8
Pengeluaran usahatani dalam penelitian ini hanya memperhitungkan biaya pupuk. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini hanya memperhitungkan
pendapatan usahatani yang bersifat tunai. Adapun usahatani padi yang dilaksanakan oleh Masyarakat Kasepuhan hanya mengeluarkan biaya tunai berupa
biaya pupuk, sedangkan biaya lainnya seperti tenaga kerja dan bibit merupakan biaya tidak tunai.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Sumberdaya Hutan
Hutan dapat didefinisikan sebagai tempat berupa lahan yang luas yang terdiri dari komponen-komponen biotik dan abiotik yang di dalamnya terdapat
ekosistem yang saling mempengaruhi satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Hal ini setara dengan yang tercantum dalam UU RI No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan pasal 1 sebagaimana dikutip Sabara 2006 yang mendefinisikan hutan sebagai kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati
yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan juga dapat didefinisikan menurut
kepentingan para aktor yang memiliki kepentingan atas hutan. Banyak aktor yang memiliki kepentingan atas hutan. Akan tetapi, dalam banyak kasus pengelolaan
hutan, aktor-aktor yang berkepentingan hanya dirumuskan dalam tiga aktor, seperti yang dirumuskan oleh Tadjudin 2000, yaitu pemerintah, swasta dan
masyarakat. Pemerintah mendefinisikan hutan sebagai sebuah karunia Tuhan yang dapat dimanfaatkan dan dilestarikan keberadaannya untuk kesejahteraan
masyarakat. Berbeda dengan pemerintah, swasta dan pelaku bisnis mengartikan hutan sebagai komoditas yang dapat menghasilkan uang dan keuntungan yang
besar. Masyarakat pun memiliki arti tersendiri mengenai hutan. Masyarakat mengartikan hutan sebagai tempat menggantungkan hidup, sistem perekonomian,
dan tempat spiritual yang menghubungkan masyarakat dengan alam, sehingga tercipta keharmonisan antara keduanya.
Hak kepemilikan property right adalah klaim yang sah secure claim terhadap sumberdaya ataupun jasa yang dihasilkan dari sumber daya tersebut. Hak
10
kepemilikan juga dapat diartikan sebagai suatu gugus karakteristik yang memberikan kekuasaan kepada pemilik hak Hartwick dan Olewiler, 1998.
Karakeristik tersebut menyangkut ketersediaan manfaat, kemampuan untuk membagi atau mentransfer hak, derajat eksklusivitas dari hak, dan durasi
penegakan hak enforceability Perman et al., 1996. Perlu dicermati bahwa meski hak pemilikan menyangkut klaim yang sah, hak tersebut tidak bersifat
mutlak. Hak pemilikan sering dibatasi oleh dua hal, yakni hak orang lain dan ketidaklengkapan incompleteness. Bisa saja kita tidak berhak melakukan
penambangan mineral di pekarangan rumah kita, namun pihak lain dapat melakukannya. Ketidaklengkapan hak pemilikan disebabkan oleh mahalnya biaya
enforcement. Jika hutan ditebang oleh penebangan illegal, hak Negara atas hutan dibatasi oleh mahalnya mengawasi hutan tersebut dan melakukan penegakan
hukum atas tindakan illegal tersebut Fauzi, 2006 Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa di dalam sumber daya alam,
sebagaimana dijelaskan oleh Bromley 1989 antara sumber daya resource dan rezim pemilikan terhadap sumberdaya tersebut harus dibedakan dengan jelas. Satu
sumberdaya bisa saja mempunyai berbagai hak pemilikan. Hak pemilikan terhadap sumberdaya alam umumnya terdiri dari Gibb and Bromley, 1989 :
1. State property dimana klaim pemilikan berada di tangan pemerintah 2. Private property dimana klaim pemilikan berada pada individu atau
kelompok usaha korporasi 3. Common property atau Communal property dimana individu atau kelompok
memiliki klaim atas sumberdaya yang dikelola bersama.