3.9.1 Validitas
“Valid mempunyai arti bahwa instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur
” Arikunto 2002 : 80. Artinya validitas dapat diketahui dari hasil pemikiran dan hasil pengalaman. Menurut Arikunto
2002 : 82 ada empat tipe validitas pengukuran yang harus diketahui, yaitu:
1. Validitas Isi Content Validity Sebuah tes memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus
tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Validitas isi menyangkut rincian materi untuk kepentingan cara
penyusunan tes. 2. Validitas Konstruksi Construct Validity
Arikunto 2002 : 82 menyatakan bahwa “sebuah tes dikatakan
memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang dikatan Tujuan
Instruksional Khusus ”. Dengan kata lain jika butir soal mengukur aspek
berpikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berpikir yang menjadi tujuan insturksional.
3 . Validitas “Ada Sekarang” Concurrent Validity
Validitas “Ada Sekarang” dikenal dengan nama validitas empiris. Jika sebuah tes dikatan memiliki validitas empiris apabila hasilnya sesuai
dengan pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada ada sekarang,
concurrent . Dalam membandingkan hasil tes diperlukan suatu kriteria
atau alat banding. Maka, suatu hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan.
Kriteria menyangkut masalah tingkatan dimana skala yang sedang digunakan mampu memprediksi suatu variabel yang dirancang sebagai
kriteria. Ada dua jenis validitas untuk instrumen penelitian, yaitu validitas logis dan valid
itas empiris. “Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas logis apabila instrumen tersebut secara analisis akal sudah sesuai dengan isi
dan aspek yang diungkapkan ” Arikunto 2002: 86. Sebuah instrumen
dikatakanvalid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya
validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Rumus
tersebut adalah sebagai berikut:
2 2
2 2
. y
y N
x x
N y
x xy
N rxy
Keterangan : = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
N = jumlah subjek
∑ = jumlah perkalian x dan y
x = jumlah total skor x
y = jumlah total skor y
x
2
= jumlah dari kuadrat dari x y
2
= jumlah dari kuadrat dari y Perhitungan yang dilakukan dapat menggambarkan derajat
validitas konstruk yang berkisar antara 0,00 sampai +1,00. Berikut pedoman yang dapat digunakan:
Tabel 3.8 Derajat Validitas Konstruk
Derajat Validitas Konstruk Kategori
0,00 s.d 0,20 hampir tidak ada korelasi alat tes tidak
valid 0,21 s.d 0,40
korelasi rendah validitas rendah 0,41 s.d 0,60
korelasi sedang validitas sedang 0,61 s.d 0,80
korelasi tinggi validitas tinggi 0,81 s.d 0,100
korelasi sempurna validitas sempurna
Setelah memperoleh hasil dari perhitungan tersebut, dilakukan penafsiran harga koefisien korelasi yaitu dengan membandingkan harga yang diperoleh
dengan harga kritik. Adapun harga kritik untuk validitas butir instrumen adalah 0,3. Artinya, apabila lebih
besar atau sama dengan 0,3 ≥ 0,3 nomor butir tersebut dapat dikatakan valid
www.spssindonesia.com : diakses 16 september