20
2.2.2 Penelitian tentang Metode Montessori
Penelitian yang berkaitan dengan metode Montessori dilakukan oleh Rathunde 2003, Lillard Else-Quest 2006
,
dan Koh Frick 2010.
Rathunde 2003 meneliti perbandingan motivasi, kualitas pengalaman, dan sosial pada sekolah Montessori dengan sekolah menengah tradisonal.
Penelitian ini dilakukan terhadap 150 siswa kelas VI dan VIII 60 perempuan dan 40 laki-laki dari lima sekolah Montessori yang berada di empat negara
bagian Amerika Serikat dan 400 siswa kelas VI dan VIII dari dua puluh sekolah menengah tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 siswa Montessori
lebih memiliki pengaruh yang tinggi, potensi semangat dan giat, motivasi intrinsik kesenangan dan ketertarikan, dan pengalaman berkonsentrasi penuh
flow experience terhadap tugas akademik di sekolah dan 2 siswa Montessori memiliki kesan yang lebih baik terhadap sekolah dan guru, memiliki persepsi
yang positif terhadap teman sekelas menerima mereka lebih dari sekedar teman atau teman sekelas. Secara umum, siswa Montessori lebih sedikit menghabiskan
waktu di kelas mendengarkan untuk pengajaran dan melihat media. Sementara itu siswa Montessori lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja dengan alat
peraga dan penguasaan diri. Lillard Else-Quest 2006 meneliti pencapaian nilai akademik dan sosial
siswa Montessori dibandingkan dengan siswa sekolah dasar lainnya. Pada penelitiannya Lillard dan Else-Quest membentuk kelompok eksperimen dan
kontrol. Kelompok eksperimen dalam penelitian tersebut adalah siswa sekolah Montessori yang terletak di Milwaukee, Misconsin. Sekolah tersebut merupakan
sekolah yang melayani sebagian besar anak-anak yang termarginalkan pada daerah tersebut dan sudah diakui oleh cabang Association Montessori
Internationale AMIUSA di Amerika. Kelompok siswa tersebut berusia 3-6 tahun dan 6-12 tahun. Kelompok eksperimen dalam penelitian tersebut adalah 40
siswa dari 27 sekolah publik, 13 siswa dari 12 suburban public, privatevoucher, atau charter schools. Kebanyakan dari sekolah publik tersebut menggunakan
special program seperti kurikulum untuk anak gifted dan talented, language immersions, seni dan pembelajaran berbasis discovery 2006:1893. Hasil
penelitian ini terdiri atas dua hal, yaitu 1 siswa Montessori usia 3-6 tahun
21 menunjukkan hasil yang lebih baik dalam tes membaca dan matematika, memiliki
dorongan yang positif dalam berinteraksi dengan orang lain, menunjukkan kemajuan dalam kesadaran sosial, dan peduli terhadap kejujuran serta keadilan,
dan 2 siswa Montessori usia 6-12 tahun lebih kreatif dalam membuat essay dengan susunan kalimat yang lebih kompleks, selektif dalam memberikan respon
yang positif terhadap masalah-masalah sosial, dan menunjukkan perasaan yang peka terhadap komunitasnya di sekolah. Secara garis besar, kedua hasil tersebut
menunjukkan pencapaian skor akademik dan sosial siswa Montessori lebih tinggi dari kelompok kontrol.
Koh Frick 2010 meneliti penerapan dukungan untuk kebebasan individu autonomy support dalam kelas Montessori. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui karakteristik guru yang memiliki autonomy support dalam kelas Montessori dan bagaimana hal tersebut berpengaruh terhadap motivasi
intrinsik siswa dalam bekerja. Penelitian ini dilakukan terhadap guru dan asistennya pada sekolah Montessori serta kelas Montessori yang terdiri dari 28
siswa yang berusia 9-11 tahun, sejajar dengan kelas 4-6 pada sekolah dasar tradisional. Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah Montessori yag terletak
di Indiana, USA. Hasil penelitian ini terdiri atas dua hal, yaitu 1 guru dan asistennya memiliki stategi yang sesuai dengan filosofi Montessori dalam
mendukung kemandirian siswa dan 2 siswa Montessori memiliki motivasi intrinsik yang tinggi dalam mengerjakan tugasnya. Berkaitan dengan hasil yang
pertama, guru dan asistennya mendukung kemandirian siswa melalui memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih sendiri jenis aktivitas yang akan
dilakukannya dan teman bekerjanya. Guru mengembangkan kemandirian berpikir siswa melalui pemberian dorongan terhadap kebebasan berpikir siswa, inisiatif
diri, dan menghormati pendapat siswa. Dalam menerapkan kontrol, guru dan asistennya mengakui dan menghargai perasaan siswa, mendukung rasional untuk
tingkah laku yang diharapkan, dan menekan kecaman. Berkaitan dengan hasil yang ke dua, siswa Montessori memiliki kecenderungan untuk mengerjakan setiap
tugas belajarnya dikarenakan siswa menyadari pentingnya aktivitas tersebut untuk dirinya dan tujuan yang dicapai dari aktivitas tersebut. Hasil yang diperoleh dalam
22 penelitian ini menunjukkan bahwa filosofi Montessori mendukung anak untuk
dapat menjadi tuan atas dirinya sendiri dan mandiri 2010:12. Ketiga penelitian terhadap metode Montessori tersebut menunjukkan
bahwa metode Montessori berpengaruh positif terhadap perkembangan diri seorang anak secara menyeluruh. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingginya
motivasi intrinsik, kemandirian, pencapaian nilai akademik, dan tingkah laku sosial seorang anak ketika belajar di sekolah Montessori. Seorang anak
mengalami perkembangan secara alami baik dalam kemampuan maupun kepribadiannya. Hal tersebut sesuai dengan sesuai dengan tujuan pendidikan
menurut Montessori yaitu memberi kesempatan kepada anak untuk berekspresi secara merdeka sealamiah mungkin atau sesuai dengan nature anak Montessori,
2002:9-10. Berdasarkan
studi literatur
penelitian di
Indonesia mengenai
pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan serta metode Montessori, peneliti belum menemukan satu pun penelitian mengenai
pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan berlandaskan pada filosofi pembelajaran Montessori. Karena itu, penelitian ini
akan memberikan khasanah baru pada dunia penelitian khususnya mengenai pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan bilangan. Secara
ringkas kerangka penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat literature map dalam bagan 2.1.
23
Bagan 2.1. Literature map dari penelitian-penelitian yag relevan
2.3 Kerangka Berpikir