Kesenjangan antar-Bagian Context, Input, Process, dan Product

cclxxxii Product , baik dilihat dari kualitas, kuantitas, maupun manfaatnya, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan program.

3. Kesenjangan antar-Bagian Context, Input, Process, dan Product

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa antarbagian dalam CIPP , yaitu Context, Input, Process, dan Product , saling terkait, saling berhubungan, dan saling mempengaruhi. Product sebagai capaian dari program merupakan sebuah harapan. Bagaimana kuantitas, kualitas, dan manfaatnya ditentukan oleh bagaimana kondisi Context, bagaimana Input disediakan dalam membekali Context dan bagaimana Process berlangsung dalam program yang direncanakan. Dilihat dari dimensi Product-nya, dapat disampaikan bahwa ada banyak hal yang dapat berpengaruh terhadap Product dari suatu program. Capaian atau Product tersebut, tentu saja merupakan sebuah harapan yang mengarah pada tujuan, sebab suatu Process dapat dikatakan berhasil apabila Product yang dapat dicapai sesuai dengan tujuan. Tentu saja tidak mudah suatu Process itu dapat mencapai Product yang sesuai tujuan. Kualitas, kuantitas, dan manfaat dari Product, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang terkait di dalamnya. Dalam pola pikir CIPP, faktor-faktor lain tersebut meliputi Context, Input, dan Process. Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kenyataannya Process pembelajaran sastra yang berlangsung di sekolah yang diteliti Product-nya masih beragam. Ada sekolah yang telah mampu menyelenggarakan Process pembelajaran dengan apresiatif, namun ada pula yang kurang apresiatif. Karena itulah Product yang dicapai, kualitas, kuantitas, dan manfaatnya menjadi beragam. cclxxxiii Apabila dicermati, Process pembelajaran sastra yang berlangsung di sekolah yang diteliti menunjukkan pola, atau model yang hampir sama, baik dalam pengembangan kurikulum dan silabus, pengembangan materi pembelajaran, dan pemilihan metode, media serta pengembangan evaluasinya. Demikian pula, hampir sama polanya apabila dilihat dari peran guru dalam pembelajaran, serta aktivitas siswanya selama proses pembelajaran berlangsung. Sebuah Process dapat berjalan lancar apabila disesuaikan dengan karakteristik Context-nya. Hal itu berarti bahwa untuk menyelenggarakan Process yang efektif, perlu diusahakan Input terhadap Context-nya. Sudah sewajarnya apabila dalam kondisi Context yang berbeda, diperlukan Input dan Process yang berbeda pula, agar dapat dicapai Product sesuai dengan harapan. Pada umumnya, kondisi karakteritik Context guru, siswa, dan sekolah di sekolah yang diteliti berbeda-beda, namun kenyataannya Input yang diusahakan dan Process pembelajaran yang diselenggarakan menunjukkan pola yang sama. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa kemampuan guru di sekolah yang diteliti dalam memilih strategi dalam menyiasati Context, maupun usahanya dalam mengisi kesenjangan antara Context dengan Process melalui Input, masih kurang variatif. Sebagai contoh misalnya, pada sekolah yang memiliki siswa dengan potensi akademik dan minat yang rendah, seharusnya guru tidak mengembangkan strategi yang sama dengan sekolah yang memiliki siswa pandai dan berminat tinggi terhadap sastra. Pada sekolah yang siswanya berminat rendah, terlebih dahulu perlu diberikan pembinaan minat sebelum Process pembelajaran dilakukan dengan lebih cclxxxiv serius. Sepadan dengan itu, dalam mengatasi kondisi yang lainnya, seperti minimnya fasilitas pembelajaran yang tersedia di sekolah, rendahnya kompetensi guru dalam mengajarkan sastra, maupun situasi sekolah dan lingkungan yang kurang kondusif dalam mendukung Process pembelajaran sastra yang apresiatif. Untuk dapat menyelenggarakan Process pembelajaran sastra yang efektif, dan apresiatif demi mencapai Product sesuai tujuan, perlu persiapan secara khusus. Utamanya dengan memperhatikan kondisi siswa, kondisi guru, dan sekolah serta lingkungan tempat berlangsungnya Process pembelajaran. Untuk itu, setiap kondisi tertentu dari Context, memerlukan strategi tertentu pula untuk penyelenggaraan Process-nya, dan memerlukan pengembangan Input yang khusus pula. Semua itu perlu dilakukan demi memperoleh Product yang mengarah pada tujuan seperti yang telah dirumuskan dalam kurikulum pembelajaran sastra. Implikasinya, tidak ada sebuah strategi yang tepat, yang dapat diterapkan dalam segala Context. Karena itu, pada sekolah yang memiliki karakteristik Context tertentu memerlukan kurikulum dan silabus tertentu pula. Demikian pula sekolah itu memerlukan pengembangan metode pembelajaran yang khusus dan berbeda pula, sesuai dengan karakter siswa, guru, dan jenis materi pembalajaran yang disampaikan. Sejalan dengan itu, diperlukan pula pengembangan media yang tepat, sesuai dengan minat para siswanya, meskipun tetap harus memperhatikan ketersediaan fasilitas di masing-masing sekolah. Selain itu, juga diperlukan pengembangan model evaluasi yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, materi yang dikembangkan dalam cclxxxv pembelajaran, maupun pengalaman belajar yang diberikan, serta berbagai keterampilan yang dilatihkan kepada siswa. Pada kenyataannya, Process pembelajaran sastra yang berlangsung di sekolah yang diteliti dilakukan dengan pola atau model yang sama, meskipun kondisi Context, baik guru, siswa maupun sekolahnya cukup beragam. Karena itulah, pada akhirnya muncul kesenjangan antarbagian dari Context, Input, Process, dan Product, yang berdampak pada tidak terlaksananya Process pembelajaran sastra secara efektif, dan tidak tercapainya Product yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. cclxxxvi

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan