Standar Kompetensi Kurikulum Pembelajaran Sastra di SMA a. Kurikulum dan Silabus

xxxviii ideal itu akan melebihi apa yang dapat dicapai secara aktual di lapangan. Karena itulah, semuanya kembali berpulang pada bagaimana implementasinya di lapangan. Secara umum penyelenggaraan pendidikan di Indonesia berfungsi untuk pengembangan kemampuan dan pembentukan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa UU RI No. 20 Th 2003, Bab II pasal 3. Sejalan dengan itu, kurikulum sebagai pedoman pendidikan merumuskan tujuannya. Adapun tujuan dalam kurikulum berbasis kompetensi tersebut adalah penguasaan seperangkat kompetensi dasar pada peserta didik.

b. Standar Kompetensi

Menurut Harris 1997: 18, definisi kompetensi yang paling awal dalam dunia pendidikan disampaikan oleh Elam 1971, dalam asosiasi konferensi pendidikan guru di Amerika. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku untuk didemonstrasikan oleh pembelajar, yang berhubungan dengan pekerjaan. Untuk mengukur kompetensi peserta didik tersebut dalam proses pembelajaran, dapat dilakukan dengan: 1 menggunakan performansi sebagai sumber utama indikasi; 2 mengambil pada salah satu indikasi dari pengetahuan siswa yang relevan untuk merencanakan, menganalisis, menginterpretasikan atau mengevaluasi situasi dan perilaku; penekanannya pada objektivitas. Dalam dunia pendidikan Inggris, kompetensi diartikan sebagai pengembangan kemampuan unggul, tingkah laku yang tepat, dan pengalaman kinerja yang sukses dalam kehidupan, termasuk dalam pekerjaan, yang mengimplikasikan berkembangnya tanggung jawab dalam keberagaman peran. xxxix Di Australia, konsep kompetensi terfokus pada pekerjaan yang mencakup kemampuan untuk mentrasfer dan mengaplikasikan pengetahuan pada situasi dan lingkungan yang baru Harris, 1979: 20. Menurut Finch Crunkilton dalam Mulyasa, 2002: 38, kompetensi adalah kemampuan penguasaan tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi untuk menunjang keberhasilan, terkait dengan berbagai ranah kehidupan, termasuk dalam dunia kerja maupun konteks sosial. Sementara itu, menurut Finn dalam Harris, 1979: 22, istilah kompetensi itu merupakan konsep yang menggambarkan kepedulian pada pengembangan pemuda sebagai warga negara. Menurut Richards dalam Nurhadi, 2007, istilah kompetensi mengacu kepada perilaku yang dapat diamati yang diperlukan untuk menuntaskan kegiatan sehari-hari dengan berhasil. Istilah tersebut didasarkan pada model rancangan kurikulum yang memperhatikan faktor efisiensi ekonomi dan sosial yang memberikan kemampuan kepada siswa untuk dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat. Menurut Finn dalam Harris, 1979: 23, kompetensi dapat ditunjukkan melalui kemampuan dan keterampilan seseorang dalam: 1 berbahasa dan berkomunikasi dengan orang lain; 2 logika matematika; 3 pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi; 4 pemahaman terhadap kebudayaan; 5 pemecahan masalah; dan 6 hubungan antarpribadi. Sedangkan menurut Mayer dalam Harris, 1979: 21, kompetensi dapat dilihat melalui kemampuan seseorang dalam: 1 mengorganisasi ide dan informasi; 2 mengekspresikan ide dan informasi; 3 merencanakan aktivitas; 4 bekerja dengan pihak lain dalam tim; 5 menggunakan ide matematika dan teknik; 6 memecahan masalah; dan 7 menggunakan teknologi. xl Dari berbagai batasan istilah kompetensi yang berasal dari negara-negara Barat tempat konsep tersebut muncul pertama kalinya, Kurikulum 2004 merumuskan batasan istilah kompetensi dengan pengertian perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diharapkan dapat direfleksikan oleh siswa dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sehingga siswa mampu menemukan jati dirinya, bersikap, dan berbuat sesuatu yang dapat bermanfaat demi menunjang keberhasilan hidupnya di tengah-tengah masyarakat di masa yang akan datang. Mengacu pada batasan istilah tersebut, dapat dikatakan bahwa penguasaan kompetensi siswa merupakan suatu tolok ukur dalam menentukan kualitas daya saing lulusan dari setiap lembaga pendidikan untuk mampu berkiprah dalam dunia kerja. Menurut Zamroni 2005: 46, dalam Kurikulum 2004, terdapat Standar Kompetensi yang bermuara pada terbentuknya manusia yang berkualitas, mencintai bangsanya, jujur, siap bekerja keras, percaya diri, memiliki sikap persaudaraan, sehat jasmani dan rohani, cerdas dan terampil. Sejalan dengan batasan pengertian Standar Kompetensi tersebut, ditetapkan Standar Kompetensi dalam pembelajaran sastra di SMA, yaitu: 1 Siswa mampu mendengarkan dan memahami serta menanggapi berbagai ragam karya sastra berupa puisi, cerita pendek, novel, dan drama; 2 Siswa mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan dan perasaan dalam berbagai wacana lisan, puisi, cerpen, novel dan drama; 3 Siswa mampu membaca dan memahami berbagai teks sastra melalui membaca dan menganalisis puisi, cerita pendek, hikayat, novel Indonesia dan terjemahan, drama dan esai; dan 4 Siswa mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan xli dalam berbagai bentuk tulisan sastra, baik puisi, cerita pendek, novel, drama, resensi dan esai Kurikulum 2004, 2003: 10. Djemari Mardapi 2005: 5 menyampaikan, bahwa standar kompetensi dalam kurikulum masih bersifat umum, sehingga perlu dijabarkan menjadi sejumlah kompetensi dasar yang disebut dengan kemampuan minimal. Kompetensi Dasar itu merupakan kompetensi minimal dalam mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki, atau dapat dilakukan dan ditampilkan oleh siswa Kurikulum 2004, 2003: 28. Berdasarkan kompetensi minimal itulah dapat dirumuskan silabus sebagai pedoman pembelajaran. Selanjutnya, untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar, diperlukan suatu indikator yang merupakan karakteristik, tanda-tanda, perbuatan, atau respon, yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa, untuk menunjukkan bahwa siswa tersebut telah memiliki kompetensi dasar tertentu Kurikulum 2004, 2003: 27. Menurut Djemari Mardapi 2005: 80, indikator tersebut merupakan acuan bagi guru sebagai pelaksana program pembelajaran untuk menentukan soal ujian. Indikator tersebut juga merupakan pedoman bagi pengukuran tingkat pencapaian belajar siswa. Karena itu, indikator sebaiknya dirumuskan dengan kata kerja yang operasional agar dapat diukur tingkat ketercapaiannya.

2. Pembelajaran Sastra yang Apresiatif di SMA a. Belajar dan Pembelajaran