23
Bagan 2.1. Literature map dari penelitian-penelitian yag relevan
2.3 Kerangka Berpikir
Karakteristik siswa SD berbeda dengan balita, remaja, atau orang dewasa lainnya. Anak pada usia ini lebih senang bermain, bergerak, memiliki rasa ingin
tahu yang besar, berkelompok, dan merasakan suatu hal secara langsung. Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget siswa SD 7-12 tahun berada
pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini seorang anak sudah mampu menggunakan operasi-operasi dalam pengetahuan tetapi masih terbatas pada
halbenda yang konkret. Karena itu anak pada usia ini lebih senang belajar dengan
objek nyata yang dapat ditangkap oleh panca indera anak.
Alat peraga penjumlahan dan pengurangan
Metode Montessori
Lillard dan Else-Quest 2006 pencapaian nilai akademik dan
sosial siswa Montessori dibandingkan siswa sekolah
publik, privat, dan charter.
Frick Koh dan Frick 2010 penerapan kemandirian dan
dampaknya terhadap motivasi intrinsik siswa Montessori
Letten 2010 media kertas berwarna
Suryati 2012 media botol hijau kuning
Kristinawati 2012 kartu bridge
Yang perlu diteliti: Metode Montessori dan
pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan
untuk siswa SD Rathunde 2003
perbandingan motivasi, kualitas pengalaman, dan
sosial pada sekolah Montessori dan sekolah
menegah tradisional
24 Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pada pembelajaran terdapat komponen-komponen yang mendukung terlaksananya pembelajaran dengan baik.
Salah satunya adalah komponen yang diperlukan untuk menciptakan pembelajaran yang konkret bagi siswa SD adalah alat peraga.
Salah satu metode pembelajaran yang menggunakan alat peraga dalam pembelajaran adalah metode Montessori. Metode Montessori merupakan metode
pembelajaran yang berlandaskan pada perkembangan anak dan berbasis panca indera sehingga penting adanya alat peraga. Alat peraga Montessori memiliki
beberapa karakteristik tersendiri, salah satunya adanya pengendali kesalahan yang mendukung pembelajaran secara mandiri oleh anak. Keberhasilan metode
Montessori dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak membuat metode ini mulai
diterapkan oleh sekolah-sekolah di berbagai negara termasuk Indonesia. Beberapa sekolah yang menerapkan metode Montessori adalah Jakarta Montessori School,
Bali Montessori School, Bogor Montessori School, Sekolah Montessori di Batam, dan Yogyakarta sendiri. Penerapan metode Montessori di Indonesia masih sebatas
pada sekolah-sekolah swasta yang berlabel mahal karena alat peraga Montessori belum diproduksi di Indonesia dan masih menggunakan bahan terstandar khusus.
Sementara apabila melihat pada sejarah metode Montessori, alat peraga dalam pembelajaran diciptakan oleh Montessori sendiri dengan berdasar hasil
observasinya terhadap anak didiknya di Casa dei Bambini. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan di SD
Krekah, Bantul terhadap kepala sekolah, guru kelas I, dan delapan siswa kelas I didapatkan permasalahan berkaitan dengan alat peraga dan rendahnya
keterampilan penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas I. Belum adanya alat peraga yang mendukung pembelajaran menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan permasalahan tersebut. Berdasarkan uraian di atas peneliti berinisiatif untuk mengenalkan metode
Montessori melalui pengembangan alat peraga ala Montessori yang kontekstual untuk keterampilan penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas I SD
Krekah, Bantul sebagai solusi dari permasalahan yang ada di SD tersebut.
25
2.4 Hipotesis Penelitian