersebut.
2.1.6 Dampak Kebisingan