Lokasi Penelitian PEMBELAJARAN SASTRA YANG APRESIATIF DI SMA SURAKARTA DALAM PERSPEKTIF KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI STUDI EVALUASI

cxv sehingga penelitian evaluasi dengan kerangka berpikir CIPP ini mampu menghasilkan saran yang bermanfaat bagi perbaikan dan pengembangan suatu program.

B. Lokasi Penelitian

Kota Surakarta memiliki 44 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA, yang terdiri atas 2 Madrasah Aliyah Negeri, 4 Madrasah Aliyah Swasta, 30 SMA Swasta, dan 8 SMA Negeri. Dari 44 sekolah yang ada, dipilih empat sekolah sebagai lokasi dalam penelitian ini. Pemilihan lokasi dimaksudkan untuk dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber data yang mewakili status dan kualifikasi sekolah, meliputi sekolah negeri unggulan dan bukan unggulan serta sekolah swasta unggulan dan bukan unggulan. Untuk kepentingan itu, penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Jl. Monginsidi 40 Surakarta, dan SMA Negeri 8 Jl. Sumbing VI 49 Mojosongo Surakarta, yang merupakan sekolah negeri unggulan dan bukan unggulan. Selain itu, penelitian juga dilaksanakan di SMA Al-Islam 1, Jl. Honggowongso 94 Surakarta dan SMA Murni Jl. Dr Wahidin 23 Surakarta, yang merupakan sekolah swasta unggulan dan bukan unggulan Kota Surakarta, Propinsi Jawa Tengah. Adapun waktu pelaksanaan penelitiannya pada bulan Januari 2005 hingga bulan Juli 2006. Kota Surakarta dipilih sebagai lokasi penelitian, karena salah satu sekolah di kota itu yaitu SMA Negeri 1, merupakan sekolah unggulan yang telah menerapkan kurikulum berbasis kompetensi sejak tahun pelajaran 2002 2003, bersama-sama dengan 40 sekolah lain di 13 propinsi di seluruh wilayah Indonesia. Menurut Zamroni 2005: 46, secara intensif sekolah yang telah menerapkan kurikulum berbasis kompetensi tersebut dibina oleh Direktorat Pendidikan Menengah cxvi Umum. Pada perkembangannya, hingga tahun pelajaran 2004 2005 ada 350 SMA yang telah menerapkan kurikulum baru tersebut, dan sisanya sekitar 7500 SMA, direncanakan dapat menerapkannya pada tahun pelajaran 2007 2008. Namun, karena pada tahun pelajaran 2006 2007 sudah dicanangkan kurikulum baru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP atau Kurikulum 2006, maka semua sekolah diharapkan untuk menyesuaikan dengan program pemerintah tersebut. Sekolah yang telah menerapkan kurikulum berbasis kompetensi yang kemudian disebut Kurikulum 2004 itu, tentu tidak mengalami kesulitan ketika harus berganti dengan KTSP, sebab keduanya merupakan kurikulum yang berbasis kompetensi. Letak perbedaannya, bahwa dalam KTSP diharapkan setiap sekolah dapat mengoptimalkan potensinya dan memunculkan karakteristik dengan menawarkan program unggulan kepada masyarakat yang menjadikan ‘selective excellent’ sebagai ciri khas dari setiap satuan pendidikan, yang berbeda dengan program yang ditawarkan oleh sekolah lainnya. Penelitian ini dilakukan di empat sekolah, yang memiliki latar belakang yang bervariasi apabila dilihat dari: 1 kompetensi akademik input siswa, 2 pemerolehan nilai siswa dalam Ujian Akhir Nasional UAN; 3 jumlah lulusan yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru SPMB; dan 4 kondisi sekolah serta lingkungannya. Berdasarkan kriteria tersebut, di kalangan masyarakat akhirnya muncul sebutan sekolah unggulan dan sekolah bukan unggulan.

C. Data dan Sumber Data