3. Jumlah manusia yang terdapat di dalamnya terhadap luasnya ruangan 4. Jumlah manusia yang melakukan pembicaraan antar sesama di ruanagan
tersebut.
2.1.6 Dampak Kebisingan
Menurut Mansyur 2003, bahwa suara yang tidak diinginkan akan memberikan efek yang kurang baik terhadap kesehatan. Suara merupakan
gelombang mekanik yang dihantarkan oleh suatu medium yaitu umumnya oleh udara. Kualitas dan kuantitas suara ditentukan antara lain oleh intensitas
loudness, frekuensi, periodesitas kontinyu atau terputus dan durasinya. Faktor- faktor tersebut juga ikut mempengaruhi dampak suatu kebisingan terhadap
kesehatan. Kebisingan dapat menimbulkan gangguan pada indera pendengaran antara
lain trauma akustik, ketulian sementara, hingga ketulian permanen. Trauma akustik adalah gangguan pendengaran yang disebabkan oleh pemaparan tunggal
akibat intensitas kebisingan yang sangat tinggi dan terjadi secara tiba-tiba. Ketulian sementara merupakan gangguan pendengaran yang sifatnya sementara,
daya dengar mampu pulih kembali berkisar dari beberapa menit sampai beberapa hari 3-10 hari.
Kebisingan mempengaruhi kesehatan manusia baik secara fisik maupun psikologis. Pada tahun 1993, WHO mengakui efek kesehatan penduduk yang
berasal dari kebisingan, antara lain gangguan pola tidur, kardiovaskuler, sistem pernafasan, psikologis, fisiologis, dan pendengaran. Kebisingan juga berpengaruh
negatif dalam komunikasi, produktivitas dan perilaku sosial. Efek psikologis
Universitas Sumatera Utara
akibat kebisingan termasuk hipertensi, takikardia, peningkatan pelepasan kortisol dan stres fisiologis meningkat Pringgahapsari, 2010.
Menurut Saenz et.al. 1984 mengatakan bahwa kebisingan di bawah nilai ambang batas yaitu 90 atau 85 dBA dapat membahayakan kesehatan manusia.
Pada tingkat kebisingan 75 dBA dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang terbukti pada penelitian di akhir abad kesembilan belas yang terdapat pada
pekerja boiler dimana kebanyakan para pekerja tersebut mengalami penurunan pendengaran akibat terpapar secara terus-menerus dengan mesin boiler. Selain
gangguan pendengaran, secara fisiologis pekerja juga akan mengalami kenaikan tekanan darah, stress pada tingkat kebisingan 90 dBA.
Selain itu gangguan kerusakan terhadap indera-indera pendengar, kebisingan juga dapat menyebabkan gangguan kenyamanan, kecemasan dan
gangguan emosi lainnya, stress, denyut jantung bertambah, dan gangguan- gangguan lainnya Mulia, 2005. Menurut Berglund 1966 Pengaruh kebisingan
pada 55-65 dBALeq terhadap kesehatan antara lain berupa gangguan kenyamanan, gangguan komunikasi, gangguan konsentrasi dan menimbulkan rasa
kesal. Sedangkan menurut Damayanti 2015 yang mengutip hasil penelitian
Wahyu 2003, bahwa pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan kepada indera-indera pendengar. Mula-mula efek kebisingan pada
pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah pemaparan dihentikan. Tetapi pemaparan secara terus menerus mengakibatkan
kerusakan menetap kepada indera-indera pendengaran.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Feidihal 2007, bahwa kebisingan dapat menimbulkan gangguan yang dapat dikelompokkan secara bertingkat sebagai berikut :
a. Gangguan fisiologis Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat
bising dengan kata lain lain fungsi fisiologis dapat terganggu. Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas, sehingga
dapat menimbulkan gangguan lain seperti: kecelakaan. Pembicaraan terpaksa berteriak-teriak sehingga memerlukan tenaga ekstra dan juga
menambah kebisingan. b. Gangguan psikologis
Gangguan fisiologis lama kelamaan bisa menimbulkan gangguan psikologis. Kebisingan dapat mempengaruhi stabilitas mental dan reaksi
psikologis, seperti rasa khawatir, jengkel, takut dan sebagainya. Suara yang tidak dikehendaki memang tidak menimbulkan mental illness akan
tetapi dapat memperberat problem mental dan perilaku yang sudah ada Jain, 1981.
Reaksi terhadap gangguan ini sering menimbulkan keluhan terhadap kebisingan yang berasal dari pabrik, lapangan udara dan lalu
lintas. Umumnya kebisingan pada lingkungan melebihi 50 – 55 dB pada
siang hari dan 45 – 55 dB akan mengganggu kebanyakan orang. Apabila
kenyaringan kebisingan meningkat, maka dampak terhadap psikologis juga akan meningkat.
c. Gangguan patologis organis
Universitas Sumatera Utara
Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap alat pendengaran atau telinga, yang dapat menimbulkan ketulian yang
bersifat sementara hingga permanen. Menurut Wahyu 2003, kelainan yang timbul pada telinga akibat bising terjadi tahap semi tahap sebagai
berikut : 1. Stadium adaptasi
Adaptasi merupakan suatu daya proteksi alamiah dan keadaan yang dapat pulih kembali, atau kata lain sifatnya reversible.
2. Stadium “temporary threshold shift”
Disebut juga “auditory fatigue” yang merupakan kehilangan pendengaran “reversible” sesudah 48 jam terhindar dari bising itu.
Batas waktu yang diperlukan untuk pulih kembali sesudah terpapar bising adalah 16 jam. Bila pada waktu bekerja keesokan hari
pendengaran hanya sebagian yang pulih maka akan terjadi “permanent hearing lose
” 3.
Stadium “persistem threshold shift” Dalam stadium ini ambang pendengaran meninggi lebih lama,
sekurang-kurangnya 48 jam setelah meninggalkan lingkungan bising pendengaran masih terganggu.
4. Stadium “permanent threshold shift”
Pada stadium ini meningginya ambang pendengaran menetap sifatnya, gangguan ini banyak dietemukan dan tidak dapat disembuhkan. Tuli
Universitas Sumatera Utara
akibat bising ini merupakan tuli persepsi yang kerusakannya terdapat dalam cochlea berupa rusaknya syaraf pendengaran.
d. Komunikasi Kebisingan dapat menganggu pembicaraan. Paling penting disini bahwa
kebisingan menganggu kita dalam menangkap dan mengerti apa yang dibicarakan oleh orang lain, apakah itu berupa:
1. Percakapan langsung face to face 2. Percakapan telepon
3. Melalui alat komunikasi lain, misalnya radio, televisi dan pidato. Berdasarkan pendapat Jain 1981, yaitu tempat dimana komunikasi
tidak boleh terganggu oleh suara bising adalah sekolah, area latihan dan test, teater, pusat komunikasi militer, kator, tempat ibadah, perpustakaan, rumah
sakit dan laboratorium. Banyaknya suara yang bisa dimengerti tergantung faktor seperti : level suara pembicaraan, jarak pembicaraan dengan
pendengaran, bahasakata yang dimengerti, suara lingkungan dan faktor- faktor lain.
Menurut Soedirman 2014 yang dikutip dari skripsi Damayanti 2015, dampak kebisingan terhadap manusia terbagi dua yaitu:
1. Efek auditori Terhadap tenaga kerja yang terpapar bising ada dua tipe kehilangan daya
pendengaran, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Temporary threshold shift TTS atau kehilangan daya pendengaran sementara, yaitu berkurangnya kemampuan untuk mendengar suara
yang lemah b. Noise-induced permanent threshold shift NIPTS atau kehilangan
daya pendengaran menetap, yaitu berkurangnya kemampuan mendengar suara, yang tidak dapat pulih.
2. Efek Non-auditori Efek non-auditory adalah semua efek terhadap kesehatan dan
kesejahteraan yang disebabkan oleh pemaparan bising, kecuali efek pada organ pendengaran dan efek karena masking dari auditori informasi. Efek
non-auditori sering kali hanya dianggap sebagai sesuatu yang ringan dan efek yang kurang penting, baik disebabkan oleh stresor lain maupun
sebagai pilihan gaya hidup individual. Namun, sebenarnya telah ditemukan indikasi efek-efek non-auditori yang tidak dapat atau harus
tidak diabaikan dalam melindungi tenaga kerja di lingkungan kerjanya, diantaranya :
1. Insiden stres meningkat ansietas 2. Perubahan perilaku kejiwaan, seperti perasaan khawatir, penurunan
kemampuan membaca komprehensif, penurunan luasnya perhatian dan memori, kesulitan memecahkan masalah, mudah tersinggung, tidak
sabar dan gugup, gangguan ketenangan, gangguan kenyamanan, gangguan konsentrasi, ketidakmampuan menurunkan ketegangan.
Universitas Sumatera Utara
3. Perubahan pola perilaku, seperti peningkatan agresivitas, penurunan perilaku menolong masalah dengan hubungan personal, dan gangguan
komunikasi. 4. Perubahan fisiologi pada tubuh, seperti hipertensi, penyakit jantung
iskemik, gangguan peredaran darahjantung, gangguan pencernaan, gangguan tidur, perubahan dalam sistem imun, sakit kepala.
Dalam dunia pendidikan, kebisingan juga memberikan dampak diantaranya yaitu pembangunan sekolah yang berada di pinggir atau dekat dengan
jalan raya juga dapat memberikan dampak terhadap proses belajar-mengajar di sekolah. Dimana tingkat kebisingan pada sekolah berdasarkan peraturan yang
telah ditetapkan bahwa tidak boleh melebihi dari 55 dB karena hal tersebut dapat mempengaruhi proses belajar. Salah satu hal yang menjadi dampak tersebut
tingkat konsentrasi belajar siswa dimana pada proses belajar dibutuhkan konsentrasi yang baik pada siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan
oleh guru agar dapat dipahami apa yang telah dipelajari untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik.
2.1.7 Pengendalian Kebisingan