Penyajian data Penarikan kesimpulan

peneliti sudah merasa terpenuhi akan data yang sesuai dengan permasalahan yang sedang ia teliti sebagai langkah akhir dalam pembuatan suatu laporan. Model analisis data yang dipergunakan dalam penelitian tentang fenomena culture shock pada mahasiswa perantauan di Yogyakarta ini adalah model analisis interaktif dari Miles dan Huberman. Adapun siklus dari keseluruhan proses analisis data Miles dan Huberman tersebut digambarkan pada skema berikut Miles dan Huberman, 1992:20. Bagan 2. Komponen-komponen Analisis data Sajian Data Pengumpulan Data Verifikasi Penarikan Kesimpulan Reduksi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Umum D.I. Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Berdasarkan informasi dari Badan Pertanahan Nasional, D.I. Yogyakarta tercatat memiliki luas 3.185,80 km² atau 0,17 persen dari luas Indonesia 1.860.359,67 km², merupakan provinsi terkecil setelah Provinsi DKI Jakarta BPS Provinsi D.I. Yogyakarta, Dalam Angka, 2014: 3. D.I. Yogyakarta secara administratif terbagi menjadi lima daerah tingkat II yaitu; Kotamadya Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulonprogo BPS Provinsi D.I. Yogyakarta, Dalam Angka, 2014: 7. Kualitas pendidikan yang memadai sangatlah diperlukan oleh penduduk untuk meningkatkan kualitas hidup. Tingginya permintaan jasa pendidikan menuntut tersedianya penyelenggara pendidikan yang makin bermutu sejalan dengan visi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan, Pusat Budaya, dan Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di Asia Tenggara dalam Lingkungan Masyarakat yang Maju, Mandiri, dan Sejahtera BPS Provinsi D.I. Yogyakarta, Dalam Angka, 2014: 106. Secara nasional, pendidikan diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun swasta. Pada tahun 20132014 untuk jenjang Perguruan Tinggi tercatat pada jenjang perguruan tinggi negeri PTN, D.I. Yogyakarta memiliki 10 perguruan tinggi negeri, dengan jumlah mahasiswa keseluruhan sebanyak 110.437orang dan jumlah dosen sebanyak 4.828 orang. Adapun perguruan tinggi swasta PTS tercatat sebanyak 107, dengan rincian sebanyak 18 universitas, 37 sekolah tinggi, 4 institut, 41 akademi dan 7 politeknik. Didalamnya tergabung mahasiswa sebanyak 74.165 orang yang diasuh oleh 5.539 orang dosen tetap BPS Provinsi D.I. Yogyakarta, Dalam Angka, 2014: 107. Bermunculannya berbagai instansi pendidikan tinggi baik negeri hingga swasta yang tersedia di propinsi DIY dengan misi pendidikan berkualitas, berdaya saing, yang didukung oleh sumber daya pendidikan yang handal ini pun menambah dampak besarnya arus mahasiswa yang datang dari hampir seluruh penjuru daerah di Indonesia untuk merantau ke Yogyakarta dengan tujuan melanjutkan pendidikan, sehingga tidak akan berlebihan bila Yogyakarta sering disebut sebagai kota miniatur Indonesia. Berdasarkan informasi dari hasil proyeksi penduduk dari SP2010, jumlah penduduk DIY tahun 2013 tercatat 3.594.854 jiwa. Menurut daerah, persentase penduduk kota mencapai 66,09 persen dan penduduk desa mencapai 33,91 persen. Dengan luas wilayah 3.185,80 km², kepadatan penduduk di DIY tercatat 1.128 jiwa per km2. D.I. Yogyakarta termasuk ke dalam kota dengan laju pertumbuhan penduduk yang rendah di Indonesia, namun bukan berarti kota ini terlepas dari permasalahan kependudukan. Tingginya angka para perantau yang datang dari berbagai wilayah untuk menempuh pendidikan di Yogyakarta menjadi salah satu hal penyebab utama pada tingginya kepadatan penduduk yang hanya memusat pada lokasi-lokasi tertentu, khususnya pada lingkungan sekitar daerah sentra pendidikan di Yogyakarta seperti daerah perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, terlebih pada saat musim awal tahun ajaran baru BPS Provinsi D.I. Yogyakarta, Dalam Angka, 2014: 63. Hal ini tidak terlepas dari sejarah pendidikan berdirinya salah satu Perguruan Tinggi Islam tertua di Indonesia pada tanggal 08 Juli 1945 yang kemudian menjadi UII, serta konsep pendidikan pada “National Onderwijs Institut Taman Siswa” yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 03 Juli 1992 di Yogyakarta. Di sinilah keunggulan Yogyakarta sebagai Kota Pelajar yang kemudian berubah sebutan menjadi Kota Pendidikan karena dari Yogyakarta inilah kemudian lahir hari pendidikan Nasional yang mengambil hari lahir Ki Hajar Dewantara, Sang Pendiri Tamansiswa inilah yang kemudian menjadikan Yogyakarta sejak dulu santar dikenal oleh masyarakat luas di seluruh Indonesia sebagai kota pelajar, dengan nuansa akademik yang menonjol, kota yang maju dalam dunia ilmu pendidikan dan banyak menarik minat para pelajar hingga mahasiswa perantau untuk datang kemudian menetap sementara waktu selama menuntut ilmu di