Sedih sih, ini benar-benar tempat asing buatku tapi ya tadi mencoba menguatkan diri sendiri berusaha masukkan
sugesti kalau Jogja itu kota yang ramai oleh perantau dengan tujuan yang sama sepertiku yaitu untuk
menyelesaikan jenjang pendidikan perguruan tinggi. Di lingkungan kos pun penghuni kamar lainnya juga berasal
dari berbagai daerah dan berstatus mahasiswa itu berarti banyak perasaan perantau yang senasib sepertiku,
berjuang demi pendidikan, aku harus semangat seperti yang lain.
7. Peneliti :
Bahasa apa yang biasa di pakai dalam keluarga? Lalu bahasa apa yang anda gunakan untuk berkomunikasi
dengan orang-orang baru di Yogyakarta?
Informan :
Bahasa Mandar ya karena memang kita orang asli Mandar. Jadi orang kami di Mamuju sama seperti Jogja ya
kalau orang asli Jogja kan dalam kesehariannya pasti akan berbahasa Jawa jika berkomunikasi dengan sanak saudara,
keluarga maupun teman sepermainan. Kami pun di Mamuju dalam kesehariannya berbahasa Mandar baik
dengan keluarga, tetangga dan teman tapi hanya yang sesama suku. Disini jelas berbahasa Indonesia lah
pastinya, tidak mungkin kan kalau aku tetap menggunakan bahasa mamuju diJogja, kecuali kalau memang disini ada
perantau yang juga dari daerah asal yang sama denganku, kalau memang bertemu kenal dekat secara alami kami pasti
akan berkomunikasi dengan mereka dengan bahasa daerah. Sayangnya sampai saat ini belum kutemukan itu
masalahnya hahaha.
8. Peneliti :
Bagaimana pergaulan anda dengan teman-teman baru di lingkungan kampus anda pada saat anda memasuki
semester awal perkuliahan?
Informan :
Sepertinya aku terlalu angkuh sok berani memutuskan untuk merantau ke Jogja sendirian jauh dari keluargaku
hanya demi pendidikan yang berkualitas, tapi ya bagaimana lagi mau tidak mau bisa tidak bisa aku harus
benar-benar mempertanggungjawabkan
keputusanku merantau. Karena sebelumnya aku tidak pernah punya
pengalaman merantau dan ini kali pertamaku, mungkin wajar kalau aku tidak bisa segera menyesuaikan diri
Comment [CS32]: Bhs Daerh
dengan segala perbedaan dengan orang-orang sekitar dilingkungan baruku disini. Bahkan untuk saat ini aku
belum memiliki teman yang cocok, paling ya cuma sebatas kenal biasa kalau yang benar-benar dekat dan mengerti
bagaimana aku masih belum ada. Setiap kali akan memulai mencoba membaur itu selalu saja timbul
perasaan cemas, canggung, dengan orang-orang lokal alhasil maju mundur dan amannya milih untuk nutup diri.
Di Jogja aku menjadi sedikit pendiam, bukan karena aku berprilaku sombong tapi aku sering bingung, kurang pede
saat hendak memulai pembicaraan dengan orang-orang sekitarku, rasa malu, takut dan ragu bercampur menjadi
satu. Aku bisa mempunyai beberapa kenalan teman kampus pun karena mereka yang berbaik hati mengajakku
berkenalan terlebih dahulu, lalu mengajak belajar kelompok, cari sumber referensi tugas keperpustakaan,
mengajak untuk beli buku tambahan ke toko buku tapi aku masih kaku jaga sikap juga jaga diri takutnya ada niat
lain tersembunyi dibalik kebaikan seseorang kan kita tidak bisa pastikan ya apa yang ada didalam hati dan pikiran
orang.
9. Peneliti :