Kerangka Berpikir PEMBELAJARAN SASTRA YANG APRESIATIF DI SMA SURAKARTA DALAM PERSPEKTIF KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI STUDI EVALUASI

cvi afektif jauh lebih penting untuk diperhatikan, karena variabel afektif tersebut secara signifikan berpengaruh dalam menentukan keberhasilan seseorang. Bloom 1956: 1 menjelaskan, faktor afektif merupakan salah satu hasil keluaran belajar yang berkaitan dengan perasaan, feeling, nada, emosi, serta variasi penerimaan dan penolakan terhadap sesuatu. Menurut Gagne 1979: 49-56, faktor afektif sering diterjemahkan dengan sikap attitude yang dikaitkan dengan nilai-nilai toleransi, suka membaca, mencintai, dan tanggung jawab. Menurut Nana Sudjana 1995: 30, hasil belajar afektif akan tampak dalam berbagai tingkah laku, antara lain pada perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, penghargaan terhadap guru dan teman, kebiasaan belajar, dan hubungan sosialnya. Adapun jangkauan tujuannya menurut Burhan Nurgiantoro 2001: 25, lebih bersifat kesadaran melalui penerimaan dan kecondongannya terhadap nilai-nilai.

C. Kerangka Berpikir

Kurikulum pembelajaran sastra di SMA memberikan peluang yang besar kepada guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sastra di sekolah, yang dewasa ini dinilai kurang berhasil oleh masyarakat pada umumnya. Dengan melihat sastra sebagai sistem tanda karya seni yang bermediakan bahasa, dan sastra hadir untuk dibaca, dinikmati, diapresiasi serta dimanfaatkan untuk mengembangkan wawasan kehidupan, maka pembelajaran sastra yang ideal adalah yang apresiatif. Pembelajaran sastra yang apresiatif merupakan pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bergaul dengan sastra, melalui kegiatan membaca, menikmati dan menilainya, serta mencoba untuk mencipta karya sastra bagaimanapun bentuk dan hasilnya. cvii Program pembelajaran sastra di SMA memiliki tujuan, yaitu dikuasainya kompetensi sastra siswa, meliputi kompetensi apresiasi, ekspresi, dan kreasi. Target Product atau capaian dari hasil pembelajaran sastra adalah terbentuknya siswa menjadi manusia yang berkepribadian luhur, berkualitas, dan berwawasan luas, sehingga mampu menantang masa depannya dengan penuh harapan. Tujuan tersebut tentu merupakan sebuah harapan. Untuk mencapainya diperlukan suatu Process, dalam hal ini adalah pelaksanaan pembelajaran sastra yang apresiatif. Tujuan sebagai arah dari Product dapat terealisasi apabila pelaksanaan Process disesuaikan dengan kondisi Context-nya. Agar Process berjalan dengan baik sebagaimana yang seharusnya, Context perlu dibekali dengan Input yang sesuai, sehingga dapat diperoleh Product sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Masalahnya, sudahkah Context yang ada sesuai dengan Product yang diharapkan? Sudahkan dipersiapkan Input dengan baik, untuk membekali Context dalam melaksanakan Process? Sudahkah Process yang berlangsung disesuaikan dengan kondisi Context dan Product yang menjadi harapan? Pada umumnya yang terjadi di lapangan adalah terabaikannya Input sehingga tidak mampu membekali Context dalam melaksanakan Process, dan tidak sesuainya antara Process yang berlangsung dengan kondisi Context yang ada dan Product yang menjadi tujuan. Dengan kerangka berpikir CIPP, penelitian ini berusaha melihat secara menyeluruh kondisi Context, yaitu aspek-aspek dalam suatu program; Input yang diberikan kepada Context; Process pelaksanaan program; dan Product atau capaian dari program. Evaluasi dilakukan dengan mengarah pada: 1 kesesuaian antara Context dengan Process; 2 kesesuaian antara Process dengan Product; dan 3 kesesuaian cviii antara Input sebagai modal dari Context dalam melaksanakan Process, dan Product yang dicapai melalui program yang diselenggarakan. Untuk melihat kedudukan, dan hubungan dari masing-masing bagian dalam membentuk kesatuan, dapat dilihat dalam bagan berikut ini: Bagan 1: Kerangka Berpikir CIPP KETERANGAN : CONTEXT INPUT PROCESS PRODUCT Kondisi Karakteristik Siswa: Ø Kompetensi akademik, sikap, dan minat siswa terhadap sastra Guru: Ø Pendidikan, status kepegawaian, masa kerja, pengalaman, dan kompetensinya dalam bersastra Sekolah: Ø Kondisi fisik sekolah dan kondisi lingkungannya Pengembangan Bahan dan Fasilitas Pembelajaran Sastra di Sekolah: Ø Pengembangan kurikulum dan penyusunan silabus pembelajaran sastra Ø Pemilihan materi pembelajaran sastra yang sesuai untuk siswa remaja Ø Pengembangan materi pembelajaran sastra yang sesuai untuk siswa remaja Pelaksanaan Pembelajaran Sastra yang Apresiatif di Sekolah: Ø Penerapan metode dan media, dalam proses pembelajaran. Ø Penerapan evaluasi dalam proses pembelajaran Ø Peran guru dalam proses pembelajaran sastra Ø Aktivitas siswa di dalam kelas selama proses pembelajaran sastra berlangsung Capaian Tujuan Pembelajaran: Kuantitas output: Ø Ketuntasan siswa dalam belajar sastra di sekolah Kualitas product: Ø Sikap, minat, dan kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra Manfaat outcome: Ø Keterampilan generic, akademik, dan vokasional life skill yang dicapai siswa setelah proses pembelajaran CONTEXT INPUT PROCES S PRODU CT cix Bagan 2: Alur Proses Pembelajaran Sastra di Sekolah KURIKULUM GURU Latar Belakang SISWA Aktivitas Sikap Minat TUJUAN Fasilitas Kompetensi Akademik PROSES PEMBELAJARAN SASTRA SEKOLAH cx

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian