Rumusan Masalah Tinjauan Pustaka

xix Dalam konsep pola berpikir CIPP, Context, Input, Process, dan Product, dipandang saling berkait dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Kondisi hubungan, keberkaitan dan pengaruh di antaranya itulah, yang menjadi fokus perhatian dan pusat kajian dalam penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, masalah yang menjadi fokus kajian penelitian dan perumusannya diuraikan sebagai berikut. 1. Berkaitan dengan Context, bagaimana kondisi karakteristik siswa, guru, dan sekolah, dalam mendukung pembelajaran sastra yang apresiatif dalam perspektif kurikulum berbasis kompetensi di SMA Negeri 1, SMA Negeri 8, SMA Al-Islam 1, dan SMA Murni Surakarta? a. Bagaimana kompetensi akademik, sikap dan minat siswa terhadap sastra? b. Bagaimana latar belakang pendidikan, pengalaman, status kepegawaian, dan kompetensi guru sastra? c. Bagaimana fasilitas sarana prasarana, kondisi fisik sekolah dan lingkungannya dalam mendukung proses pembelajaran sastra? 2. Berkaitan dengan Input, bagaimana pengembangan bahan dan fasilitas penunjang pembelajaran sastra yang apresiatif dalam perspektif kurikulum berbasis kompetensi di SMA Negeri 1, SMA Negeri 8, SMA Al-Islam 1, dan SMA Murni Surakarta? a. Bagaimana pengembangan kurikulum dan silabus pembelajarannya? b. Bagaimana pengembangan materi pembelajarannya? xx 3. Berkaitan dengan Process, bagaimana pelaksanaan pembelajaran sastra yang apresiatif dalam perspektif kurikulum berbasis kompetensi di SMA Negeri 1, SMA Negeri 8, SMA Al-Islam 1, dan SMA Murni Surakarta? a. Bagaimana penerapan metode, media, dan evaluasinya? b. Bagaimana peran gurunya? c. Bagaimana aktivitas siswanya? 4. Berkaitan dengan Product, bagaimana capaian tujuan dari program pembelajaran sastra yang apresiatif dalam perspektif kurikulum berbasis kompetensi di SMA Negeri 1, SMA Negeri 8, SMA Al-Islam 1, dan SMA Murni Surakarta? a. Bagaimana kuantitas capaian tujuan output pembelajarannya? b. Bagaimana kualitas capaian tujuan product pembelajarannya? c. Bagaimana manfaat capaian tujuan outcome pembelajarannya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan jenisnya, penelitian ini termasuk studi evaluasi formatif formative evaluation research. Sejalan dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk menemukan kekuatan dan kelemahan proses pelaksanaan program, khususnya pada pelaksanaan pembelajaran sastra di SMA Negeri 1, SMA Negeri 8, SMA Al-Islam 1, dan SMA Murni Surakarta, yang dikaji dengan pola pikir Context, Input, Process, Product CIPP. Selanjutnya, hasil temuan dari penelitian evaluasi formatif ini dimanfaatkan sebagai dasar untuk pengembangan saran operasional bagi perbaikan dan peningkatan kualitas pelaksanaan program pembelajaran sastra di sekolah yang diteliti, khususnya untuk waktu yang lebih kemudian. Untuk keperluan penyusunan saran sebagai hasil akhir dari penelitian, penelitian evaluasi formatif ini berusaha mengarahkan kajiannya secara teliti dan mendalam untuk xxi mendeskripsikan dan memahami hubungan, keterjalinan, keterkaitan, dan kesesuaian antarbagian pada masing-masing unit dalam CIPP, yaitu Context, Input, Process, dan Product, yang meliputi hal-hal sebagai berikut. 1. Context, berkaitan dengan kekhususan kondisi karakteristik siswa, guru, dan sekolah, sebagai penunjang pelaksanaan pembelajaran sastra yang apresiatif dalam perspektif kurikulum berbasis kompetensi di SMA Negeri 1, SMA Negeri 8, SMA Al-Islam 1, dan SMA Murni Surakarta.

2. Input, berkaitan dengan bahan dan fasilitas yang dikembangkan sebagai penunjang

pelaksanaan pembelajaran sastra yang apresiatif dalam perspektif kurikulum berbasis kompetensi di SMA Negeri 1, SMA Negeri 8, SMA Al-Islam 1, dan SMA Murni Surakarta. 3. Process, berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran sastra yang apresiatif dalam perspektif kurikulum berbasis kompetensi di SMA Negeri 1, SMA Negeri 8, SMA Al- Islam 1, dan SMA Murni Surakarta, untuk pencapaian tujuan seperti yang telah direncanakan dalam program. 4. Product, berkaitan dengan kuantitas capaian tujuan output, kualitas capaian tujuan product dan manfaat capaian tujuan outcome, dari pelaksanaan pembelajaran sastra yang apresiatif dalam perspektif kurikulum berbasis kompetensi di SMA Negeri 1, SMA Negeri 8, SMA Al-Islam 1, dan SMA Murni Surakarta. .

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Sejalan dengan tujuan penelitian yang telah disampaikan sebelumnya, manfaat teoretis yang diharapkan dapat dipetik dari penelitian evaluasi ini, antara lain adalah: xxii a. Memberikan sumbangan teori tentang pembelajaran sastra yang apresiatif dalam perspektif kurikulum berbasis kompetensi, khususnya untuk pembelajaran sastra di SMA. b. Memberikan masukan tentang pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan suatu program, dalam konsep evaluasi model Context, Input, Process, Product CIPP dari Stufflebeam, yang dilaksanakan dengan melihat karakteristik pada setiap unitnya, kesesuaian antarunit, dan pengaruhnya terhadap capaian dari pelaksanaan program. c. Memberikan masukan tentang pentingnya pengaruh berbagai variabel pendidikan terhadap keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. d. Memberikan masukan tentang pentingnya melakukan evaluasi status afektif siswa secara sistematis, terprogram, dan berkelanjutan, untuk membantu keberhasilan siswa dalam meraih masa depannya.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Memberikan pemahaman konkrit kepada berbagai pihak terkait, tentang kurikulum pembelajaran sastra dan implementasinya di SMA dalam perspektif kurikulum berbasis kompetensi. b. Memberikan bahan masukan bagi guru, untuk merefleksi diri berkenaan dengan tugasnya sebagai pengajar sastra, agar mampu menjadi pengajar sastra yang lebih kreatif, inovatif, dan profesional. xxiii c. Memberikan masukan kepada pihak yang berwenang dalam upaya perbaikan sistem pembelajaran sastra di SMA, melalui penyempurnaan kurikulum pembelajaran sastra pada masa-masa yang akan datang. d. Memberikan dorongan semangat kepada peneliti lain, untuk melakukan penelitian lebih lanjut, mengingat penelitian kualitatif tentang pembelajaran sastra dewasa ini relatif masih jarang dilakukan. e. Memberikan sumbangan atau masukan bahan kajian dan rujukan bagi peneliti lain, untuk melakukan penelitian sejenis pada waktu yang lebih kemudian dengan lebih lengkap dan sempurna, mengingat bahwa sastra terus berkembang dengan pesatnya. Selain itu, juga mengingat masih banyak keterbatasan-keterbatasan serta kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini. xxiv BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang karya sastra telah banyak dilakukan, namun penelitian tentang pembelajaran sastra belum sebanyak penelitian tentang karya sastra. Berikut ini dideskripsikan beberapa penelitian pembelajaran sastra yang sekiranya relevan dengan penelitian ini. Penelitian Herman J. Waluyo berjudul “Studi tentang Keefektifan Pendekatan Stukturalisme Genetik dalam Pengajaran Puisi pada Jurusan Bahasa Indonesia IKIP FKIP di Daerah Surakarta”. Mengkaji tentang keefektifan pendekatan Strukturalisme Genetik dan pengaruh minat baca terhadap pembelajaran sastra. Selain itu juga mengkaji tentang keefektifan materi pembelajaran sastra yang disusun berdasarkan Prosedur Pengembangan Sistem Interaksional PPSI. Melalui uji-t, uji gain-score dan uji anakova penelitian itu membuktikan bahwa secara signifikan pendekatan Strukturalisme Genetik efektif diterapkan dalam pembelajaran sastra. Ditemukan pula bahwa minat berpengaruh terhadap hasil belajar, dan materi yang disusun efektif dapat meningkatkan mutu pembelajaran Herman J. Waluyo, 1986: 174. Dilihat dari variabel penelitiannya, dapat diketahui bahwa bahwa ada relevansi antara penelitian Herman J. Waluyo tersebut dengan penelitian untuk disertasi ini, terutama yang berkaitan dengan pentingnya pemilihan metode pembelajaran yang tepat, pentingnya pembinaan minat, dan pentingnya materi dalam proses pembelajaran sastra. Namun, xxv penelitian Herman J. Waluyo tidak membahas bagaimana keterkaitan antara minat dengan sikap sebagai dua variabel afektif yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Karena itulah penelitian untuk disertasi ini membahas masalah tersebut, dengan melihat bagaimana pengaruh dari keduanya secara bersama-sama terhadap hasil pembelajaran sastra di sekolah. Penelitian Suryatin 1997 berjudul “Efektivitas Model Mengajar Resepsi dan Pendekatan Resepsi Sastra dalam Pengajaran Sastra untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Sastra Studi deskriptif eksperimentasi-teknik penelitian subjek tunggal”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mencari model mengajar sastra yang efektif, melalui penelitian kuantitatif kuasi eksperimen. Hipotesis penelitian diuji dengan uji kesamaan dua rata-rata dari hasil prates dan pascates, sedangkan sub-hipotesis diuji dengan analisis korelasi, regresi, anava, dan anakova. Hasil analisis membuktikan bahwa model mengajar resepsi efektif digunakan dalam pembelajaran sastra. Dilihat dari permasalahan yang dibahas, diketahui bahwa ada relevansi antara penelitian Suryatin dengan penelitian pada disertasi ini, yaitu mengenai pentingnya penggunaan metode pembelajaran yang tepat, dan peran minat dalam kegiatan apresiasi sastra. Namun demikian penelitian tersebut tidak membahas tentang pentingnya pengaruh komponen pembelajaran yang lain, seperti: materi, media, dan evaluasi, terhadap proses pembelajaran. Mengingat hal itu, dipandang perlu untuk dilakukan penelitian semacam, namun mengkaji tentang bagaimana peran dari berbagai komponen pembelajaran secara komprehensif. Penelitian Yoyo Mulyono 1999 berjudul “Keefektifan Model Mengajar Respons Pembaca dalam Pengajaran Pengkajian Puisi Studi Eksperimen pada Mahasiswa xxvi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS IKIP Bandung Tahun Akademik 1998 1999”. Penelitian eksperimen tersebut, mengkaji tentang learning teaching process, output , dan instrumental input, untuk menguji keefektifan Model Mengajar Respon Pembaca sebagai model hibrida antara Inquiry Training dengan Reader Response. Sebagai kontrol, digunakan Model Mengajar Struktural Semiotik, elaborasi antara model Concept Attainment dengan Structural Semiotic. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Model Mengajar Respon Pembaca lebih efektif diterapkan dalam pengkajian puisi, apabila prinsip, kondisi, dan strategi respon pembaca dibentuk dan pemilihan bahan ajarnya berkolaborasi. Dibuktikan melalui penelitian itu, bahwa pemilihan model mengajar yang tepat dapat berpengaruh terhadap keefektifan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Topik penelitian Yoyo Mulyono relevan dengan penelitian ini, yaitu tentang model pembelajaran sastra yang apresiatif. Namun demikian, penelitian Yoyo Mulyono terfokus pada pembahasan tentang keefektivan metode tertentu dalam pembelajaran sastra, sedangkan dalam penelitian untuk disertasi ini metode merupakan salah satu faktor yang dibahas kaitannya dengan beberapa komponen pembelajaran yang lainnya, seperti materi, media, dan alat evaluasi. Selanjutnya, penelitian Rajab Bahry 2000, yang berjudul “Efektivitas Pondok Baca dalam Peningkatan Kebiasaan dan Minat Membaca Anak Studi kuasi eksperimen terhadap anak usia Sekolah Dasar di Depok, Jawa Barat”. Penelitian tersebut dilakukan berdasarkan asumsi bahwa membaca itu sangat penting dalam pendidikan. Salah satu usaha yang diduga efektif untuk meningkatkan minat baca anak adalah dengan menyediakan fasilitas pondok baca. xxvii Tujuan penelitian Rajab Bahry untuk mencari alternatif usaha peningkatan kegemaran dan minat baca anak. Sejalan dengan itu, metode penelitian yang digunakan adalah quasi-eksperiment desain berjangka time-series design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pondok baca efektif untuk peningkatan kebiasaan dan minat baca anak. Selain itu, dorongan dan bimbingan orang dewasa kepada anak untuk gemar membaca penting untuk dilakukan agar mina anak dapat tumbuh dengan baik. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian Rajab Bahry relevan dengan penelitian dalam disertasi ini, yaitu tentang bagaimana pentingnya minat baca anak bagi masa depannya. Namun, penelitian Rajab Bahry tidak melihat bagaimana kaitan antara minat baca anak dengan proses pembelajaran di sekolah. Penelitian tersebut lebih terfokus pada bagaimana cara menumbuhkan minat anak untuk gemar membaca. Mengingat pentingnya kedudukan varibel minat itu dalam proses pembelajaran sastra, maka dipandang penting untuk dilakukan penelitian lain yang membahas tentang permasalahan tersebut. Penelitian lain yang juga relevan, adalah Penelitian Dadang Suhendar 2001, berjudul “Model Analisis Sintagmatik dan Paradigmatik serta Pembelajaran dalam Kajian Prosa Fiksi”. Penelitian Dadang Suhendar dilakukan di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia. Tujuan penelitiannya untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menganalisis karya sastra dengan model analisis sintagmatik dan paradigmatik. Sejalan dengan itu, desain penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental The Randomized Pretest-Posttes Control Group Design. Hasil penelitian merekomendasikan bahwa model analisis sintagmatik dan paradigmatik pantas dipertimbangkan untuk upaya pemahaman karya sastra. xxviii Penelitian Dadang Suhendar memiliki variabel yang relevan dengan penelitian dalam disertasi ini, yaitu pembelajaran sastra khususnya tentang pemahaman dan apresiasi sastra. Letak perbedaannya bahwa penelitian Dadang Suhendar lebih terfokus untuk mencari model tertentu yang tepat dalam pembelajaran sastra, khususnya prosa fiksi. Adapun fokus penelitian untuk disertasi ini adalah mencari bentuk pembelajaran sastra yang apresiatif, dengan mempertimbangkan berbagai komponen pembelajaran yang terkait. Perbedaan yang lain, bahwa penelitian Dadang Suhendar tidak membahas tentang pentingnya kemampuan dalam mengapresiasi sastra bagi perkembangan kehidupan seseorang, kaitannya dengan proses pemahaman nilai-nilai, dan pembentukan karakter siswa. Sementara masalah tersebut menjadi salah satu pembahasan yang penting dalam penelitian untuk disertasi ini. Bahkan salah satu alasan mengapa perlu dilakukan penelitian ini adalah karena mengingat pentingnya masalah pemahaman nilai-nilai tersebut dalam pembentukan karakter siswa sebagai anak bangsa. Penelitian lain yang sangat mirip dengan penelitian ini berjudul “Kondisi Pembelajaran Apresiasi Sastra Indonesia dengan Kurikulum 1994 di SLTP Kota Padang”, yang dilakukan oleh Ermanto 2002. Tujuan penelitian Ermanto untuk mengungkapkan bagaimana bentuk persiapan dan pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra dalam Kurikulum 1994, meliputi model evaluasi, ketersediaan fasilitas, strategi guru, dan pandangan serta minat siswa. Hasil penelitian Ermanto menunjukkan bahwa secara keseluruhan pembelajaran apresiasi sastra bernilai sedang 63,6 dari pencapaian ideal. Akhirnya disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran sastra perlu ditingkatkan kualitasnya, dan model evaluasi perlu dikembangkan dengan mengusahakan ketersediaan karya sastra di sekolah, xxix strategi pembelajaran yang tepat, dan pembinaan minat siswa untuk gemar membaca karya sastra. Topik penelitian Ermanto relevan dengan topik penelitian dalam disertasi ini, yaitu tentang proses pembelajaran apresiasi sastra ditinjau dari dimensi persiapan dan pelaksanaannya. Komponen pembelajaran yang dikaji dalam penelitian juga sama, yaitu meliputi teknik evaluasi, strategi pembelajaran, fasilitas pendukung pembelajaran, dan minat siswa terhadap bacaan sastra. Adapun letak perbedaannya yaitu pada desain penelitiannya. Penelitian Ermanto menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan subjek siswa SLTP sedangkan penelitian dalam disertasi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan subjek siswa SMA. Perbedaan lainnya yaitu pada kurikulum yang diacu dalam penelitian. Penelitian Ermanto mengacu pada Kurikulum 1994, sedangkan penelitian ini mengacu pada Kurikulum 2004. Keduanya disesuaikan sama sama mengacu pada kurikulum yang sedang diberlakukan secara resmi pada saat masing-masing penelitian dilaksanakan di lapangan. Yang terakhir adalah penelitian Supardjo yang berjudul ”Merekonstruksi Pembelajaran Sastra pada Jurusan Bahasa Inggris FBS Universitas Negeri Yogyakarta”. Tujuan penelitian Supardjo adalah merumuskan desain pembelajaran sastra yang cocok untuk perguruan tinggi. Selain itu bertujuan pula untuk melihat apakah desain tersebut mampu mendorong pemahaman mahasiswa terhadap karya sastra Supardjo, 2005: 117. Data dalam penelitian Supardjo dikumpulkan melalui participant observer, dan wawancara untuk mengetahui fakta yang terjadi di kelas setelah ada tindakan, dengan fokus pada proses pembelajaran. Selanjutnya data dianalisis dengan metode deskriptif fenomenologis, tekanannya pada fenomena yang mempunyai kebermaknaan praktis. xxx Simpulan dari penelitian Supardjo bahwa Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Yogyakarta memerlukan konstruksi pembelajaran sastra yang tidak mengarah pada pemaknaan tunggal, tetapi pada pemaknaan kreatif. Selain itu diperlukan model pembelajaran yang memacu kreativitas mahasiswa. Penelitian Supardjo memiliki relevansi dengan penelitian dalam disertasi ini, yaitu pada tujuannya sama-sama mencari model pembelajaran sastra yang apresiatif, yang dapat memacu aktivitas dan kreativitas peserta didik untuk belajar. Adapun letak perbedaannya pada desain penelitian dan subjek penelitiannya. Penelitian Supardjo menggunakan desain penelitian tindakan kelas dengan subjek mahasiswa, sedangkan penelitian dalam disertasi ini menggunakan desain penelitian evaluasi formatif dengan subjek siswa SMA. Akhirnya, dari berbagai pustaka yang dapat ditemukan, dapat disampaikan bahwa pada umumnya penelitian tentang pembelajaran sastra baik yang dilakukan di SMA maupun di perguruan tinggi didesain dengan pendekatan kuantitatif. Selain itu, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya penelitian dalam dunia pendidikan dan pengajaran sastra cenderung untuk dilakukan melalui desain kuantitatif eksperimental. Penelitian eksperimental merupakan suatu penelitian yang sengaja untuk menceraikan fenomena dari konteksnya, dengan maksud agar perhatian penelitian lebih fokus pada variabel yang dikontrol Yin, 2000: 18. Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti memutuskan untuk menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian pembelajaran sastra ini, dengan harapan agar penelitian yang ada dalam dunia pendidikan dan pengajaran sastra dewasa ini menjadi semakin beragam jenisnya. xxxi Alasan lain yang mendasari penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini yaitu: 1Kkurikulum yang sedang diberlakukan di sekolah dewasa ini memiliki konsep yang lebih mengutamakan proses daripada hasil. Sejalan dengan itu, untuk mengevaluasi bagaimana implementasinya di lapangan, diperlukan pendekatan penelitian yang lebih mengutamakan proses dari pada hasil. 2 Untuk memahami makna dari peristiwa dalam konteks yang spesifik, perlu ditangkap fenomena dalam konteksnya yang nyata, seperti yang dimungkinkan dalam penelitian kualitatif.

B. Landasan Teori