Rupiah Logam Pecahan Rp 500 Tahun Emisi 2003 Rupiah Logam Pecahan Rp 200 Tahun Emisi 2003 Rupiah Logam Pecahan Rp 100 Tahun Emisi 1999 Larangan Ketentuan Pidana

29

8. Rupiah Logam Pecahan Rp 1.000 Tahun Emisi 2010

9. Rupiah Logam Pecahan Rp 500 Tahun Emisi 2003

10. Rupiah Logam Pecahan Rp 200 Tahun Emisi 2003

11. Rupiah Logam Pecahan Rp 100 Tahun Emisi 1999

Universitas Sumatera Utara 30

12. Rupiah Logam Pecahan Rp 50 Tahun Emisi 1999

1.6 Dasar Hukum Pengeluaran Dan Pengedaran Uang Rupiah Di Indonesia

Dasar Hukum pengeluaran dan pengedaran uang rupiah di Indonesia, terdiri dari : 1. Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 23 ayat 3 yang berbunyi : “Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang”. Dalam penjelasan Undang-Undang dasar tersebut dikemukakan bahwa “Bank Indonesia yang akan mengeluarkan dan mengatur peredaran uang kertas, ditetapkan dengan undang-undang”. 22 2. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 Jo Undang-Undang No.3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, mengatur : a. Pasal 19 Bank Indonesia berwenang menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang akan digunakan dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah. 22 Pasal 23 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Universitas Sumatera Utara 31 b. Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang yang dimaksud dari peredaran. Pasal 20 23 3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 614PBI2004 tentang Pengeluaran, Pengedaran, Pencabutan Dan Penarikan, Serta Pemusnahan Uang Rupiah, mengatur : a. Pasal 2 1. Bank Indonesia menetapkan macam Uang, harga Uang, ciri Uang yang akan dikeluarkan, serta Bahan Uang yang digunakan. 2. Dalam menetapkan Ciri Uang dan Bahan Uang, Bank Indonesia berwenang menetapkan desain Uang, spesifikasi Uang, dan spesifikasi Bahan Uang. b. Pasal 5 Bank Indonesia menetapkan tanggal mulai berlakunya uang yang dikeluarkan sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Negara Republik Indonesia. c. Pasal 7 1. Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang mengedarkan uang kepada masyarakat. 2. Pelaksanaan pengedaran Uang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang disetujui oleh Bank Indonesia. d. b. Uang yang masih layak edar yang dengan pertimbangan tertentu tidak lagi mempunyai manfaat ekonomis dan atau kurang diminati oleh masyarakat. Pasal 11 Bank Indonesia melakukan pemusnahan terhadap : a. Uang tidak layak edar; dan 24 23 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Jo Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia. Universitas Sumatera Utara 32 4. Undang- Undang No. 7 Tahun 2011 tentang Mata uang, mengatur : a. 1. Pengelolaan Rupiah meliputi tahapan : Pasal 11 a. Perencanaan; b. Pencetakan; c. Pengeluaran; d. Pengedaran ; e. Pencabutan dan Penarikan ; dan f. Pemusnahan. 2. Perencanaan, Pencetakan, dan Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh Bank Indonesia yang berkoordinasi dengan Pemerintah. 3. Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang melakukan pengeluaran, pengedaran danatau Pencabutan dan Penarikan Rupiah. 4. Dalam melaksanakan pengedaran rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat 3, Bank Indonesia menentukan nomor seri uang kertas. b. 1. Perencanaan dan penentuan jumlah Rupiah yang dicetak dilakukan oleh Bank Indonesia yang berkoordinasi dengan Pemerintah. Pasal 13 2. Penyediaan jumlah Rupiah yang beredar dilakukan oleh Bank Indonesia. c. 1. Pencetakan Rupiah dilakukan oleh Bank Indonesia. Pasal 14 2. Pencetakan Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan di dalam negeri dengan menunjuk badan usaha milik Negara sebagai pelaksana Pencetakan Rupiah. 3. Dalam hal badan usaha milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat 2 menyatakan tidak sanggup melaksanakan Pencetakan Rupiah, Pencetakan Rupiah dilaksanakan oleh badan usaha milik Negara bekerja 24 Peraturan Bank Indonesia Nomor 614PBI2004 tentang Pengeluaran, Pengedaran, Pencabutan Dan Penarikan, Serta Pemusnahan Uang Rupiah. Universitas Sumatera Utara 33 sama dengan lembaga lain yang ditunjuk melalui proses yang transparan dan akuntabel serta menguntungkan Negara. 4. Pelaksana Pencetakan Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat 2 harus menjaga mutu, keamanan, dan harga yang bersaing. d. 1. Pengeluaran Rupiah dilakukan dan ditetapkan oleh Bank Indonesia, ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, serta diumumkan melalui media massa. Pasal 15 2. Rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dibebaskan dari bea materai. 3. Bank Indonesia menetapkan tanggal, bulan dan tahun mulai berlakunya Rupiah. e. 1. Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang mengedarkan rupiah kepada masyarakat. Pasal 16 2. Pengedaran Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh Bank Indonesia sesuai dengan kebutuhan jumlah uang beredar. 3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mengedarkan Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dengan Peraturan Bank Indonesia. f. 1. Pencabutan dan Penarikan Rupiah dari peredaran dilakukan dan ditetapkan oleh Bank Indonesia, ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, serta diumumkan melalui media massa. Pasal 17 2. Pencabutan dan Penarikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan penggantian oleh Bank Indonesia sebesar nilai nominal yang sama. 3. Hak untuk memperoleh penggantian Rupiah yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak berlaku setelah 10 sepuluh tahun sejak tanggal pencabutan. Universitas Sumatera Utara 34 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria penggantian atas Rupiah yang dicabut dan ditarik sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dengan Peraturan Bank Indonesia. g. c. Rupiah yang sudah tidak berlaku. Pasal 18 1. Pemusnahan terhadap Rupiah yang ditarik dari peredaran dilakukan oleh Bank Indonesia yang berkoordinasi dengan Pemerintah. 2. Jumlah dan nilai nominal Rupiah yang dimusnahkan ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. 3. Kriteria Rupiah yang dimusnahkan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berupa : a. Rupiah yang tidak layak edar; b. Rupiah yang masih layak edar yang dengan pertimbangan tertentu tidak lagi mempunyai manfaat ekonomis danatau kurang diminati oleh masyarakat; danatau 25 a. Peratutan Bank Indonesia Nomor 1614PBI2014 tentang Pengeluaran dan Pengedaran Uang Rupiah Kertas Pecahan 100.000 Seratus Ribu Tahun Emisi 2014 Dalam Bentuk Uang Rupiah Kertas Bersambung 5. Ketentuan-Ketentuan lainnya yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada waktu penerbitan uang rupiah baru dan pada waktu pemusnahan uang rupiah. Contohnya : 26 b. Peraturan Bank Indonesia Nomor 181PBI2016 tentang Jumlah Dan Nilai Nominal Uang Rupiah Yang Dimusnahkan Tahun 2015 . 27 25 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. 26 Peratutan Bank Indonesia Nomor 1614PBI2014 tentang Pengeluaran dan Pengedaran Uang Rupiah Kertas Pecahan 100.000 Seratus Ribu Tahun Emisi 2014 Dalam Bentuk Uang Rupiah Kertas Bersambung. 27 Peraturan Bank Indonesia Nomor 181PBI2016 tentang Jumlah Dan Nilai Nominal Uang Rupiah Yang Dimusnahkan Tahun 2015 . Universitas Sumatera Utara 35

2. Tindak Pidana Pemalsuan Dan Pengedaran Uang Palsu Menurut Hukum Positif Di Indonesia

a. Tindak Pidana Pemalsuan Dan Pengedaran Uang Palsu Menurut KUHP

Tindak pidana terhadap pemalsuan dan pengedaran uang palsu secara menyeluruh di dalam KUHP terdapat pada pasal 244 KUHP sampai dengan pasal 252 KUHP. Pasal 248 telah dihapus melalui stb. Tahun 1938 No. 593. Tindak pidana pemalsuan mata uang dan uang kertas, dapat juga disebut dengan kejahatan peniruan dan pemalsuan uang kertas dan mata uang, yang kadang juga disingkat dengan sebutan pemalsuan uang. Disebut dengan “peniruan” dan “pemalsuan” uang, karena perbuatan dalam pemalsuan uang tersebut terdiri dari meniru dan memalsu. Penyebutan tindak pidana peniruan dan pemalsuan uang tepat, apabila hanya dilihat dari rumusan pasal 244 KUHP. Namun sesungguhnya tindak pidana mengenai mata uang, yang objeknya uang, sesungguhnya lebih luas daripada sekedar memalsu dan meniru uang. Misalnya mengedarkan uang palsu atau yang dipalsu pasak 245, mengurangi nilai mata uang pasal 246 dan mengedarkannya pasal 247 dan lain-lain. Objek tindak pidana disebut dengan “mata uang” dan “uang kertas”, karena benda uang tersebut terdiri dari uang kertas dan mata uang uang logam. Objek mata uang dan uang kertas tersebut baik yang dikeluarkan oleh Negara atau bank 28 1. Ancaman pidana maksimum tindak pidana pemalsuan uang rata-rata berat. Ada tujuh bentuk tindak pidana pemalsuan uang dalam Bab X Buku II KUHP, yaitu meniru atau memalsu uang Pasal 244, sengaja mengedarkan mata uan atau uang kertas palsu atau dipalsu Pasal 245, kejahatan merusak uang Pasal 246, mengedarkan uang rusak Pasal 247, . Dalam Sistem Hukum pidana kita, tindak pidana terhadap mata uang dan uang kertas merupakan tindak pidana yang berat, terbukti dari dua hal, yaitu : 28 Adam Chazawi, Ardi Ferdian, Tindak Pidana Pemalsuan, Cetakan Pertama. PT.Raja Grafindo. Jakarta. 2014. Hal 45. Universitas Sumatera Utara 36 mengedarkan uang rusak, tidak asli atau dipalsu yang lain dari pasal 245 dan pasal 247 Pasal 249, membuat atau mempunyai persedian benda atau bahan untuk meniru, memalsu uang atau mengurangi nilai mata uang Pasal 250, menyimpan kepingan perak yang dianggap mata uang Pasal 251. Dua diantara 7 tindak pidana tersebut diancam dengan pidana penjara maksimum 15 tahun Pasal 244 dan 245, dua dengan pidana penjara maksimum 12 tahun Pasal 246 dan 247, satu dengan pidana penjara maksimum 6 tahun Pasal 250. Sementara sisanya diancam dengan pidana penjara maksimum 1 tahun Pasal 250 bis dan pidana penjara maksimum 4 bulan 2 minggu Pasal 249. 2. Keberlakuan norma hukum tindak pidana mengenai uang berlaku asas universaliteit. 29 Maksudnya adalah bagi setiap orang di luar wilayah Hukum Indonesia melakukan tindak pidana mengenai mata uang dan uang kertas Indonesia, diberlakukan hukum pidana Indonesia Pasal 4 angka 2 KUHP 30 Diberlakukannya asas universaliteit bukan saja berhubungan dengan maksud memberikan perlindungan hukum terhadap kepentingan hukum masyarakat dan Negara Indonesia, melainkan juga memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat Internasional. Sebagai contoh, hukum pidana Indonesia dapat digunakan untuk memidana seorang warga Negara asing yang memalsu uang Negara yang kemudian melarikan diri ke luar negeri, dimana Negara tersebut tidak mempunyai perjanjian mengenai ekstradisi dengan Indonesia . 31 . 29 Pasal 4 angka 2 KUHP menyatakan, bahwa ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang melakukan di luar Indonesia “Suatu kejahatan mengenai mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara atau bank, ataupun mengenai materai yang dikeluarkan dan merek yang digunakan oleh Pemerintah Indonesia”. 30 Adam Chazawi, Ardi Ferdian, Op.cit., hlm 46. 31 Loc.cit. Universitas Sumatera Utara 37 b. Tindak Pidana Pemalsuan Dan Pengedaran Uang Palsu Menurut Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang Ketentuan tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dianggap belum mengatur secara kompherensif jenis perbuatan dan sanksi yang diancamkan. Dengan dasar pemikiran tersebut, lahirlah peraturan hukum baru yang membahas mengenai Rupiah sebagai mata uang Indonesia yang diharapkan dapat menjadi suatu langkah baru dalam upaya pemberantasan tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu di Indonesia, berikut larangan dan sanksi terhadap tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang mata uang.

1. Larangan

Isi dari bab VII dari UU RI Nomor 7 Tahun 2011 merupakan larangan atas beberapa perbuatan yang berkaitan dengan pemalsuan dan pengedaran uang palsu yang terdiri dari 5 pasal, mulai dari pasal 24 sampai pasal 27 Yaitu mengenai larangan terhadap tindakan terhadap Meniru Rupiah Pasal 24, Merusak Rupiah Pasal 25, Memalsu Rupiah Pasal 26, Memproduksi Atau Memiliki Persediaan Bahan Untuk Membuat Rupiah Palsu Pasal 27

2. Ketentuan Pidana

Ketentuan Pidana Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan dan Pengedaran Uang Palsu secara menyeluruh terdapat di dalam pasal 34 sampai pasal 41 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Ada 4 bentuk tindak pidana terkait dengan pemalsuan dan pengedaran uang palsu yang terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2011, yaitu : 1. Meniru dan mengedarkan Rupiah tiruan Pasal 34; 2. Sengaja merusak, memotong, menghancurkan danatau mengubah Rupiah, membeli, menjual, mengekspor atau mengimpor Rupiah yang sudah dirusak, dipotong, dihancurkan danatau diubah Pasal 35; 3. Memalsu Rupiah dan menyimpan Rupiah palsu Pasal 36; Universitas Sumatera Utara 38 4. Memproduksi atau memiliki persediaan bahan untuk membuat Rupiah palsu Pasal 37; Sanksi hukum terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata uang memiliki ancaman hukuman maksimal pidana penjara seumur hidup dan pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000.000,00 seratus miliar rupiah Pasal 36 ayat 5, Pasal 37 ayat 1 dan 2, dan Pasal 28 ayat 2. Berbeda dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang memiliki ancaman hukuman maksimal pidana penjara 15 lima belas tahun. Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, objek mata uang terbatas hanya di mata uang Indonesia, saja yaitu Rupiah 32 32 Diakses dari http: Respository.Usu.ac.id pada tanggal 16 Juni 2016 . Universitas Sumatera Utara 39

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian Pendekatan penelitian ini dilakukan dengan pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian dilakukan dengan cara lebih dahulu meneliti bahan-bahan perpustakaan hukum yang berhubungan dengan permasalahan dan selanjutnya melihat secara obyektif melalui ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menggambarkan dan menganalisis permasalahan yang dikemukakan yang bertujuan untuk mendeskriptifkan secara konkret tentang Penerapan Sanksi Pidana Dalam Tindak Pidana Pemalsuan Uang Dan Pengedarannya. 2. Sumber data Penelitian ini mengumpulkan sumber-sumber selanjutnya dijadikan sebagai bahan dalam pengolahan data yang bersumber dari : Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang, Putusan Pengadilan dan buku-buku literatur yang menyangkut pemalsuan uang. 3. Metode Pengumpulan Data Metode yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah memakai data sekunder yakni studi pustaka dengan cara mempelajari literatur-literatur buku tentang pemalsuan uang. 4. Analisa Data Data akan dianalisa secara kualitatif dengan mempelajari berbagai literature buku. Karena sifat penelitian adalah deskriptif maka semua data yang dikumpulkan kemudian diseleksi serta dianalisis sedang data yang diperoleh di putusan pengadilan akan dianalisis sesuai dengan data yang diperlukan sehingga akan diperoleh gambaran dalam prakteknya terhadap permasalahan yang ingin dijawab. Universitas Sumatera Utara