Sejarah Metode Montessori Karakteristik Metode Montessori

8

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, pembahasan tentang landasan teori dibagi menjadi empat bagian, yaitu 1 kajian pustaka, 2 penelitian yang relevan, 3 kerangka berpikir, dan 4 hipotesis.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Metode Montessori

2.1.1.1 Sejarah Metode Montessori

Metode Montessori merupakan metode pembelajaran yang diperkenalkan oleh Maria Montessori. Montessori adalah seorang dokter wanita pertama di Italia yang lahir pada tanggal 31 Agustus 1870. Minat Montessori pada pendidikan anak-anak khususnya anak bermasalah muncul ketika bekerja di klinik psikiatri. Rasa ketertarikan Montessori pada pendidikan anak-anak bermasalah membawanya mempelajari penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh para pendahulunya seperti Phillipe Pinel, Jean Marc Gaspare Itard dan Eduard Seguin. Menurut Seguin pendidikan harus mencakup berbagai aspek yang meliputi kegiatan muskular dan sensorial, pendidikan intelektual dan pendidikan moral yang di dalamnya terdapat “kemauan” anak atau “will” Montessori, 2002:30. Montessori mulai masuk dalam bidang pendidikan dengan mendirikan Casa dei Bambini atau Childrens House tahun 1907 di Roma. Casa dei Bambini merupakan sebuah sekolah bagi siswa dari golongan pinggiran dan miskin. Kepekaan Montessori dalam menangani anak-anak dan kemampuannya mengelola sekolah dengan melibatkan keluarga berhasil membawa anak-anak yang kurang beruntung tersebut memperoleh hasil optimal pada ujian negara Montessori, 2002:38. Keberhasilan lainnya adalah Montessori berhasil membawa anak-anak pinggiran membaca dan menulis pada usia dini dan menunjukkan kemampuan untuk peduli terhadap diri mereka sendiri Hainstock, 1997:58. Melalui Casa dei Bambini, Montessori menemukan metode untuk membantu anak didiknya belajar, hasil dari trial and eror yang Montessori lakukan dengan inspirasi dari pemikiran Itard dan Sequin 1846. 9

2.1.1.2 Karakteristik Metode Montessori

Slogan yang digunakan oleh sekolah-sekolah Montessori dan mewakili esensi dari metode Montessori adalah Teach Me to Do It Myself. Slogan tersebut mengandung makna bahwa Montessori mempercayai kemampuan seorang anak untuk bekerja dan menemukan cara belajarnya sendiri Seldin, 2006:12. Anak dipercaya dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Filosofi tersebut mendukung anak untuk membantu anak menjadi tuan atas dirinya sendiri. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Koh dan Frick dalam penelitiannya mengenai metode Montessori. Koh dan Frick 2010:1 menyatakan bahwa pendidikan Montessori muncul dari filosofinya mengenai membantu anak untuk menjadi tuan atas dirinya dan mandiri. Seorang anak dikatakan akan melakukan belajar ketika anak tersebut sudah siap dan mau untuk belajar. Filosofi tersebut menunjukkan bahwa metode Montessori menghormati kebebasan setiap individu untuk belajar. Kebebasan yang dimaksudkan adalah kebebasan kepada setiap anak untuk tertarik, memilih, dan melakukan kegiatan yang membantu perkembangan dirinya selama hal tersebut tidak mengganggu orang lain Montessori, 2002:95. Kebebasan menurut Montessori bukanlah membiarkan anak melakukan hal sesuka hatinya tanpa ada batasan melainkan memberikan kesempatan penuh kepada anak untuk berkembang dengan batasan tidak mengganggu kepentingan orang lain. Hasil dari kebebasan tersebut adalah sikap disiplin aktif yaitu anak dapat mengatur dan mengarahkan tindakannya sendiri, anak menjadi tuan atas dirinya Montessori, 2002:86. Dalam hal ini masing-masing anak akan berkembang sesuai dengan kesiapannya sehingga dalam metode ini hasil belajar yang dicapai oleh setiap anak pun akan berbeda. Pendidik dalam metode Montessori berperan sebagai teman sekaligus observer di kelas. Pendidik memberikan bantuan kepada anak hanya ketika benar- benar dibutuhkan karena anak dipercaya dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Sebagai observer, pendidik mengamati kemajuan yang dilakukan oleh setiap anak dalam setiap hari, meskipun hanya berupa kemajuan kecil. Karakteristik lain dari metode Montessori adalah pembelajaran yang berbasis panca indera yang bertujuan mempertajam kepekaan indera seorang anak Dewantara, 1962:272. Menurut Montessori pendidikan yang berbasis panca 10 indera penting bagi anak karena perkembangan indera anak berlangsung lebih awal dibandingkan perkembangan intelektualnya Montessori, 2002:215-223. Perkembangan penginderaan yang tepat menjadi hal yang penting bagi anak karena perkembangan indera merupakan persiapan bagi pendidikan intelektual seorang anak. Berdasarkan hal tersebut Montessori mempersiapkan materi-materi didaktis alat peraga untuk mendukung pendidikan yang berbasis panca indera. Alat peraga tersebut diproduksi oleh Montessori sendiri dengan mendasarkan pada pemikiran Itard dan Seguin Hainstock, 1997:13. Montessori menciptakan alat peraga sesuai dengan keterampilan yang ada dalam tahap perkembangan anak, yaitu keterampilan hidup sehari-hari, bahasa, matematika, geografi, kesenian, pengetahuan alam, dan budaya. Berdasarkan karakteristik metode Montessori terdapat tiga kriteria mengenai bagaimana pembelajaran semestinya diberikan kepada anak, yaitu 1 singkat, 2 sederhana, dan 3 objektif Montessori, 2002:108. Pelajaran sebaiknya diberikan dengan singkat. Singkat yang dimaksudkan adalah menghilangkan kata-kata yang tidak berguna dalam pembelajaran. Ketika seorang pendidik mempersiapkan pelajaran yang akan diberikannya, pendidik mesti sungguh-sungguh mempertimbangkan bobot kata-kata yang akan diucapkannya untuk menilai perlu tidaknya kata-kata tersebut. Pelajaran sebaiknya sederhana. Sederhana yang dimaksudkan adalah pemilihan kata-kata yang akan digunakan haruslah merupakan kata yang paling sederhana dan mengacu pada kebenaran. Pelajaran sebaiknya objektif. Dalam hal ini, pelajaran diberikan kepada anak dengan semestinya, guru tidak boleh menarik perhatian anak kepada dirinya melainkan hanya kepada objek yang ingin guru terangkan. Penjelasan singkat dalam pembelajaran haruslah merupakan penjelasan mengenai objek yang akan dipelajari oleh anak. Secara garis besar karakteristik metode Montessori tampak pada penerapan filosofi yang digunakan dalam pembelajaran, tugas pendidik, dan adanya alat peraga. Ketiga komponen tersebut menunjukkan bahwa metode Montessori merupakan metode pembelajaran yang berlandaskan pada perkembangan anak dengan pembelajaran yang berbasis panca indera. Kebebasan anak untuk melakukan tugas-tugas perkembangan dalam usianya sesuai dengan 11 kemampuannya sangat dihormati dalam metode ini. Keberhasilan dari metode ini dilihat dari keberhasilan anak melakukan suatu tugas perkembangan sesuai dengan kesiapan dan kemampuan anak. 2.1.2 Karakteristik Alat Peraga Montessori Alat peraga Montessori diciptakan oleh Montessori sendiri berdasarkan hasil observasi terhadap anak didiknya di Casa dei Bambini Montessori, 2002:36 81. Alat peraga tersebut berfungsi sebagai sumber belajar sekaligus guru bagi anak ketika belajar sehingga memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan alat peraga pada umumnya. Alat peraga Montessori memiliki empat karakteristik, yaitu 1 menarik, 2 bergradasi, 3 auto-education, dan 4 auto-correction Montessori, 2002:170-176. Berikut ini merupakan uraian dari keempat karakteristik alat peraga Montessori.

2.1.2.1 Menarik