Menyimpan Kepingan Perak Yang Dianggap Mata Uang Pasal 251

87 bahan atau benda itu sebagai sarana untuk meniru atau memalsu atau mengurangi nilai mata uang tidak perlu sama dengan kenyataan yang sesungguhnya tentang kegunaan bahan atau benda tersebut. Orang yang memiliki pengetahuan salah tersebut sudah dapat dipidana. 74 Hij die opzettelijk, zonder schriftelijke vergunning van het hoofd van het gewestelijk bestuur, zilveren schijven of platen, al of niet voorzien van een stempel, en geschikt om na stempeling, overstempeling of eenige andere bewerking, voor muntspecien te worden aangezien, en welke niet klaarblijkelijk bested zijn om tot sieraad of als gedenkpenning te dienen, in voorraad heeft of binnen Indonesie invert, wordt gestraft met gevagenisstraf van ten hoogste een jaar of geldboete van ten hoogste honderd vijftig duizend gulden.

7. Menyimpan Kepingan Perak Yang Dianggap Mata Uang Pasal 251

Di dalam ketentuan pidana yang diatur Pasal 251 KUHP, yang rumusan aslinya dalam bahasa Belanda berbunyi sebagai berikut : 75 Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa izin pemerintah, menyimpan atau memasukkan ke Indonesia keeping-keping atau lembaran-lembaran perak, baik yang ada maupun yang tidak ada capnya atau dikerjakan sedikit, mungkin dianggap sebagai mata uang, padahal tidak nyata-nyata akan digunakan sebagai perhiasan atau tanda peringatan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau pidana denda paling banyak sepuluh ribu rupiah. Artinya : 76 Rumusan pasal 251 tersebut bila dirinci, dapat dilihat unsur-unsurnya sebagai berikut : 74 Adam Chazawi, Ardi Ferdian, Op.cit., hlm.86-89. 75 Engelbrecht, Op.cit. 76 Terjemahan BPHN Universitas Sumatera Utara 88 Unsur-unsur objektif : 1. Perbuatannya : a. menyimpan; b. memasukkan ke Indonesia; 2. Melawan hukum : Tanpa izin Pemerintah; 3. Objeknya : a. keeping-kepingan perak b. lembar-lembaran perak : - yang ada capnya; - yang tidak ada capnya; - yang diulang capnya; - yang setelah dikerjakan sedikit tampak seperti mata uang; 4. padahal tidak nyata-nyata akan digunakan sebagai perhiasan atau tanda peringatan; Unsur subjektif 5. Kesalahan : dengan sengaja. Dibentuknya tindak pidana pasal 251 dimaksudkan sebagai usaha preventif agar di Indonesia tidak terjadi adanya benda-benda yang beredar yang menyerupai mata uang. Oleh sebab itu, pasal ini melarang orang melakukan perbuatan menyimpan atau memasukkan ke Indonesia benda-benda berupa kepingan atau lembaran perak yang ada capnya maupun tidak ada capnya, atau telah diulang capnya atau setelah dikerjakan sedikit tampak seperti mata uang, benda-benda mana menyerupai atau seperti mata uang. Untuk menyimpan atau memasukkan ke Indonesia benda-benda yang menjadi objek tindak pidana pasal ini, terlebih dahulu harus mendapat izin dari pemerintah, kecuali apabila benda-benda tersebut nyata-nyata dimaksudkan untuk digunakan sebagai perhiasan, misalnya liontin, kalung, cincin dan sebagainya, atau tanda peringatan misalnya untuk membuat medali. Sifat melawan hukumnya perbuatan menyimpan atau memasukkan ke Indonesia terletak pada unsur tanpa izin tersebut. Sementara “unsur tidak nyata-nyata akan digunakan sebagai perhiasan atau tanda peringatan”, merupakan unsur syarat tambahan untuk Universitas Sumatera Utara 89 dapatnya perbuatan itu menjadi melawan hukum, atau dengan kata lain untuk dapatnya dipidana. Perbuatan menyimpan adalah perbuatan menempatkan suatu benda di dalam kekuasaan atau tempat yang sedemikian rupa, yang menjadikan hubungan yang sedemkian eratnya antara dirinya dengan benda itu. Dalam hal ini tidak diperlukan benar-benar disimpan oleh dirinya sendiri, melainkan dapat juga oleh orang lain atas perintahnya. Hubungan yang sedemikian eratnya itu juga menjadikan keadaan aman dan terpeliharanya benda itu dari gangguan dan kerusakan. Tidak terdapat maksud apa yang terkandung dalam diri si pembuat yang menyimpan atau memasukkan ke Indonesia. Namun demikian, jika maksud si pembuat nyata-nyata ditujukan untuk dibuat perhiasan, maka perbuatan menyimpan meskipun tanpa izin tidaklah dapat dipidana. Maksud yang demikian ini merupakan alasana peniadaan kesalahan. 77 77 Adam Chazawi, Ardi Ferdian, Op.cit., hlm.90 - 92. Pasal 251 terdapat unsur sengaja, yang dalam rumusan ditempatkan mendahului semua unsur. Agar seseorang terdakwa yang didakwa melanggar larangan yang diatur dalam pasal 251 KUHP dapat dipandang sebagai telah memenuhi unsur kesengajaan tersebut, baik penuntut umum maupun hakim harus dapat membuktikan di sidang pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara terdakwa tentang : a. adanya kehendak pada terdakwa untuk tanpa mendapat izin dari kepala Pemerintahan Daerah setempat mempunyai dalam persediaan atau memasukkan ke Indonesia keeping-keping atau lempengan-lempengan perak baik yang dibubuhi ataupun yang tidak dibubuhi dengan sebuah cap; b. adanya pengetahuan pada terdakwa bahwa keping-keping atau lempengan- lempengan perak tersebut setelah dibubuhi atau dibubuhi kembali dengan sebuah cap ataupun setelah dikerjakan dengan sesuatu cara yang lain dapat dipandang sebagai mata uang; Universitas Sumatera Utara 90 c. adanya kehendak pada terdakwa untuk tidak memakai benda-benda tersebut sebagai perhiasan atau tanda kenang-kenangan. Jika kehendak dan pengetahuan terdakwa ataupun salah satu dari kehendak dan pengetahuan terdakwa tersebut di atas ternyata tidak dapat mereka buktikan, maka dengan sendirinya juga tidak ada alasan bagi mereka untuk menyatakan terdakwa terbukti memenuhi unsur kesengajaan yang diisyaratkan di dalam rumusan ketentuan pidana yang diatur pasal 251 KUHP, sehingga hakim harus memberikan putusan bebas bagi terdakwa. 78 Dalam tindak pidana mengenai mata uang dan uang kertas, hanya pasal 251 ini saja yang mencantumkan unsur sifat melawan hukumnya perbuatan, yaitu “tanpa izin pemerintah”. Perkataan “tanpa izin” adalah merupakan unsur sifat melawan hukum, dicantumkannya unsur ini dalam pasal 251 dimaksudkan, agar tidak semua perbuatan memasukkan ke Indonesia benda keping-kepingan atau lembaran perak sebagaimana yang dimaksudkan dipidana. Dari sudut unsur melawan hukum ini, jika ada izin maka perbuatan menyimpan atau memasukkan ke Indonesia benda-benda tersebut tidak boleh dipidana. Apabila unsur tanpa izin tersebut tidak dicantumkan, maka semua orang yang menyimpan atau memasukkan benda-benda tersebut ke Indonesia dapat dipidana. 79 Berbeda dengan tindak pidana terhadap uang lainnya, tidak dicantumkan unsur melawan hukum. Meskipun tidak dicantumkan secara formal dalam rumusan, bukan berarti tidak mengandung sifat melawan hukum. Tidak ada satu tindak pidana manapun yang tidak mengandung sifat melawan hukum di dalamnya. Apabila tidak ditemukan dalam rumusan, unsur melawan hukum terdapat secara terselubung. Sifat terlarangnya perbuatan tersembunyi di unsur perbuatannya, atau unsur-unsur keadaan tertentu, atau akibat tertentu yang 78 P.A.F Lamintang, Theo Lamintang. Op.cit., hlm. 205-206. 79 Adam Chazawi, Ardi Ferdian, Op.cit., hlm.93. Universitas Sumatera Utara 91 dilarang, 80 Objek tindak pidana pasal 251 adalah benda perak yang terdiri dari kepingan-kepingan atau lembar-lembara perak. Pada objek ini melekat 4 empat unsur keadaan yang menyertai, ialah : “ada capnya” ; “tidak ada capnya”; “diulang capnya” dan setelah dikerjakan sedikit menyerupai mata uang. atau objek tindak pidana, atau keadaan menyertai perbuatan atau menyertai objek tindak pidananya. Perbedaan antara tindak pidana yang dicantumkan unsur melawan hukum dan yang tidak ada hanyalah dari sudut pembuktiannya saja. Apabila dicantumkan maka harus dibuktikan. Apabila tidak maka tidak perlu dibuktikan. Cukup membuktikan unsur dimana unsur sifat melawan hukum tersebut melekat. Dengan terbuktinya unsur tersebut, maka unsur sifat terlarangnya perbuatan telah dianggap terbukti pula. 81 - De valse, vervalste of geschonden muntspecien, 8. Pidana Tambahan Bagi Para Pelaku Tindak Pidana Yang Diatur Dalam Bab Ke-X Buku Ke-II KUHP Pasal 250 bis Ketentuan pertama yang mengatur masalah pidana tambahan yang dapat dijatuhkan bagi para pelaku tindak pidana yang diatur dalam Bab ke-X Buku ke-II KUHP ialah ketentuan yang diatur dalam pasal 250 bis KUHP yang rumusan aslinya dalam bahasa belanda berbunyi sebagai berikut : Bij veroordeling wegens een der in dezen title omschreven misdrijven worden : - De valse or vervalste munt – of bankbiljetten, - De stoffen of voorwerpen, uit hun aard bested tot het namaken, vervalsen of in waarde verminderen van muntspecien of het namaken of vervalsen van munt- of bankbiljetten, 80 Ny. Komariah Emong Sapardjaja. 2002. Ajaran Sifat Melawan Hukum Materiel Dalam Hukum Pidana Indonesia, Penerbit Sinar Baru, Bandung, hlm. 23 81 Adam Chazawi, Ardi Ferdian, Op.cit., hlm.94. Universitas Sumatera Utara 92 - Voor zover daarmede het misdrijf is gepleegd, of zij het voorwerp daarvan hebben uitgemaakt, verbeurdverklaard, ook indien zij niet aan den veroordeelde toebehoren. 82 Artinya : Pada waktu menjatuhkan pidana karena salah satu kejahatan yang diatur dalam bab ini, benda-benda berikut ini dinyatakan disita, walaupun benda-benda tersebut bukan kepunyaan terpidana, yakni : - Mata uang palsu, yang dipalsukan atau dikurangi nilainya, - Uang kertas Negara atau uang kertas bank yang palsu atau dipalsukan, - Bahan-bahan atau alat-alat yang menurut sifatnya diperuntukkan bagi perbuatan-perbuatan meniru, memalsukan atau mengurangi nilai mata uang atau meniru atau memalsukan uang kertas Negara atau uang kertas bank, - Sejauh benda-benda tersebut telah dipakai dalam melakukan kejahatan yang bersangkutan atau telah dipakai sebagai alat untuk melakukan kejahatan tersebut. Ketentuan kedua yang mengatur masalah pidana tambahan yang dapat dijatuhkan bagi para pelaku beberapa tindak pidana tertentu yang diatur Bab ke-X Buku Ke-II KUHP ialah ketentuan yang diatur pasal 252 KUHP, yang rumusan aslinya di dalam bahasa belanda berbunyi sebagai berikut : Bij veroordeling wegens een der in de art. 244-247 omschreven misdrijven, kan onzetting van de in art. 35 no 1-4 vermelde rechten worden uitgesproken. 83 82 Engelbrecht, Op.cit, 83 Ibid, hlm.1337. Artinya : Universitas Sumatera Utara 93 Pada waktu menjatuhkan pidana karena salah satu kejahatan yang diatur pasal 244-247, dapat diputuskan pencabutan hak-hak seperti yang disebutkan dalam pasal 35 no.1-4. Adapun hak-hak yang disebutkan pasal 35 KUHP yang dapat dicabut oleh hakim karena melakukan salah satu kejahatan di atas adalah : 1. hak untuk menduduki jabatan-jabatan atau jabatan-jabatan tertentu; 2. hak untuk bekerja pada angkatan bersenjata; 3. hak untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diselenggarakan menurut peraturan-peraturan umum dan; 4. hak untuk menjadi seorang penasihat, seorang kuasa yang diangkat oleh pengadilan, seorang wali, wali pengawas, pengampu, pengampu pengawas dari orang-orang lain kecuali dari anak-anaknya sendiri. 84 Untuk tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu, pada KUHP disebutkan bahwa berlaku suatu asas yang disebut sebagai asas universaliteit. Maksud dari asas tersebut adalah agar hukum pidana Indonesia tetap dapat diberlakukan bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu di luar Indonesia. Ketentuan ini diatur dalam KUHP Pasal 4. Setiap orang baik warga Negara Indonesia maupun warga Negara asing yang berbuat kejahatan sebagaimana diatur dalam pasal ini, meskipun berada di luar wilayah Indonesia dapat dikenakan ketentuan-ketentuan pidana Indonesia D. Perbedaan Antara Pengaturan Tindak Pidana Pemalsuan Dan Pengedaran Uang Palsu Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP Dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang 85 84 P.A.F Lamintang, Theo Lamintang. Op.cit., hlm. 213. 85 Pasal 4 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. . Universitas Sumatera Utara 94 Terkait kejahatan tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu, aturan pasal per pasal dalam KUHP juga sudah tergolong lengkap dengan meliputi berbagai jenis tindakan yang dapat menimbulkan kerugian bagi Negara dan masyarakat. Mulai dari kejahatan meniru atau memalsu uang Pasal 244, mengedarkan uang palsu Pasal 245, merusak uang Pasal 246, mengedarkan uang rusak Pasal 247, mengedarkan uang palsu yang lain dari pasal 245 dan 247 Pasal 249, membuat atau mempunyai persediaan benda atau bahan untuk memalsu uang Pasal 250, dan menyimpan kepingan perak yang dianggap sebagai mata uang Pasal 251. Objek rindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu sebagaimana yang diatur di dalam KUHP meliputi uang kertas dan uang logam. Aturan dalam KUHP tidak hanya berlaku bagi pemalsu uang kertas dan uang logam Rupiah saja, melainkan juga uang kertas dan uang logam Negara asing 86 Perbedaan lain yang bisa dilihat saat membandingkan aturan hukum terkait dengan tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu yang terdapat di dalam KUHP dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang yaitu Sanksi hukum terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata uang . Sementara itu dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang, objek pemalsuan dan pengedaran uang palsu yang diatur terbatas hanya mata uang Indonesia saja, yaitu Rupiah. Hal ini merupakan pembeda utama antara KUHP dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang. Untuk jenis perbuatan terkait dengan tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu yang dilarang, sebenarnya hampir sama seperti yang diatur di dalam KUHP, yaitu meniru Rupiah Pasal 24, merusak Rupiah Pasal 25, memalsu Rupiah Pasal 26, dan membuat atau mempunyai persediaan benda atau bahan untuk memalsu Rupiah Pasal 27. Semua pasal yang telah disebutkan di atas juga dapat ditemukan rumusannya dalam KUHP . 86 Ibid., hlm.184. Universitas Sumatera Utara 95 memiliki ancaman hukuman maksimal pidana penjara seumur hidup dan pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000.000,00 seratus miliar rupiah Pasal 36 ayat 5, Pasal 37 ayat 1 dan 2, dan Pasal 28 ayat 2. Berbeda dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang memiliki ancaman hukuman maksimal pidana penjara 15 lima belas tahun Pasal 244 dan Pasal 245 87 87 Diakses dari http : Respository.USU.ac.id . Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Uang mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian karena uang merupakan alat transaksi pembayaran dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat berfungsi sebagai alat tukar, uang harus diterimamendapat jaminan kepercayaan. Pada masa ini jaminan kepercayaan itu diberikan pemerintah berdasarkan undang-undang atau keputusan yang berkekuatan hukum. Dengan fungsinya sebagai alat transaksi, uang amat mempermudah dan mempercepat kegiatan pertukaran dalam perekonomian modern. Uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita sehari- hari. Dan ada pula yang berpendapat bahwa “uang” merupakan “darah”-nya perekonomian, karena di dalam masyarakat modern dewasa ini, dimana mekanisme perekonomian berdasarkan lalu lintas barang dan jasa semua kegiatan- kegiatan ekonomi akan memerlukan uang sebagai alat pelancar guna mencapai tujuan . 1 Peranan uang sangat strategis dalam memainkan peranannya dalam perekonomian suatu Negara. Walaupun saat ini berkembang suatu penggunaan transaksi keuangan secara elektronik, namun tidak mengurangi pentingnya transaksi secara tunai. Terlebih lagi sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggunakan uang kertas kartal 2 1 Iswardono SP., Uang dan Bank, Edisi Keempat, Cetakan Kelima Yogyakarta: BPFE, 1997, hlm.3. 2 Tim Peneliti Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung, “Ringkasan Penelitian Hukum Tindak Pidana di Bidang Mata Uang”, Makalah Dalam Seminar Kejahatan Terhadap Mata Uang dan Upaya Penegakan Hukumnya di Wilayah Sumatera Utara Pada Tanggal 14 Januari 2006 di Biro Rektor USU, Medan hlm. 7-8. . Universitas Sumatera Utara