clxxxviii dan memupuk rasa solidaritas antarteman. Meskipun tugas tersebut tampak merepotkan,
pada umumnya para siswa gembira dalam melakukannya. Mereka juga tampak kreatif dan bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan sekaligus melaksanakan pementasannya,
baik dalam perannya sebagai pemain maupun sebagai penonton atau apresiator. Sementara itu, guru berperan sebagai motivator dengan memberikan reinforcement,
komentar, kritik, saran, dan sanjungan kepada siswanya, agar semakin termotivasi untuk berprestasi dengan lebih baik.
Berbeda dengan guru pada umumnya, guru SMA Negeri 1, menuntut siswanya untuk menggunakan kostum dan ber-make-up sesuai dengan karakter
yang diperankannya dalam pementasan drama di kelas. Konsekuensinya, diperlukan tambahan waktu di luar jam pelajaran efektif. Memang pementasan
tanpa kostum dan make-up itu kurang menarik, dan kurang mendukung karakter yang diperankan. Namun, keputusan itu lebih banyak dipilih oleh para guru pada
umumnya, mengingat waktu yang tersedia cukup terbatas padahal semua kelompok harus tampil membawakan naskahnya.
b. Penerapan Media
Pada umumnya para guru menyadari bahwa pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat lebih mengefektifkan proses pendidikan. Oleh sebab itu. para guru
berusaha untuk memanfaatkan media sebagai alat bantu mengajar. Pemanfaatan media sebagai alat bantu mengajar, juga diyakini dapat meningkatkan kualitas atau daya tarik
pembelajaran. Selain itu, juga membantu guru dalam mempersiapkan penguasaan keterampilan hidup life skill bagi siswa.
clxxxix Para guru menyampaikan bahwa pada era teknologi maju dewasa ini siswa lebih
berminat apabila pembelajaran memanfaatkan alat bantu teknologi multimedia. Bagi para ahlinya penggunaan teknologi multimedia itu dipandang dapat meningkatkan rasa
percaya diri siswa dan meningkatkan kesadarannya dalam sistem sosial serta sistem belajar social awareness learning awareness. Selain itu, multimedia juga dapat
membangun citra positif bagi lembaga pendidikan yang tanggap terhadap tuntutan zaman.
Penerapan media dalam pembelajaran sastra di SMA Surakarta, disampaikan dalam tabel 15 berikut ini.
Tabel 15 Penerapan Media Pembelajaran
SMA N 1 SMA N 8
SMA Al-Islam 1
SMA Murni
Media yang diterapkan
Multimedia Media
audiovisual Multimedia
Media audiovisual
Macam-macam media yang
diterapkan Komputer,
internet; TV; VCD; LCD;
tape recorder; OHP.
TV; VCD; tape recorder
. Komputer;
internet; TV; VCD; LCD;
tape recorder .
TV; tape recorder
.
Media yang dominan dipakai
Internet; TV; tape recorder;
VCD. TV; tape
recorder ; radio.
TV; LCD; tape recorder.
-
Media yang jarang dipakai
OHP ; LCD VCD
Internet; VCD;
TV; tape recorder
Pengaruhnya terhadap aktivitas
siswa dalam belajar
Pembelajaran lebih menarik;
siswa lebih berminat dan
aktif di kelas Pembelajaran
lebih menarik; siswa lebih
berminat dan aktif di kelas
Pembelajaran lebih menarik;
siswa lebih berminat dan
aktif di kelas
-
Jenis Pengalaman belajar yang
diberikan kepada siswa
Pengalaman belajar nyata;
dan tiruan dengan media
Pengalaman belajar nyata;
dan tiruan dengan media
Pengalaman belajar nyata;
dan tiruan dengan media
Pengalaman belajar tiruan
dengan media
Sumber: CL: No. PAN SMA N 1 GR 025; CL: No. PAN SMAN 8 GR 025; CL: No. PAN SMA Al-Islam GR 020; CL: No. PAN SMA Murni GR 020.
cxc Mengenai penerapan media ini, para guru mengakui bahwa tidak setiap
pembelajaran di kelas guru dapat memanfaatkan media. Semuanya tergantung pada jenis materi dan tujuan yang ingin dicapai. Pada umumnya, para guru hanya mempersiapkan
media apabila sangat memerlukannya, sebab sulit untuk mempersiapkannya ke dalam kelas. Selain itu, jumlah fasilitas yang dimiliki sekolah juga sangat terbatas.
Prioritas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah mengusahakan
untuk memberikan pengalaman belajar nyata kepada siswa. Namun, apabila tidak memungkinkan, para guru mengusahakannya dengan memberikan pengalaman
belajar tiruan, melalui bantuan media. Pengalaman belajar tiruan itu diberikan agar pembelajaran lebih kontekstual, atau lebih konkrit sesuai dengan kehidupan
nyata, sehingga lebih mudah untuk dipahami dan diterima oleh siswa. Menurut para guru, media yang dewasa ini diminati siswa dalam proses
pembelajaran adalah multimedia, seperti: radio, tape, TV, film, VCD, DVD dan internet
. Fasilitas tersebut pada umumnya dimanfaatkan guru dalam pembelajaran luar kelas, untuk membantu siswa dalam mengerjakan tugas-tugas di rumah. Selain
itu, perpustakan sekolah juga dimanfaatkan untuk memotivasi siswa agar gemar membaca, meskipun koleksi bukunya sangat terbatas. Untuk menutup kekurangan
itu, para guru menunjuk perpustakaan lain di luar sekolah, atau mendorong siswanya untuk membeli buku yang dipandang penting untuk dibaca.
Untuk pembelajaran sastra di SMA Negeri 1, semua fasilitas yang dibutuhkan sudah tersedia di sekolah. Bahkan, pada kelas internasional, fasilitas multimedia telah
tersedia di dalam kelas, sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Fasilitas multimedia yang dimaksud antara lain adalah: TV, VCD,
cxci LCD
, komputer dan internet. Pada kelas reguler, guru harus mempersiapkan sendiri media yang dibutuhkan.
Karena fasilitas multimedia tidak tersedia di dalam kelas, para guru jarang memanfaatkan fasilitas tersebut di kelas reguler. Media yang umumnya dimanfaatkan
adalah tape recorder, atau media lain yang mudah mempersiapkannya. Tidak tersedianya media di dalam kelas merupakan kendala bagi guru di SMA
Negeri 1 yang mengajar di kelas reguler. Kendala semacam juga umum dihadapi guru di sekolah lain. Karena pada umumnya lokasi kelas jauh dari kantor, sehingga sulit bagi
guru untuk mempersiapkan media. Atas alasan itu, media yang paling sering dipilih oleh para guru di dalam kelas adalah buku teks dan semacamnya.
Berbeda dengan guru di tiga sekolah lain yang diteliti, guru SMA Murni menyampaikan bahwa sekolahnya tidak memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang
memadai sebagi pendukung proses pembelajaran sastra. Sangat disesalkan karena sekolah tidak memiliki fasilitas multimedia yang saat ini digemari oleh siswa. Demikian pula
sekolah juga tidak memiliki perpustakaan yang penting peranannya untuk pengembangan pengetahuan siswa. Sebenarnya sekoalah tersebut pernah memilik perpustakaan, namun
saat ini perpustakaan sudah tidak difungsikan lagi mengingat koleksi bukunya sudah ketinggalan. Kondisi tersebut telah membuat guru di sekolah yang bersangkutan tidak
mampu memerankan fungsinya dalam mengusahakan proses pembelajaran yang optimal.
c. Penerapan Evaluasi
cxcii Evaluasi merupakan salah satu langkah penting dalam pembelajaran. Melalui
evaluasi, guru memperoleh umpan balik untuk melakukan perbaikan kualitas pembelajaran. Selain itu, melalui evaluasi guru dapat menyampaikan laporan hasil belajar
pada orang tua wali siswa, sebagai pertanggungjawaban sekolah terhadap pelaksanaan program pembelajaran yang diselenggarakan.
Pada umumnya evaluasi pembelajaran di sekolah dimulai dari penilaian kemampuan awal siswa pretest sebelum pembelajaran. Berikutnya dilanjutkan denhan
penilaian proses, untuk mengetahui kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Selanjutnya dilakukan penilaian akhir posttest untuk mengetahui tingkat capaian dari
proses pembelajaran yang diselenggarakan. Penilaian dilakukan sesuai dengan prinsip akurat, ekonomis, dan peningkatan
kualitas demi pencapaian tujuan yang dirumuskan. Jenis penilaiannya meliputi penilaian teori dan praktik yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Khusus untuk penilaian afektif, pada umumnya belum dilaksanakan guru secara sistematis. Penilaian tersebut hanya dilakukan melalui pengamatan terhadap perilaku
siswa sehari-hari dalam proses pembelajaran. Tidak disusun instrumen secara khusus untuk mengukur kemampuan siswa pada ranah afektif ini. Bagi sebagian orang,
pengukuran dengan teknik pengamatan itu dipandang kurang sistematis dan hasilnya kurang terpercaya. Meskipun begitu, para guru merasa yakin hasil pengamatannya
memberikan informasi yang dapat dipercaya. Untuk evaluasi pada ranah kognitif dan psikomotor, para guru merencanakan
berbagai macam teknik dengan instrumen yang memuat tagihan sesuai dengan indikator
cxciii yang ditetapkan. Instrumen yang disusun diusahakan memenuhi kriteria validitas dan
reliabilitas. Setelah evaluasi dilaksanakan, guru menganalisis hasilnya untuk memberikan umpan balik, sebagai dasar penentuan tindakan berikutnya, apakah perlu perbaikan
remidi, atau pengayaan.
Data tentang evaluasi pembelajaran sastra di SMA Surakarta, terlihat dalam tabel berikut.
Tabel 16 Perencanaan dan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran
Sum ber:
CL: No.
PA N
SM A N
1 GR
025; CL:
No. PA
N SM
AN 8
GR 025;
CL: No.
PA N
SM A
Al- Isla
m GR
020; CL:
No. PA
N SMA Murni GR 020.
No Kegiatan Guru
SMA N 1 SMA N 8 SMA Al- Islam 1
SMA Murni
1 Menentukan kompetensi yang akan
dicapai. ya
ya ya
- 2
Menjabarkan kompetensi menjadi beberapa indikator.
ya ya
ya -
3 Mengembangkan indikator menjadi
instrumen penilaian sesuai dengan sifat kompetensi yang diteskan.
ya ya
ya -
4 Menyusun instrumen dalam berbagai
tagihan, al: tes tertulis, tes lisan, ulangan blok, tugas individu;
tugas kelompok; praktik di depan kelas, dsb.
ya ya
ya -
5 Menyusun instrumen mencakup
penilaian penguasaan teori maupun praktik.
ya ya
ya -
6 Merencanakan penilain portofolio
ya -
- -
7 Menyimpan tugas karya siswa untuk
melihat perkembangannya. ya
- -
- 8
Merancang kegiatan penilaiannya yang bersifat menyeluruh dan
berkelanjutan ya
ya ya
- 9
Melaksanakan evaluasi dengan memperhatikan prinsip akurat,
ekonomis, dan peningkatan kualitas. ya
ya ya
- 10
Melaksankan pre test, sebelum memulai pembelajaran
ya ya
ya -
11 Melaksankan evaluasi proses, selama
pembelajaran berlangsung ya
ya ya
- 12
Melaksanakan post test, pada akhir proses pembelajaran
ya ya
ya ya
cxciv
Dilihat dari ruang lingkupnya, secara umum evaluasi yang direncanakan para guru dalam pembelajaran sastra di sekolah yang diteliti meliputi evaluasi
generic, common core dan vokasional. Evaluasi generic dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengukur kemampuan siswa dalam merancang masa depan dan memahami orang lain. Evaluasi common core dilaksanakan dengan tujuan untuk mengukur
kemampuan akademik siswa, dan evaluasi vokasional dilaksanakan dengan tujuan untuk mengukur keterampilan yang dikuasai siswa selama mengikuti proses
pembelajaran sastra di sekolah, terutama keterampilan hidup life skill yang berkaitan dengan sastra.dalam pengembangan evaluasi pembelajaran, guru mula-
mula memperhatikan kompetensi yang akan dicapai dalam proses pembelajaran. Kompetensi tersebut dijabarkan menjadi beberapa indikator sesuai
dengan kebutuhan. Indikator-indikator yang disusun dikembangkan menjadi instrumen penilaian dalam berbagai bentuk tagihan sesuai sifat kompetensi yang
diujikan. Data pada tabel 16 menunjukkan bahwa instrumen yang dikembangkan
dalam evaluasi pembelajaran sastra terdiri dari berbagai macam bentuk tagihan, untuk mengukur penguasaan teori maupun keterampilan siswa. Bentuk
tagihannya, antara lain: tes tertulis, tes lisan, ulangan blok, tugas individu, tugas kelompok, dan demonstrasi atau unjuk kerja. Selain itu, khususnya di SMA Negeri
1 dilakukan pula penilaian portofolio. Teknis pelaksanaannya dilakukan dengan menyimpan karya-karya siswa dari waktu ke waktu, dan mengemasnya dalam
cxcv
bentuk kliping, agar tampak perkembangannya. Semua siswa aktif menilai perkembangan dirinya dan teman-teman sekelasnya.
Teknik penilaian portofolio itu, baru dilaksankan di SMA Negeri 1 saja. Sekolah yang lain belum melaksanakan karena beberapa alasan, antara lain: sekolah belum
memiliki sarana dan prasarana penunjangnya; guru belum memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkannya; dan dipandang terlalu merepotkan, melelahkan, serta menyita
waktu guru.
2. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran Sastra