Pengukuran Konsentrasi Belajar Konsentrasi Belajar

f. Suhu udara yang terlalu panas g. Hubungan yang kurang harmonis dengan orang-orang yang sering berada dalam satu lingkungan yang sama. h. Polusi udara yang berasal dari kendaraan bermotor, mesin pekerja bangunan, suara bising dari kerumunan orang banyak, dan suara keramaian lalu lintas, terutama jika orang tersebut melakukan kegiatan di tempat yang lokasinya di daerah pusat bisnis. i. Gangguan penglihatan yang bersumber dari lingkungan yang kotor, tata letak barang-barang yang tidak teratur, gambar di dinding yang tidak sesuai dengan selera dan etika, dan tingkah laku orang di sekitar lingkungan.

2.2.6 Pengukuran Konsentrasi Belajar

Salah satu cara untuk mengukur konsentrasi belajar adalah dengan menggunakan Stroop Test. Kajian Stroop Effect adalah salah satu kajian yang digunakan untuk melihat proses perhatian dan kesadaran dalam diri manusia. “Stroop Effect” pertama kali diperkenalkan pada tahun 1935 oleh John Ridley Stroop dalam jurnalnya yaitu “Studies Of Interference In Serial Verbal Reactions ”. Eksprimen ini adalah yang berkaitan dengan pengencaman warna dan perkataan. Hasil keputusan dalam eksprimen ini, untuk menguji hipotesisnya itu. Stroop memperkenalkan beberapa eksprimen visual MacLeod, 1991. Dalam satu eksprimen, Stroop menunjukkan satu perkataan dan warna subjek perlu membaca dan mengecam warna yang ditunjukkan. Dalam eksprimen ini dua proses berlaku yaitu membaca perkataan dan mengecam warna dalam masa yang sama. Ini Universitas Sumatera Utara memberi satu bentuk “gangguan” antara membaca perkataaan dan mengecam warna tersebut. Stroop membuat pengecaman pada perkataan daripada mengecam warna. Terdapat kurang gangguan apabila seseorang itu mengecam perkataan daripada mengecam warna Stroop, J. R, 1935. Stroop test merupakan salah satu bentuk permainan asah otak yang dapat digunakan untuk menguji daya konsentrasi seseorang. Test ini sering digunakan oleh para psikolog menilai daya konsentrasi seseorang. Instrumen tes ini adalah kartu yag berisi sebuah kata dalam berbagai warna. Dimana responden menyebutkan kata dan warna tulisan dalam kartu dengan waktu yang diukur untuk setiap pengukuran. Misalnya, bila yang kartu yang ditunjukkan pada responden adalah kartu yang beri si kata “red” dalam warna hijau, maka responden harus “red” pada pengukuran yang pertama dan menyebutkan hijau dan bukan “red” yang tertulis dalam kartu pada pengukuran yang kedua. Menurut Damayanti 2015, penilaian tes ini dilakukan dengan mengukur kecepatan responden untuk menyebutkan warna kata dalam 25 kartu yang tersedia dengan menggunakan stopwatch untuk setiap pengukuran. Waktu yang didapatkan dari pengukuran saat responden meyebutkan warna tulisan setiap kata dalam 25 kartu dikurangi dengan waktu responden membaca kata dalam 25 kartu untuk mendapatkan interference score. Bila didapatkan selisih kedua waktu interference score  13, maka dikatakan konsetrasi baik. Namun bila interference score 13, maka dikatakan konsentrasi buruk Damayanti, 2015. Universitas Sumatera Utara

2.3 Hubungan Kebisingan dengan Tingkat Konsentrasi Belajar