Kesimpulan Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan dan Pengedaran Uang Palsu (Study Putusan Nomor 1515/Pid.B/2013/PN/MDN)

119 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat beberapa hal yang berbeda yang diatur terkait dengan tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yaitu : a. Untuk tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu, pada KUHP disebutkan bahwa berlaku suatu asas yang disebut sebagai asas universaliteit. Maksud dari asas tersebut adalah agar hukum pidana Indonesia tetap dapat diberlakukan bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu di luar Indonesia, sedangkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tidak menganut asas ini. b. Objek tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu sebagaimana yang diatur di dalam KUHP meliputi uang kertas dan uang logam. Aturan dalam KUHP tidak hanya berlaku bagi pemalsu uang kertas dan uang logam Rupiah saja, melainkan juga uang kertas dan uang logam Negara asing. Sementara itu dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang, objek pemalsuan dan pengedaran uang palsu yang diatur terbatas hanya mata uang Indonesia saja, yaitu Rupiah. c. Di dalam KUHP dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang yaitu Sanksi hukum terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata uang memiliki ancaman hukuman maksimal pidana penjara seumur hidup dan pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000.000,00 seratus miliar rupiah Pasal 36 ayat 5, Pasal 37 ayat 1 dan 2, dan Pasal 28 ayat 2. Berbeda dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Universitas Sumatera Utara 120 yang memiliki ancaman hukuman maksimal pidana penjara 15 lima belas tahun Pasal 244 dan Pasal 245. 2. Ketentuan pidana pengedaran uang palsu yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum memang sudah benar dan sudah sesuai berdasarkan pasal 245 KUH Pidana jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUH Pidana. Namun menurut penulis lebih tepat apabila Jaksa Penuntut Umum membuat dakwaan berdasarkan pasal 36 ayat 3 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang mata uang jo pasal 55 ayat 1 Ke-1 KUH Pidana, karena dalam Undang-Undang No.7 Tahun 2011 ini sanksinya lebih berat dibandingkan dengan sanksi yang terdapat dalam KUHP, selain memiliki sanksi pidana penjara undang-undang nomor 7 tahun 2011 juga memiliki sanksi pidana denda, dimana dalam pasal 36 ayat 3 nya memiliki denda paling banyak Rp.50.000.000.000,- lima puluh miliar rupiah.

B. Saran