56 tidak dapat menggunakan alat peraga secara mandiri tanpa adanya bantuan dari
guru atau teman. Selain itu guru juga memberikan komentar bahwa alat peraga sudah baik dan perlu adanya penjelasan dengan kalimat yang sederhana kepada
siswa ketika menggunakan alat peraga sehingga siswa mudah memahami materi. Dari hasil validasi tersebut, guru kelas I menyatakan bahwa alat peraga layak
digunakan atau uji coba lapangan tanpa revisi. Rekapitulasi hasil validasi guru kelas I dapat dilihat pada tabel 4.6 lampiran 2.4 halaman 81.
4.4.2 Analisis I
Skor rata-rata yang diperoleh dari uji validasi produk kepada para ahli adalah 4,2. Rekapitulasi skor tersebut dapat dilihat pada tabel 4.7 lampiran 2.5
halaman 82. Skor yang diperoleh menunjukkan bahwa kualitas alat peraga yang dikembangkan sudah tergolong dalam kategori “baik”. Meskipun demikian
terdapat komentar dan saran dari para ahli terhadap alat peraga yang dikembangkan oleh peneliti, dapat dilihat pada tabel 4.8. Saran dan komentar
tersebut digunakan oleh peneliti sebagai dasar untuk melakukan tindak lanjut terhadap alat peraga yang dikembangkan.
Tabel 4.8 Komentar Ahli terhadap Produk dalam Uji Validasi No.
Komentar Pakar Pembelajaran
Matematika Pakar Alat Peraga
Guru Kelas I
1. Pada paket alat peraga
dapat ditambahkan kartu simbol =.
Alat peraga yang dikembangkan sudah baik.
Alat peraga yang dikembangkan sudah baik.
2. Pemberian warna pada
alat peraga kancing satuan, puluhan, dan
ratusan perlu dipertimbangkan dengan
matang agar tidak membingungkan anak.
Perlu dikembangkan lagi jika ingin digunakan di
kelas atas Saat menggunakan alat
peraga, berikan penjelasan dengan kalimat yang
sederhana agar siswa paham.
4.4.3 Revisi Produk
Revisi produk dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan kelengkapan alat peraga yang dikembangkan. Peneliti menambahkan kartu simbol = pada paket
alat peraga. Revisi tersebut sebagai tindak lanjut yang dilakukan oleh peneliti terhadap komentar dan saran pertama yang diberikan oleh pakar pembelajaran
Matematika.
57 Berkaitan dengan komentar dan saran yang kedua dari pakar pembelajaran
matematika, peneliti melakukan kajian ulang terhadap metode Montessori sebagai tindak lanjut. Hal tersebut karena peneliti menduga bahwa saran tersebut tidak
selaras dengan prinsip Montessori. Berdasarkan hasil kajian ulang terhadap metode Montessori, peneliti menemukan bahwa metode Montessori merupakan
hasil eksperimental yang mendasarkan pada pengamatan langsung terhadap aktivtas spontan anak yang merdeka dalam berekspresi Montessori, 2002:10.
Salah satu penerapan prinsp tersebut nampak pada karakteristik lingkungan belajar yang diciptakan oleh Montessori. Lingkungan belajar tersebut meliputi
didactic apparatus atau alat peraga yang diciptakan oleh Montessori sendiri berdasar kepada anak Montessori, 2002:36 81 dan 1965:12. Dalam hal ini,
anaklah yang menjadi acuan dalam pengembangan alat peraga dalam metode Montessori.
Untuk memastikan kebenaran kajian ulang yang dilakukan terhadap metode Montessori, peneliti melakukan uji empiris terhadap siswa kelas I pada
tanggal 25 Maret 2013. Hasil yang diperoleh dari uji empiris adalah siswa memilih alat peraga yang berwarna-warni. Hasil tersebut menjadi bahan
pertimbangan bagi peneliti untuk melakukan tindak lanjut berkaitan dengan komentar dan saran kedua dari pakar pembelajaran Matematika. Hal lain yang
menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti adalah hasil uji validasi oleh pakar alat peraga dan guru kelas I yang tidak menunjukkan perlu adanya revisi terhadap alat
peraga yang dikembangkan oleh peneliti. Berdasarkan hasil kajian ulang terhadap metode Montessori dan validasi
pakar alat peraga dan guru kelas I tersebut, peneliti tidak melakukan revisi terhadap warna kancing penjumlahan dan pengurangan.
4.4.4 Uji Coba Lapangan Terbatas