Berdasarkan pengertian diatas, sesuai dengan judul penelitian fenomena culture shock pada mahasiswa perantauan, maka merantau
merupakan bentuk mobilitas penduduk non-permanen.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian kuantitatif yang pernah dilakukan oleh Yulian Susanti dari
Program Magister Psikologi UGM pada tahun 2012 dalam tesisnya yang berjudul “Dukungan Teman Sebaya Sebagai Mediator Hubungan Antara
Culture Shock Dengan Prestasi Belajar”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peran dukungan teman sebaya sebagai mediator hubungan antara culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa di salah satu
Universitas swasta di Yogyakarta kriteria subyek penelitian adalah mahasiswa tahun pertama yang berasal dari luar pulau Jawa, tinggal di
kos dan tidak tinggal dengan keluarga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan teman sebaya dapat
menjadi mediator antara culture shock dan prestasi belajar. Mahasiswa mengalami tekanan dan kecemasan akibat dari ketidak mampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan budaya yang baru akan membutuhkan dukungan dari orang-orang yang ada disekitarnya yaitu
dukungan teman sebaya. Teman sebaya memainkan peran sangat penting dalam penyesuaian terhadap lingkungan baru.
Kelompok sebaya merupakan konteks sosial yang berkembang lewat keberfungsian kolektif para anggotanya berdasarkan norma dan nilai
kelompok. Seringnya bertemu, melakukan kegiatan bersama, dan adanya
keterkaitan afektif antar pribadi para anggota kelompok membuat kelompok teman sebaya menjadi pengaruh sosialisasi yang kuat dalam
lingkungan instansi pendidikan. Koneksi dan jejaring sosial dengan teman sebaya yang terbentuk dan terbina bisa menjadi sumber utama dukungan
sosial bagi remaja di dalam mengatasi tekanan emosional dan kesulitan penyesuaian diri yang sedang individu alami. Selain memberikan pengaruh
kust dalam hal gaya dan sosialisasi remaja, juga memberikan rasa nyaman sehingga mampu mengurangi ketegangan akibat ketidakmampuan
menyesuaikan diri terhadap lingkungan barunya. Kemudian dukungan teman sebaya ini dapat menjadi mediator antara culture shock dengan
prestasi belajar karena salah satu yang menyebabkan timbulnya kecemasan adalah faktor lingkungan sosial yang kemudian memunculkan perasaan
tegang, namun dengan mediasi oleh faktor sosial berupa dukungan dari teman sebaya maka kecemasan yang dialami individu dapat diminimalisir.
Adanya dukungan sosial dari teman sebaya membuat individu merasa memiliki teman yang memperhatikan, menghargai, serta perasaan senasib
sepenanggungan sehingga menimbulkan rasa kepemilikan dan harga diri yang lebih baik. Dukungan teman sebaya memiliki hubungan positif
terhadap prestasi belajar, semakin tinggi dukungan teman sebaya yang diperoleh mahasiswa maka prestasi yang diperoleh semakin baik.
2. Penelitian kualitatif yang pernah dilakukan oleh Fransiska Ani Dewanti
dari Program Magister Psikologi UGM pada tahun 2008 dalam tesisnya yang berjudul “Pengalaman Culture Shock Pada Anak Buah Kapal ABK
Pemula Di Kapal Pesiar Inte rnasional”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pemaknaan pengalaman culture shock oleh para ABK pemula dan bagaimana mereka memaknai kerja setelah melalui masa culture
shock dalam proses penyesuaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman culture shock
merupakan pengalaman penyesuaian yang didalamnya terjadi dinamika psikolois yang muncul dalam diri individu sebagai bentuk respon
terhadap situasi baru yang harus dihadapi. Dinamika psikologis ABK pemula terhadap pengalaman culture shock merupakan interaksi antara
elemen-elemen di dalamnya baik itu elemen yang mencetuskan respon terhadap penyesuaian yang harus dihadapi, maupun elemen yang menjadi
faktor anti yang bersifat mereduksi respon negatif terhadap penyesuaian yang harus dihadapi.
Ketika faktor anti dapat memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan faktor pendorong dan pencetus, maka dampak pengalaman
culture shock yang timbul dapat diminimalisir. Dinamika psikologis tersebut menghasilkan suatu pemaknaan ABK pemula terhadap
pengalaman culture shock yaitu sebagai suatu proses yang harus dijalani, sebagai suatu kebanggaan karena mampu menghadapi proses yang berat
tersebut, sebagai suatu pengalaman yang menyenangkan, menyedihkan, dan sekaligus melegakan, serta adanya penghargaan dari lingkungan
terhadap hasil kerja yang dicapainya. Pemaknaan tersebut membatu ABK pemula dalam memaknai kerja mereka di kapal pesiar internasional