16
Secara umum jumlah rumahtangga miskin masyarakat di dalam dan di sekitar TNGHS dalam wilayah Kabupaten Sukabumi berjumlah 15.699 rumahtangga atau
10 dari jumlah rumahtangga data tahun 2006, tidak termasuk Desa Cianaga. Berbagai bentuk pemanfaatan sumberdaya alam di dalam kawasan TNGHS
umumnya telah berlangsung sebelum ditetapkannya kawasan tersebut sebagai taman nasional. Beberapa kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam di TNGHS
yang penting antara lain pemanfaatan lahan untuk pemukiman, budidaya pertanian dan pembangunan infrastruktur TNGHS, 2007.
2.4. Masyarakat Sekitar Hutan
Masyarakat hutan adalah masyarakat yang tinggal di dalam atau di sekitar kawasan hutan, yang kehidupan ekonomi, sosial dan budayanya tergantung pada
keberadaan sumberdaya hutan. Masyarakat disini tidak sekedar dipandang sebagai tujuan untuk rumahtangga yang dalam konsep ekonomi ditetapkan sebagai sosok
yang memiliki fungsi tujuan untuk memperoleh keuntungan ekonomi sebesar- besarnya Tadjudin, 2000
Menurut Suharjito 2003, masyarakat lokal adalah masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar hutan dan bergantung kepada hutan untuk memenuhi
kehidupannya ekonomi, politik, religius dan lainnya. Kelompok masyarakat ini dapat berupa kumpulan beberapa keluarga atau rumahtangga yang membentuk
unit kampung kecil, satu unit desa ataupun istilah lainnya sesuai dengan bahasanya misalnya Gampong atau Mukim di Aceh; Silimo pada masyarakat
Dani di Irian Jaya sebagai satu kesatuan kehidupan. Masyarakat bukan hanya kumpulan keluarga atau rumah tangga, melainkan ia sebagai satu kesatuan unit
17
sosio kultural, yakni membangun sistem sosio kultural, tata nilai, norma, aturan, dan pola-pola hubungan sosialnya untuk mencapai tertib sosial social code.
Masyarakat di sekitar taman nasional merupakan masyarakat tradisional kasepuhan. Masyarakat tersebut memiliki pola kehidupan yang sangat unik dan
kearifan lokal untuk mengelola kawasan hutan di sekelilingnya selama puluhan tahun.
2.5. Masyarakat Adat
Keberadaan masyarakat adat hampir tersebar di semua daerah dan Negara termasuk Indonesia. Menurut Sangaji dalam Ningrat 2004 masyarakat adat
merupakan kelompok masyarakat yang memilki asal-usul leluhur secara turun- temurun di wilayah geografis tertentu serta memiliki sistem nilai, ideologi,
ekonomi, politik, budaya, sosial dan wilayah sendiri. Pengertian ini juga serupa dengan apa yang dikemukakan Durning dalam Mitchell yang dikutip oleh Ansaka
2006 yang menyebutkan lima definisi masyarakat adat, antara lain 1 merupakan penduduk asli suatu daerah yang kemudian dihuni oleh sekelompok masyarakat
dari luar yang lebih kuat, 2 sekelompok orang yang memiliki bahasa, tradisi, budaya, dan agama yang berbeda dengan kelompok yang lebih dominan, 3 selalu
diasosiasikan dengan beberapa tipe kondisi ekonomi masyarakat, 4 merupakan masyarakat pemburu, nomadik, peladang berpindah, dan 5 masyarakat dengan
hubungan sosial yang menekankan pada kelompok, pengambil keputusan melalui kesepakatan serta pengelolaan sumberdaya secara kelompok.
Masyarakat adat kasepuhan juga termasuk masyarakat tradisional, seperti yang dikemukakan oleh Suhandi dalam Ningrat 2004 yang mencirikan
masyarakat tradisional sebagai berikut:
18
1. Hubungan atau ikatan masyarakat desa dengan tanah sangat erat
2. Sikap hidup dan tingkah laku yang magis religius
3. Adanya kehidupan gotong royong
4. Memegang tradisi dengan kuat
5. Menghormati para sesepuh
6. Kepercayaan pada pimpinan lokal dan tradisional
7. Organisasi kemasyarakatan yang relatif statis
8. Tingginya nilai sosial
Menurut pengertian di atas, Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi yang mengidentifikasikan diri mereka menjadi masyarakat adat memang termasuk
dalam kriteria yang sudah dijelaskan. Seperti yang dipaparkan oleh salah satu tokoh adat kasepuhan yang mendefinisikan Masyarakat Kasepuhan sebagai suatu
kelompok masyarakat yang mempunyai asal-usul sejarah yang jelas, berdiam di suatu wilayah geografis tertentu, mempunyai sistem, budaya, politik, sosial,
ekonomi, hukum adat, tata nilai, kelembagaan, warga adat, perangkat adat, dan peradilan adat.
2.6. Persepsi