Tindak Pidana Pemalsuan Dan Pengedaran Uang Palsu Menurut KUHP

35

2. Tindak Pidana Pemalsuan Dan Pengedaran Uang Palsu Menurut Hukum Positif Di Indonesia

a. Tindak Pidana Pemalsuan Dan Pengedaran Uang Palsu Menurut KUHP

Tindak pidana terhadap pemalsuan dan pengedaran uang palsu secara menyeluruh di dalam KUHP terdapat pada pasal 244 KUHP sampai dengan pasal 252 KUHP. Pasal 248 telah dihapus melalui stb. Tahun 1938 No. 593. Tindak pidana pemalsuan mata uang dan uang kertas, dapat juga disebut dengan kejahatan peniruan dan pemalsuan uang kertas dan mata uang, yang kadang juga disingkat dengan sebutan pemalsuan uang. Disebut dengan “peniruan” dan “pemalsuan” uang, karena perbuatan dalam pemalsuan uang tersebut terdiri dari meniru dan memalsu. Penyebutan tindak pidana peniruan dan pemalsuan uang tepat, apabila hanya dilihat dari rumusan pasal 244 KUHP. Namun sesungguhnya tindak pidana mengenai mata uang, yang objeknya uang, sesungguhnya lebih luas daripada sekedar memalsu dan meniru uang. Misalnya mengedarkan uang palsu atau yang dipalsu pasak 245, mengurangi nilai mata uang pasal 246 dan mengedarkannya pasal 247 dan lain-lain. Objek tindak pidana disebut dengan “mata uang” dan “uang kertas”, karena benda uang tersebut terdiri dari uang kertas dan mata uang uang logam. Objek mata uang dan uang kertas tersebut baik yang dikeluarkan oleh Negara atau bank 28 1. Ancaman pidana maksimum tindak pidana pemalsuan uang rata-rata berat. Ada tujuh bentuk tindak pidana pemalsuan uang dalam Bab X Buku II KUHP, yaitu meniru atau memalsu uang Pasal 244, sengaja mengedarkan mata uan atau uang kertas palsu atau dipalsu Pasal 245, kejahatan merusak uang Pasal 246, mengedarkan uang rusak Pasal 247, . Dalam Sistem Hukum pidana kita, tindak pidana terhadap mata uang dan uang kertas merupakan tindak pidana yang berat, terbukti dari dua hal, yaitu : 28 Adam Chazawi, Ardi Ferdian, Tindak Pidana Pemalsuan, Cetakan Pertama. PT.Raja Grafindo. Jakarta. 2014. Hal 45. Universitas Sumatera Utara 36 mengedarkan uang rusak, tidak asli atau dipalsu yang lain dari pasal 245 dan pasal 247 Pasal 249, membuat atau mempunyai persedian benda atau bahan untuk meniru, memalsu uang atau mengurangi nilai mata uang Pasal 250, menyimpan kepingan perak yang dianggap mata uang Pasal 251. Dua diantara 7 tindak pidana tersebut diancam dengan pidana penjara maksimum 15 tahun Pasal 244 dan 245, dua dengan pidana penjara maksimum 12 tahun Pasal 246 dan 247, satu dengan pidana penjara maksimum 6 tahun Pasal 250. Sementara sisanya diancam dengan pidana penjara maksimum 1 tahun Pasal 250 bis dan pidana penjara maksimum 4 bulan 2 minggu Pasal 249. 2. Keberlakuan norma hukum tindak pidana mengenai uang berlaku asas universaliteit. 29 Maksudnya adalah bagi setiap orang di luar wilayah Hukum Indonesia melakukan tindak pidana mengenai mata uang dan uang kertas Indonesia, diberlakukan hukum pidana Indonesia Pasal 4 angka 2 KUHP 30 Diberlakukannya asas universaliteit bukan saja berhubungan dengan maksud memberikan perlindungan hukum terhadap kepentingan hukum masyarakat dan Negara Indonesia, melainkan juga memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat Internasional. Sebagai contoh, hukum pidana Indonesia dapat digunakan untuk memidana seorang warga Negara asing yang memalsu uang Negara yang kemudian melarikan diri ke luar negeri, dimana Negara tersebut tidak mempunyai perjanjian mengenai ekstradisi dengan Indonesia . 31 . 29 Pasal 4 angka 2 KUHP menyatakan, bahwa ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang melakukan di luar Indonesia “Suatu kejahatan mengenai mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara atau bank, ataupun mengenai materai yang dikeluarkan dan merek yang digunakan oleh Pemerintah Indonesia”. 30 Adam Chazawi, Ardi Ferdian, Op.cit., hlm 46. 31 Loc.cit. Universitas Sumatera Utara 37 b. Tindak Pidana Pemalsuan Dan Pengedaran Uang Palsu Menurut Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang Ketentuan tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dianggap belum mengatur secara kompherensif jenis perbuatan dan sanksi yang diancamkan. Dengan dasar pemikiran tersebut, lahirlah peraturan hukum baru yang membahas mengenai Rupiah sebagai mata uang Indonesia yang diharapkan dapat menjadi suatu langkah baru dalam upaya pemberantasan tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu di Indonesia, berikut larangan dan sanksi terhadap tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang mata uang.

1. Larangan