Simpulan PEMBELAJARAN SASTRA YANG APRESIATIF DI SMA SURAKARTA DALAM PERSPEKTIF KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI STUDI EVALUASI

cclxxxvi

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan pokok-pokok temuan penelitian pada bab V, dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut. Konsep pembelajaran sastra yang apresiatif di SMA dalam perspektif kurikulum berbasis kompetensi adalah pembelajaran sastra yang dilaksanakan dalam suasana yang responsif dan kolaboratif, yang bertujuan untuk mempersiapkan siswa menguasai kompetensi sastra, meliputi kompetensi apresiasi, ekspresi, dan kreasi. Pembelajaran sastra tersebut dapat dilaksanakan melalui kegiatan menyimak atau membaca karya sastra dengan penghayatan yang sungguh-sungguh, agar siswa mampu menikmati keindahannya sehingga tumbuh penghargaan dan pikiran kritisnya terhadap karya sastra yang diapresiasinya. Adapun tujuan pembelajaran sastra yang apresiatif adalah untuk mengembangkan wawasan pengetahuan dan kepekaan perasaan siswa terhadap diri dan lingkungannya. Melalui pembelajaran sastra yang apresiatif diharapkan dapat ditumbuhkan rasa cinta siswa terhadap sastra, sehingga siswa sampai pada kesadarannya yang lebih baik terhadap diri dan masyarakat sekitarnya. Melalui pembelajaran sastra juga diharapkan dapat ditumbuhkan kepekaan dan kearifan siswa dalam menghadapi lingkungan, realitas kehidupan, dan sikap pendewasaan. Lebih dari itu, pembelajaran sastra yang apresiatif juga diharapkan dapat membantu siswa tumbuh menjadi manusia dewasa yang mampu berpikir global namun tetap bertindak dengan karakteristik dan potensi lokal think cclxxxvii globally but act locally . Hal itu merupakan ciri dari manusia yang berbudaya, mandiri, cerdas, berwawasan pengetahuan luas, berpikiran kritis, dan berkarakter, serta sanggup untuk mengekspresikan dirinya melalui pikiran dan perasaannya,. Sementara itu, target dari capaian pembelajaran sastra yang apresiatif di SMA adalah menghasilkan lulusan yang mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilannya dalam bersastra sesuai dengan standar performansi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Dengan bekal kompetensinya dalam bersastra, diharapkan siswa dapat hidup di tengah-tengah masyarakat, dengan terus berkarya demi mengisi kehidupan yang bermanfaat dan bermakna bagi dirinya maupun bagi masyarakat di sekitarnya. Dalam pola pikir CIPP, kondisi Context sangat berpengaruh terhadap Process pelaksanaan program dan Product yang dapat dicapai dari program. Kondisi Context tersebut berperan sebagai modal utama bagi Process yang berpengaruh terhadap Product atau capaian dari program. Pada kenyataannya Process pembelajaran sastra yang apresiatif di sekolah yang diteliti kualitasnya cukup beragam, ada yang sudah apresiatif, ada pula yang kurang apresiatif. Kualitas Product atau capaiannya juga beragam, ada yang cukup memuaskan, ada pula yang masih kurang memuaskan. Meskipun semuanya telah mengarah kepada tujuan dalam kurikulum, yaitu tercapainya kompetensi apresiasi, ekspresi dan kreasi pada siswa. Berdasarkan kenyataan itu, disimpulkan bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran sastra yang apresiatif yang diamanatkan dalam kurikulum berbasis kompetensi, Process pelaksanaan program pembelajaran sastra yang apresiatif perlu disesuaikan dengan kondisi karakteristik Context-nya, yaitu kondisi siswa, guru, dan sekolah serta lingkungannya. Sementara itu, Context juga perlu dikondisikan dengan cclxxxviii dibekali Input yang sesuai untuk mengisi kesenjangannya dengan Process demi tercapainya Product sesuai dengan tujuan. Hal tersebut penting diperhatikan, sebab pada dasarnya tidak ada strategi yang tepat yang dapat diterapkan dengan efektif dalam segala Context. Mengingat bahwa sebuah strategi yang efektif, implementasinya selalu terikat dengan karakteristik Context-nya.

B. Implikasi