interaksi satu dengan yang lainnya Stephen, Littlejohn andFoss,
2012: 67. Begitu pula dengan masyarakat Yogyakarta, dalam kesehariannya
dalam berkomunikasi mereka menggunakan bahasa Jawa. Dalam menggunakan bahasa Jawa ada beberapa hal yang diperhatikan oleh
warga pribumi Yogyakarta, yaitu: siapa yang menjadi lawan bicara dan jenis tingkatan bahasa jawa yang kemudian akan digunakan. Jika
berhadapan dengan orang yang lebih tua atau orang yang dihormati, bahasa yang digunakan ialah bahasa Jawa krama alus inggil, namun
apabila berhadapan dengan teman sebaya atau dibawah umurnya maka bahasa yang akan digunakan adalah bahasa Jawa ngoko yang biasa
dipergunakan oleh orang Jawa pada umumnya yang sangat familiar di dengar.
Budaya masyarakat D.I. Yogyakarta dengan tutur kata yang lembut, sopan dan ramah merupakan salah satu bukti terjaganya
kelestarian budaya kota Yogyakarta. Akan tetapi hak ini tidak lantas membuat suatu dominasi tertentu terhadap pihak lainnya mengenai
adanya perbedaan komposisi penduduk antara pribumi dengan perantau di Yogyakarta. Warga lokal Yogyakarta memiliki sikap
fleksibel dalam usaha menerima dan beradaptasi dengan pendatang yang memiliki perbedaan latar belakang budaya.
Dengan adanya percampuran tersebut tercipta suatu hubungan toleransi budaya dan nuansa khas multikultural di kota Yogyakarta.
Penduduk lokal senantiasa bergerak mengikuti perkembangan jaman tanpa melalaikan identitas sejatinya sebagai pribumi Yogyakarta yang
berbudaya hal ini terlihat dari pola kehidupan masyarakatnya yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan, kekeluargaan,
unggah-ungguh, nilai norma dan adat istiadat Yogyakarta sebagai orang
Jawa. Dipihak
lain, warga
Yogyakarta juga
tidak mengesampingkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi setelah
banyaknya pendatang yang tinggal untuk merantau di Yogyakarta, antara lain: sikap toleransi, menghargai dalam pergaulan dan
penggunaan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi, terutama bagi pendatang luar Jawa yang tidak paham bahasa Jawa.
b. Mahasiswa perantauan di Yogyakarta
Menurut Kato Tsuyushi istilah merantau berarti meninggalkan kampung halaman atau tanah kelahiran. Keluar dari kampung sendiri
untuk pergi ke kota lain dalan kurun waktu tertentu sudah disebut sebagai merantau. Permulaan merantau bertujuan untuk mencari
penghidupan yang lebih baik. Sekarang ini untuk melanjutkan pendidikan ke negeri lain juga disebut dengan pergi merantau Kato
Tsuyushi, 2005:13. Para mahasiswa perantau yang berasal dari berbagai daerah
propinsi di Indonesia yang memilih merantau ke Yogyakarta karena tertarik akan kualitas pendidikan yang tersedia di Yogyakarta ini
datang hanya dengan tujuan utama dalam hal pendidikan. Para
mahasiswa perantau tersebut tergolong sebagai penduduk musiman tinggal di Yogyakarta dan bersifat sementara waktu. Secara tidak
langsung hal ini berdampak pada suatu keadaan yang akhirnya menimbulkan suatu fenomena mobilitas penduduk di Indonesia yang
cukup tinggi pada kota-kota besar tertentu yang dianggap oleh masyarakat umum merupakan tempat yang memiliki daya tarik sebagai
pusat pendidikan. Fenomena mobilitas penduduk musiman dengan kepentingan pendidikan seperti ini pastinya hanya akan berlangsung
dalam kurun waktu tertentu atau sementara waktu demi keperluan menimba ilmu, bukan untuk migrasi yang menetap secara permanen.
Tingginya daya tarik yang mampu di berikan oleh Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang sejak duhulu santar dikenal oleh
khalayak umum dari sabang hingga merauke masyarakat luas di seluruh Indonesia sebagai kota pelajar, dengan nuansa akademik yang
menonjol, kota yang maju dalam dunia ilmu pendidikan dan banyak menyedot minat para pelajar hingga mahasiswa perantau untuk datang
kemudian menetap sementara waktu selama menuntut ilmu di Yogyakarta hingga saat ini di kuatkan dengan tabel jumlah mahasiswa
di Perguruan Tinggi Yogyakarta tahun 2015 yang didapat dari Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa
Yogyakarta sebagai pengukur secara nyata yang tertulis dalam data sekunder yang diperoleh peneliti untuk menjadi salah satu data resmi
seperti tabel dibawah ini.
Jumlah Mahasiswa Di Perguruan Tinggi Yogyakarta 2015 No. Asal Daerah
Jumlah
1 DKI
9.141 2
Jawa Barat 14.886
3 Jawa Tengah
82.331 4
DIY 99.610
5 Jawa Timur
9.415 6
NAD 2.889
7 Sumatera Utara
17.832 8
Sumatera Barat 3.882
9 Riau
14.221 10 Jambi
4.114 11 Sumatera Selatan
7.993 12 Lampung
7.116 13 Kalimantan Barat
5.821 14 Kalimantan Tengah
3.882 15 Kalimantan Selatan
3.225 16 Kalimantan Timur-Kalimantan Utara
8.221 17 Sulawesi Utara
2.110 18 Sulawesi Tengah
2.577 19 Sulawesi Selatan
7.322 20 Sulawesi Tenggara
2.241 21 Sulawesi Barat
6.541 22 Maluku
1.447 23 Bali
2.792 24 NTB
4.472 25 NTT
13.822 26 Papua
7.889 27 Bengkulu
3.221 28 Banten
1.221 29 Maluku utara
1.227 30 Bangkabelitung
2.551 31 Gorontalo
1.261 32 Papua Barat
4.221 33 Kepuluan Riau
3.354 34 Luar Negeri
4.882
Jumlah Kumulatif 394.117
Tabel 2. Jumlah Mahasiswa Di Perguruan Tinggi Yogyakarta 2015
Sumber: Data Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam Angka 2015