15
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini dipaparkan hakikat pendidikan karakter, hakikat siswa, hakikat evaluasi hasil program pendidikan, dan penyusunan silabus pendidikan karakter.
A. Hakikat Pendidikan Karakter
1. Definisi Pendidikan Karakter
Lickona Samani, M. Hariyanto, 2013:44 mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk
membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis. Secara sederhana, Lickona mendefinisikan pendidikan
karakter sebagai upaya yang dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter para siswa.
Menurut Elkin dan Sweet Pupuh, F., Suryana, Fatriany, F., 2013: 15, pendidikan karakter dimaknai sebagai,
“Character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core
ethical values”. Pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan
nilai-nilai etika inti. Pendidikan
karakter dimaknai
sebagai pendidikan
yang mengembangkan nilai-nilai karakter peserta didik sehingga mereka
memiliki nilai dan karakter dalam diri, yang dapat diterapkan dalam
16
kehidupan sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif Zubaedi, 2012: 17-18.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya terencana
untuk menjadikan seseorang peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasikan nilai-nilai karakter dalam diri, sehingga dapat
berperilaku sebagai manusia seutuhnya.
2. Tujuan Pendidikan Karakter
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional 2010, pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan
hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh,
terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan
akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada
pembentukkan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh
semua warga sekolah, serta masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah
17
merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
3. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Kementerian Pendidikan Nasional 2010 menyatakan bahwa pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai
berikut: a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter;
b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku;
c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk membangun karakter;
d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian; e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan
perilaku yang baik; f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang
yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses;
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik; h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama;