73 Unsur subjektif dari tindak pidana yang dimaksudkan di dalam ketentuan
pidana yang diatur pasal 246 KUHP ialah unsur dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan mata uang yang telah dikurangi
nilainya. Kata “ dengan maksud di atas merupakan bijkomend oogmerk atau maksud lebih lanjut dari pelaku, yang tidak perlu telah terlaksana pada waktu
pelaku selesai melakukan perbuatan yang terlarang, yakni pada waktu selesai melakukan perbuatannya mengurangi nilai mata uang, tetapi karena maksud
pelaku tersebut merupakan unsur dari tindak pidana tersebut, dengan sendirinya baik penuntut umum maupun hakim harus dapat membuktikan tentang adanya
maksud seperti itu pada pelaku. Jika mereka ternyata tidak dapat membuktikan adanya maksud tersebut
pada pelaku, maka dengan sendirinya juga tidak ada alasan bagi mereka untuk menyatakan pelaku terbukti telah melakukan tindak pidana seperti yang
didakwakan oleh penuntut umum, hingga hakim harus memberikan putusan bebas bagi pelaku.
Kiranya perlu diperingatkan, bahwa untuk dapat menyatakan terdakwa terbukti mempunyai maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan itu,
hakim tidak perlu menggantungkan diri pada adanya pengakuan dari pelaku, melainkan ia dapat menyimpulkannya dari kenyataan atau keadaan yang ia jumpai
selama melakukan pemeriksaan terhadap pelaku.
4. Mengedarkan Uang Rusak Pasal 247
Kesengajaan mengedarkan mata uang yang telah dikurangi nilainya oleh pembentuk undang-undang telah dilarang di dalam ketentuan pidana yang diatur
pasal 247 KUHP yang rumusan aslinya di dalam bahasa belanda berbunyi sebagai berikut :
Hij die opzettelijk als ongeschonden muntspecien uitgeeft, muntspecien die hij zelf in waarde heft verminderd of waarvan de schennis hem, toen
hij ze ontving, bekend was, of deze, met het oogmerk om ze als ongeschonden uit te geven of te doen uitgeven, in voorraad heeft of
Universitas Sumatera Utara
74 binnen Indonesie invoert wordt gestraft met gevengenisstraf van ten
hoogste twaalf jaren.
59
Barangsiapa dengan sengaja mengedarkan sebagai mata uang yang tidak cacat, mata uang yang telah ia kurangi nilainya atau yang kecacatannya
telah ia ketahui pada waktu menerimanya ataupun mempunyai dalam persediaan atau memasukkan ke Indonesia mata uang seperti itu, dengan
maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan sebagai mata uang yang tidak cacat, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya
dua belas tahun. Artinya :
60
a. Yang telah ia kurangi nilainya atau
Yang dilarang di dalam ketentuan pidana yang diatur pasal 247 KUHP ialah :
1. Kesengajaan mengedarkan sebagai mata uang yang tidak cacat yakni mata uang:
a. yang telah ia kurangi nilainya atau b. yang kecacatannya telah ia ketahui pada waktu ia menerima mata uang
tersebut; 2. Kesengajaan mempunyai dalam persediaan atau memasukkan ke Indonesia
mata uang yang telah ia kurangi nilainya, dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan sebagai mata uang yang tidak cacat.
Tindak pidana pertama dari tindak pidana yang dilarang di dalam ketentuan pidana yang diatur pasal 247 KUHP mempunyai unsur-unsur sebagai
berikut : a. unsur subjektif :
Dengan sengaja; b. unsur-unsur objektif :
1. Barangsiapa;
2. mengedarkan sebagai mata uang yang tidak
cacat; 3.
Mata uang:
59
Engelbrecht, Op.cit.
60
Terjemahan Moeljatno iii, 1992. KUHP, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
75 b.
Yang kecacatannya telah ia ketahui pada waktu ia menerima mata uang
tersebut. Agar hakim menyatakan terdakwa terbukti memenuhi unsur dengan
sengaja ataupun agar hakim dapat menyatakan terdakwa terbukti mempunyai kesengajaan dalam melakukan tindak pidana pertama di atas, ia harus dapat
membuktikan tentang : a. adanya kehendak pada terdakwa untuk mengedarkan sebagai mata uang yang
tidak cacat; b. adanya pengetahuan pada terdakwa bahwa yang ia edarkan itu merupakan mata
uang yang telah ia kurangi nilainya atau; c. adanya pengetahuan pada terdakwa bahwa yang ia edarkan itu merupakan mata
uang, yang kecacatannya telah ia ketahui pada waktu ia menerima uang tersebut.
Jika kehendak dan pengetahuan tedakwa ataupun salah satu dari kehendak dan pengetahuan terdakwa tersebut ternyata tidak dapat ia buktikan,
maka dengan sendirinya juga tidak ada alasan baginya untuk menyatakan terdakwa terbukti telah memenuhi unsur dengan sengaja yang diisyaratkan di
dalam ketentuan pidana yang diatur pasal 247 KUHP, dan ia harus memberikan putusan bebas bagi terdakwa.
Untuk dapat menyatakan terdakwa terbukti mempunyai kehendak dan pengetahuan itu, hakim tidak perlu menggantungkan diri pada adanya pengakuan
dari terdakwa, melainkan ia dapat menyimpulkan dari kenyataan yang terungkap di sidang pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara terdakwa, baik dari
hal-hal yang diterangkan oleh para saksi maupun dari hal-hal yang diterangkan oleh terdakwa sendiri.
Unsur objektif pertama dari tindak pidana pertama yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidana yang diatur pasal 247 KUHP ialah unsur barangsiapa.
Kiranya sudah cukup jelas yakni bahwa kata “barangsiapa” itu menunjukkan orang, yang apabila orang tersebut terbukti memenuhi semua unsur dari tindak
Universitas Sumatera Utara
76 pidana pertama yang dimaksudkan di dalam pasal 247 KUHP, ia dapat dipandang
sebagai pelaku dari tindak pidana tersebut. Dari kata-kata “mengedarkan sebagai mata uang yang tidak cacat itu”
dapat diketahui, bahwa perbuatan tersebut harus dilakukan sendiri oleh pelaku. Akan tetapi, itu berarti di dalamnya tidak terlibat orang lain. Keterlibatan orang
lain di dalam perbuatan mengedarkan sebagai mata uang yang tidak cacat itu dapat saja misalnya dalam bentuk medeplegen atau turut melakukan, jika memang
dapat dibuktikan bahwa orang tersebut ternyata telah bekerja sama secara fisik dan disadari dengan pelaku, dan ia memang terbukti memenuhi ketentuan pidana
yang diatur pasal 247 KUHP, atau sebagai seorang yang uitgelokte jika memang dapat dibuktikan bahwa ia hanyalah merupakan seseorang yang oleh pelaku telah
digerakkan untuk melakukan perbuatan tersebut dengan memakai salah satu upaya dari upaya-upaya yang disebutkan secara limitatif di dalam rumusan ketentuan
pidana yang diatur pasal 55 ayat 1 angka 2 KUHP, ataupunn sebagai seorang medeplichtige, jika memang dapat dibuktikan bahwa orang tersebut memang
mempunyai maksud untuk memudahkan pelaku melakukan perbuatannya yang terlarang, yakni perbuatan mengedarkan sebagai mata uang yang tidak cacat, mata
uang yang telah ia kurangi nilainya ataupun mata uang yang telah ia ketahui kecacatannya pada waktu ia menerima mata uang tersebut.
61
3. mata uang yang telah dikurangi nilainya;
Tindak pidana kedua dari tindak pidana yang dilarang di dalam ketentuan pidana yang diatur pasal 247 KUHP itu mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:
a. unsur-unsur subjektif : 1.
dengan sengaja; 2.
dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan sebagai mata uang
yang tidak cacat; b. unsur-unsur objektif
: 1. Barangsiapa;
2. mempunyai dalam persediaan atau
memasukkan ke Indonesia;
61
Tentang Keterlibatan dalam suatu kejahatan, lihat : Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, hlm.754 dan selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
77 Unsur subjektif pertama dari tindak pidana kedua yang dimaksudkan di
dalam ketentuan pidana yang diatur pasal 247 KUHP ialah unsur dengan sengaja. Agar seseorang yang didakwa melakukan tindak pidana di atas dapat dinyatakan
terbukti memenuhi unsur dengan sengaja, baik penuntut umum maupun hakim harus dapat membuktikan tentang :
a. adanya kehendak pada terdakwa untuk mempunyai dalam persediaan atau memasukkan ke Indonesia mata uang yang telah dikurangi nilainya.
b. adanya pengetahuan pada terdakwa bahwa yang ia punyai dalam persediaan atau yang ia masukkan ke Indonesia itu ialah mata uang yang telah ia kurangi
nilainya. Jika kehendak dan pengetahuan terdakwa ataupun salah satu dari
kehendak dan pengetahuan terdakwa tersebut ternyata tidak dapat dibuktikan, maka dengan sendirinya juga tidak ada alasan untuk menyatakan terdakwa
terbukti memenuhi unsur sengaja tersebut, dan hakim harus memberikan putusan bebas bagi terdakwa.
Unsur objektif pertama dari tindak pidana kedua yang dimakusdkan di dalam ketentuan pidana yang diatur pasal 247 KUHP ialah unsur barangsiapa.
Unsur barangsiapa itu menunjukkan orang, yang apabila orang tersebut terbukti memenuhi semua unsur dari tindak pidana yang diatur pasal 247 KUHP, ia dapat
dipandang sebagai pelaku dari tindak pidana tersebut. Unsur objektif kedua dari tindak pidana kedua yang dimaksudkan di
dalam ketentuan pidana yang diatur pasal 247 KUHP ialah unsur mempunyai dalam persediaan atau memasukkan ke Indonesia mata uang yang telah dikurangi
nilainya. Orang yang mempunyai mata uang yang dikurangi nilainya dalam persediaan tidaklah perlu merupakan pemilik dari mata uang tersebut, melainkan
cukup jika secara nyata menguasai mata uang yang bersangkutan. Dari kata-kata “memasukkan ke Indonesia” kiranya sudah cukup jelas bahwa terdakwa telah
memasukkan dari luar Negara Indonesia ke dalam Negara Indonesia, mata uang yang telah dikurangi nilainya.
Unsur subjektif kedua dari tindak pidana kedua yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidana yang diatur pasal 247 KUHP ialah unsur dengan maksud
Universitas Sumatera Utara
78 untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan sebagai mata uang yang tidak
cacat. Unsur dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan sebagai mata uang yang tidak cacat tersebut merupakan bijkomend oogmerk atau
maksud lebih lanjut dari kehendak terdakwa untuk mempunyai dalam persediaan atau memasukkan ke Indonesia mata uang yang telah dikurangi nilainya. Agar
terdakwa dapat disebut sebagai telah selesai melakukan tindak pidananya, maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan sebagai mata uang yang tidak
cacat tersebut tidakah perlu telah terlaksana, pada waktu terdakwa selesai melakukan perbuatannya yang terlarang, yakni mempunyai dalam persediaan atau
memasukkan ke Indonesia mata uang yang telah ia kurangi nilainya. Walaupun maksud terdakwa untuk mengedarkan atau menyuruh
mengedarkan sebagai mata uang yang tidak cacat tersebut tidak perlu telah terlaksana pada waktu ia selesai melakukan perbuatannya yang terlarang, yakni
mempunyai dalam persediaan atau memasukkan ke Indonesia mata uang yang telah ia kurangi nilainya. Tetapi karena maksud terdakwa itu merupakan unsur
dari tindak pidana yang didakwakan kepadanya, dengan sendirinya baik penuntut umum maupun hakim harus dapat membuktikan tentang adanya maksud seperti
itu pada diri terdakwa. Jika maksud terebut ternyata tidak dapat dibuktikan, maka dengan sendirinya juga tidak ada alasan untuk menyatakan terdakwa terbukti telah
melakukan tindak pidana kedua seperti yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 247 KUHP, hingga hakim harus memberikan
putusan bebas bagi terdakwa.
62
Perbuatan-perbuatan dengan sengaja mengedarkan mata uang yang palsu,dipalsukan atau dikurangi nilainya atau dipalsukan di luar hal-hal yang
5. Mengedarkan Uang Rusak , Tidak Asli Atau Dipalsu Yang Lain Dari Pasal 245 dan 247 Pasal 249