Teknologi Lining TEKNOLOGI BUSANA

99 Contoh bahan yang digunakan dalam lining ini antara lain sutera, crepe, satin yang halus, sutera taffeta, rayon, asahi, abute, erow dan sebagainya. Penyelesaian lining ada dua macam, yaitu: a. Pemasangan lining dengan teknik lepas Pemasangan lining dengan teknik lepas yaitu yaitu antara bahan dan vuring lepas dan dijahit sendiri – sendiri. Setelah bagian – bagian vuring dan bahan utama tersambung, kemudian vuring dipasangkan pada bagian buruk bahan utama. Teknik pemasangan vuring dengan system ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pemasangan vuring dengan teknik lepas adalah kemungkinan berkerut sangan kecil, penyelesaian dapat disetik dengan mesin atau obras sewarna Raden Saleh Aisyah Jafar, 1991. b. Pemasangan lining dengan teknik lekat Pemasangan lining dengan teknik lekat yaitu antara lining dan bahan utama dijahit bersama. Teknik pemasangan vuring ini memilki kelebihan yaitu hasil jahitanya lebih kuat. Teknik pemasangan vuring lekat ini digunakan pada bahan – bahan tembus terang. Teknik ini juga memilki kekurangan yaitu jika saat memasang kurang hati – hati busana akan tampak berkerut sehingga tidak rapi. Berdasarkan penjelasan diatas penyusun menyimpulkan bahwa teknologi lining pelapisan dalam memilih bahan pelapis harus 100 memperhatikan kegunaan pelapis, penempatan, keadaan bahan yang dilapis, kesesuaian bahan lapis dengan bahan utama, warna bahan utama, dan asal bahan utama, agar busana yang dilapisi tidak mengubah bentuk jatuhnya bahan yang di inginkan, dan nyaman untuk dikenakan. Penerapan teknologi furing pelapis sering digunakan untuk busana kebaya, rok yang tembus terang atau tipis, gaun, secara keseluruhan atau bagia-bagian tertentu saja.

6. Teknologi Pengepresan

Pengepresan merupakan suatu cara agar kampuh-kampuh terlihat lebih pipih dan rapi. Pengepresan dilakukan setiap kali selesai menjahit dengan menggunakan setrika dengan suhu yang disesuaikan dengan bahan busananya. Pengepresan mempunyai makna yaitu menghilangkan kusut bahan tekstil hingga licin, tipis dan rata flat hal ini akan nampak pada bahan tekstil yang berasal dari woll. Kunci untuk memperoleh suatu “penampilan ahli” adalah menyetrika bahan setiap mulai menjahit kemudian disetrika lagi bilamana pakaian sudah selesai dijahit Goet Poespo, 2005 : 21. Ada tiga tingkatan dalam proses penyeterikaan atau pengepresan yaitu: sebelum pemotongan, sebelum penjahitan, yang disebut under pressing, dan setelah pakaian selesai dijahit yang disebut dengan final pressing. Teknik pengepresan dilakukan agar busana atau jahitan yang dihasilkan rapi, maka setelah dijahit harus dipress dengan cara disetrika. Alat-alat pengepresan 101 antara lain : iron, iron board papan setrika, wooden clapper kayu penekan, needle board papan jarum, sleeve board papan lengan, press mit, seam roll, tailor’s ham bantalan pengepresan. Sicilia Sawitri, 1997. Untuk menghindari garis bayangan kampuh dari bagian buruk nampak membayang keluar selama proses mengepres dibantu dengan alat pemberat yang berfungsi menekan. Berikut penjelasan mengenai kegunaan alat dalam menyetrika pengepresan yaitu : a. Meja papan setrika atau meja pres Meja setrika umumnyabanyak dan mudah untuk dibeli dipasar, sedangkan meja pres agak sulit. Bila hendak membuat meja pres sebaiknya memiliki alas yang lebih tebal dan meja lebih kuat dari meja setrika karena di dalam mengepres menggunakan alat pembantu dan bahan tekstil dipukul agar hasilnya licin dan flat. b. Papan lengan atau kampuh Papan ini berfungsi untuk menyetrika lengan atau kampuh tapi karena bentuknya yang kecil dan padat papan ini juga dapat digunakan untuk menyetrika kampuh pada kaki celana. c. Papan bulat Papan ini dapat disebut papan serbaguana untuk bagian busana yang berbentuk bulat, seperti : garis bahu, garis panggul dan untuk membentuk kerah. Papan ini sangat membentu sekali dalam membentuk bagian – bagian busana tersebut disamping itu papan