Penelitian kualitatif yang pernah dilakukan oleh Fransiska Ani Dewanti

secara menyeluruh. ABK pemula yang memaknai pekerjaannya sebagai upaya mencari materi memandang pekerjaan sebgai suatu mata pencaharian baik untuk memenuhi kebutuhan saat ini maupun di masa mendatang. ABK pemula yang memaknai pekerjaannya sebagai sarana untuk mencari modal usaha di masa mendatang melatih kedewasaan sebagai batu loncatan dan sebagai bentuk harga diri memandang pekerjaan mereka sebagai karir dimana pekerjaan tersebut merupakan salah satu cara untuk menstimulasi kebutuhan mereka untuk bersaing atau meningkatkan prestise dan kepuasan. ABK pemula yang memaknai pekerjaannya bahwa meskipun pekerjaannya dianggap sepele tapi besar manfaatnya bagi orang lain memandang pekerjaannya sebagai sumber dari fulfillment atau keutuhan. Ia memandang pekerjaannya sebagai suatu panggilan dan memaknainya sebagai suatu bentuk kontribusi mereka pada lingkkungan sosial. Dari penelitian relevan di atas, telah digunakan sebagai bahan pembanding sekaligus referensi bagi penelitian yang akan peneliti lakukan dengan fokus penelitian yang sama yaitu tentang fenomena culture shock.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dibuat untuk mempermudah proses penelitian karena mencakup tujuan dari penelitian itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena culture shock pada mahasiswa perantauan di Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu bentuk miniatur dari Negara Indonesia, karena di dalamnya terdapat berbagai kebudayaan dari provinsi yang ada di nusantara Indonesia yang di wakili oleh berbagai pelajar dan mahasiswa yang datang hendak meneruskan studi ke jenjang pendidikan perguruan tinggi yang banyak tersedia di kota ini. Mahasiswa perantauan asal luar Jawa sebagai pendatang baru yang berasal dari luar daerah Yogyakarta, dituntut untuk dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru, masyarakat yang baru dan perubahan dalam lingkungan fisik, biologis, budaya dan psikologis. Perubahan dalam lingkungan fisik seperti lingkungan tempat tinggal. Perubahan dalam hal biologis antara lain meliputi makanan yang bergizi, tingkatan kebersihan, perubahan suhu, dan perbedaan iklim. Perubahan dalam hal budaya antara lain perubahan cara bicara seperti bahasa daerah, kebiasaan, ekspresi atau gerak tubuh, rasa masakan, adat, dan nilai norma yang berlaku. Sedangkan perubahan psikologis yaitu proses yang harus dihadapi karena berpisahnya individu dengan orang tua, sanak saudara dan teman-teman di daerah asal oleh jarak geografis. Perubahan-perubahan tersebut menimbulkan culture shock gegar budaya yang dapat menghambat mahasiswa perantau untuk mampu menempatkan dirinya di dalam lingkungan budaya masyarakat yang baru di tempat rantauan. Individu sebagai makhluk sosial, dituntut untuk mampu mengatasi masalah perbedaan budaya yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan Culture Shock Gegar Budaya Mahasiswa Perantau asal Luar Pulau Jawa Budaya Yogyakarta Penyebab Reaksi Gejala Dampak Berkuliah di universitas Yogyakarta lingkungan sosial dan mampu menyelaraskan diri sesuai dengan norma yang berlaku baik di lingkungan tempat tinggal sementara kos maupun di lingkungan kampus universitasnya. Penyesuaian diri terhadap lingkungan baru yang berbeda budaya ini kemudian mengarahkan mahasiswa perantau tersebut untuk mampu bersosialisasi serta terdorong melakukan adaptasi budaya yang terlebih dahulu melalui berbagai bentuk fenomena sosial, salah satunya yang akan peneliti bahas secara khusus berupa fenomena culture shock yang pada prosesnya akan tetap menghantarkan mahasiswa perantau terhadap pembelajaran kebudayaan yang berlaku di lingkungan baru sebagai tempat rantauan dimana ia tinggal sekarang yaitu Yogyakarta. Bagan 1. Kerangka Pikir