Latar Belakang Tujuan Peta Kompetensi Ruang Lingkup Saran Cara Penggunaan Modul di KKG

Pe nyusuna n Pro p o sa l Pene litia n Tind a ka n Ke la s d a la m Pe mb e la ja ra n Ma te ma tika d i SD 3 3. K ompetensi Profesi onal Mengembangkan keprofesional an secara berkelanj utan dengan melakukan ti ndakan reflektif .

D. Ruang Lingkup

Modul ini terdiri atas: Modul 1: Penentuan fokus masal ah untuk PTK dalam pembelaj aran matemati ka SD Modul 2: Rancangan proposal PTK dalam pembelaj aran matemati ka SD

E. Saran Cara Penggunaan Modul di KKG

Modul i ni dapat dimanfaatkan pada kegiatan pelatihan menyusun proposal PTK dal am wadah K KG. Waktu yang di perl ukan untuk mempelaj ari modul ini kurang lebih dua kali pertemuan. Pertemuan pertama untuk membahas dan berl ati h menentukan f okus masalah untuk PTK . Pertemuan kedua di gunakan untuk mempel ajari dan berlatih merancang proposal PTK. Keberhasi lan A nda dal am merancang proposal PTK sangat tergantung pada keberhasi lan A nda dal am menentukan f okus masalah untuk PTK . Oleh karena itu, Anda di sarankan untuk mempel ajari modul ini secara urut. Pada akhir modul 1 terdapat tugas menentukan f okus masal ah dari suatu case study . Pada akhi r modul 2 terdapat latihan merancang sebuah proposal. Kerjakanlah tugas dan l ati han i ni dengan sungguh-sungguh. Setelah tugas dan latihan sel esai di kerj akan, dapat berdi skusi bersama teman sejawat untuk meni lai hasi l pekerj aan dengan mengacu pada rambu-rambu yang diberikan. Sebagai evaluasi akhi r, di bagian Penutup terdapat peni lai an yang berguna sebagai self evaluation keberhasil an Anda dal am mempel ajari modul i ni. Semoga berhasi l Pe nd a hulua n 4 M OD UL 1 PEN EN TUAN FOKUS M ASALAH UN TUK PTK D ALAM PEM BELAJARAN M ATEM ATI KA SD 5 MODUL 1 PENENTUAN FOKUS MASALAH UNTUK PTK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD MA SALA H A PEL JA TUH Seri ngkali seorang guru merasa ti dak ada masalah apapun dalam pembelaj aran matematika di kel asnya. M ari kita mengingat kisah I saac Newton, sang penemu teori gravi tasi. Teori itu berhasil ditemukan berawal dari sebuah peristiwa yang sangat biasa terj adi. Isaac Newton sedang duduk di bawah pohon apel ketika itu sebuah apel jatuh menimpanya. Peri sti wa tersebut sangat biasa tetapi j ustru menj adi tidak biasa bagi Isaac Newton. I a mul ai berpikir, mengapa apel jatuhnya ke bawah. Suatu peri stiwa yang bi asa saja ternyata mengandung hal yang luar biasa yaitu di temukannya teori gravi tasi bumi . Sama hal nya dengan pembel ajaran di kel as, mungki n saj a nampak tak bermasal ah namun sesungguhnya ada suatu masal ah besar. Ketika guru yang bersangkutan ti dak menyadari bagaimana kual itas pembelaj aran matemati ka di kelasnya maka itu adalah masalah besar. Ki sah Isaac Newton tadi dapat mengi nspi rasi Anda. Mungkin saja ada masalah dal am proses pembel ajaran matematika yang dil aksanakan, namun hal ini bel um disadari . Bagaimanakah cara memunculkan masalah itu? Jika Anda telah menemukan masalah, apa yang harus Anda lakukan selanj utnya? Mungkinkah masalah yang muncul tersebut adalah masal ah yang mendasar dan krusial , ataukah masalah yang muncul akibat ada masalah l ain? Ol eh karena itu, bagaimana cara menentukan fokus masal ah? Mo d ul 1 Pe ne ntua n Fo kus Ma sa la h untuk PTK d a la m Pe mb e la ja ra n Ma te ma tika SD 6 Pada modul i ni akan dibahas tentang bagai mana menentukan fokus masalah dalam pembelaj aran matemati ka di SD. Y ang dimaksud dengan fokus masal ah adalah masalah yang dapat atau perl u diselesaikan melal ui PTK. Modul ini terdiri atas ti ga kegi atan bel ajar K B, yaitu: A . kegi atan bel ajar 1: M emuncul kan dan Mengi denti fikasi M asalah B. kegi atan bel ajar 2: M enganali si s dan Merumuskan M asal ah C. kegi atan bel ajar 3: M enentukan A lternatif Judul

A. Kegiatan Belajar 1: Memunculkan dan Mengidentifikasi Masalah

A pa yang di maksud dengan masal ah? Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan, atau masalah adalah situasi yang ti dak memuaskan pi kiran dan perasaan yang mendorong orang dalam hal ini pendi dik untuk mencari sol usi. Masalah dalam pendi dikan adal ah harapan tentang kondi si pembel ajaran yang berkualitas. Mengambil i nspirasi dari kisah I saac Newton tersebut, maka Anda sebagai pendi dik tentu ti dak akan menemukan masal ah j ika ti dak pernah merefl eksikan kembali apa yang selama ini Anda lakukan dalam proses pembel ajaran. Refleksi berarti merenungmemi kirkan kembal i apa yang telah dilakukan. Melalui refl eksi, guru seol ah-ol ah melakukan introspeksi terhadap di ri nya. Apa yang telah di lakukan dalam pembelaj aran? Bagai mana hasi lnya? Bagai mana respon siswa? Mengapa terj adi demi kian, dan seterusnya. Seorang guru yang akan melakukan PTK terlebih dahulu harus memi liki masal ah, sehi ngga ia tertantang untuk menyel esaikan masal ah yang dihadapinya dal am pembelaj aran tersebut. M anakala seorang guru ti dak punya masal ah maka ia tidak akan berikhtiar untuk mencari solusi bagi masal ahnya. Oleh karena i tu, seorang penel iti harus pandai memuncul kan suatu masalah yang biasa dihadapi dal am kehi dupan sehari -hari yaitu kehi dupan dalam kegi atan pembelaj aran. Case study merupakan catatan pribadi mengenai pengal aman mengaj arnya. Dalam hal ini guru mengungkapkan kejadi an yang real , f aktual , dan kontekstual . K eti ka menuli s case study , sesungguhnya guru sedang melakukan ref leksi. Bermul a Pe nyusuna n Pro p o sa l Pene litia n Tind a ka n Ke la s d a la m Pe mb e la ja ra n Ma te ma tika d i SD 7 dari case study , Anda dapat mencari tahu masalah yang ada didal amnya dan mempertanyakan sol usi nya. Beri kut i ni contoh memunculkan masalah dari case study . Case study ini di ambi l dari Bahan Aj ar 8 BBM Bagi Guru Matematika SD dengan judul “Ketika Proses Mengali atau Membagi Menj adi Faktor Penentu” oleh Harliny. Isi case study selengkapnya dapat dibaca pada lampiran 1. Case Study 1 modul ini .

1. Memunculkan Masalah

Sil ahkan A nda menyimak secara perlahan-lahan dan tel iti i nformasi Bu Harli ny saat mel akukan pembelajaran. Masal ah yang ada dal am pembel ajaran di angkat dengan cara memil ih kesenjangan antara idealisme dal am pembel ajaran yaitu guru dal am mengajar menunjukkan keberhasi lannya dengan ditandai nya hasi l evaluasi yang bai k, si swa menunjukkan kesungguhan dan perhatian yang tinggi . Dicermati pul a dengan fakta yang ada dal am pembelaj aran Bu Harli ny yai tu siswa ti dak menguasai pembagian yang hasil nya merupakan bilangan pecahan, keakti fan rendah, daya ingat rendah dan cenderung santai . Tujuan pembel ajaran yang dil aksanakan Bu Harli ny adalah agar si swa dapat mengubah pecahan biasa menj adi pecahan dalam bentuk persen. Fakta apa yang diperoleh di kel as saat Bu Harl iny mengajar? Perhatikan kalimat yang berbunyi: “Ternya ta didapatkan anak dalam menjawab mengubah pecahan bi asa menjadi persen dengan cara menebak”. Anak dalam menj awab mengubah pecahan bi asa menjadi persen dengan cara menebak merupakan masalah dalam pembel ajaran. Perhatikan kal imat dalam naskah yang berbunyi seperti beri kut. “Bagaimana prosesnya sehingga muncul angka lima puluh”? Anak-anak terdiam. Rupanya mereka menebak. A nak-anak menjawab dengan cara menebak juga merupakan masalah yang dihadapi Bu Harl iny. Masalah l ain yang di jumpai adalah anak ti dak konsentrasi dal am bel ajar atau i a mel amun dalam mengikuti pel ajaran. Hal tersebut didapat pada naskah yang berbunyi Mo d ul 1 Pe ne ntua n Fo kus Ma sa la h untuk PTK d a la m Pe mb e la ja ra n Ma te ma tika SD 8 seperti berikut:” Saya lanjut kan lagi dengan angka l ain dengan cara yang sama. Baru tersendat ketika saya memanggil seorang siswa yang saya perhatikan pandangannya ke papan tuli s seperti kosong. Saya menyuruh siswa tersebut untuk menyel esaikan contoh soal pecahan 8 6 diubah menjadi persen” Bagi siswa yang melamun dal am mengikuti pel ajaran, tentu tidak akan mencapai tuj uan pembelaj aran yang di harapkan yai tu dapat mengubah pecahan biasa menj adi pecahan dal am bentuk persen. Si swa yang mel amun dan mengapa i a mel amun dalam mengi kuti pel ajaran merupakan masalah dal am pembelajaran. Masalah yang j uga ki ta jumpai adalah siswa kurang aktif dan cenderung santai dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat kita jumpai pada naskah yang berbunyi: “Setiap kel ompok yang sedang bekerja saya datangi berulang-ulang untuk memberi bimbingan. Selal u saj a saya temukan dalam setiap kelompok ada siswa yang kurang aktif dan cenderung santai” Faktor ketidakmampuan dal am mengali atau membagi juga merupakan masal ah yang menyebabkan beberapa anak bersikap kurang aktif dan cenderung santai dal am menyelesaikan tugasnya. Fakta tersebut dapat ki ta j umpai pada kali mat yang berbunyi: “Ketika saya menanyakan mengapa mereka tidak berpartisi pasi dal am pembelaj aran, jawaban mereka hampir seragam. M ereka mengatakan bahwa keti ka saya masih sedang membagi atau mengal inya teman lai n sudah dapat hasi lnya, mereka berlomba-lomba untuk cepat siap. “Kamu terbentur di mana sehingga kamu terti nggal? Waktu mengali dan membagi, Bu”, jawab si anak. Oh, ternyata ini masalahnya. Rupanya faktor ketidakmampuan dalam mengali atau membagi pada sebagian anak tersebut bi sa membuat anak tersebut bersi kap kurang akti f dan cenderung santai dal am menyelesaikan tugasnya. Pada anak yang l ain bi sa menj adi faktor pemacu untuk menjadi lebi h bersemangat dan bel ajar giat agar ti dak merasa terti nggal dengan teman yang lai n. Masalah lai n yang j uga dihadapi Bu Harl iny adal ah daya i ngat si swa memil iki ti ngkatan yang berbeda-beda atau daya ingat siswa heterogen. Hal i ni dapat di lihat pada kalimat yang berbunyi: “setiap anak mempunyai tingkatan daya ingat yang Pe nyusuna n Pro p o sa l Pene litia n Tind a ka n Ke la s d a la m Pe mb e la ja ra n Ma te ma tika d i SD 9 berbeda-beda sehi ngga wal aupun sudah dil ati h menghaf al perkalian berulang-ulang, pada sebagian anak hanya sedikit yang dia ingat”. Masalah lain juga di hadapi Bu Harli ny yai tu ada anak yang mengal ami kesul itan dal am mel akukan pembagian delapan dari 100 , diduga hasil nya bukan merupakan bil angan bulat sehingga siswa ragu-ragu akan kebenaran jawaban. Perhatikan kali mat berikut : “Saya menyuruh siswa tersebut un tuk menyelesaikan contoh soal pecahan 8 6 di ubah menj adi persen. Langkah pertama yang harus di ambil adal ah angka 8 harus dij adi kan 100 dengan cara 100:8. A nak tersebut tidak dapat mel akukan pembagian. Saya menuntunnya dengan sabar hingga akhirnya si anak dapat menyelesaikan soal itu” Masalah-masal ah tersebut di atas dapat menyebabkan tuj uan pembel ajaran yang dil akukan Bu Harli ny ti dak tercapai secara tuntas. Di sampi ng i tu dalam pembelaj aran yang dil akukan terkesan guru yang lebih domi nan, sedangkan siswa hanya mengi kuti saj a instruksi guru. Guru ti dak memberi kan waktu yang cukup kepada si swa untuk mengkonstruk pengetahuan mel alui proses kegiatan belaj ar mengajar. Hal i ni dapat dilihat dari kalimat berikut: “Saya memula i pembel ajaran dengan mengadakan tanya jawab seputar materi yang l al u. Saya bertan ya pada siswa, “Apa arti persen, siapa yang dapat menuliskan lambang bilangan lima belas persen”. Dari jawaban yang diberikan siswa, saya mul ai masuk kepada materi cara mengubah pecahan bi asa menj adi persen. Saya membuat 5 contoh bi langan di papan tul is, yaitu 2 1 , 4 3 , 8 6 , 5 2 , dan 20 5 . Satu per satu saya j elaskan proses pengerjaan bil angan itu. Saya memberi kan dua macam contoh pengerjaan pada anak. Anak dapat memi li h contoh mana yang dianggap pal ing mudah untuk diikuti. Pengerj aan pertama adalah pecahan 2 1 , penyebutnya harus di jadi kan 100. Saya ta nyakan pada siswa, “Dua kali berapa supaya jadi seratus?”. Mereka menjawab, “lima puluh”. Saya tanyakan lagi, “Bagaimana prosesnya sehingga muncul angka lima puluh”? Anak-anak terdiam. Rupanya mereka menebak. Saya j elaskan pada siswa bahwa angka 50 i tu hasi l bagi dari bi langan 100 dengan bi langan 2. Sel anjutnya, bi la penyebutnya dikal i 50, pembi langnya bil angan 1 harus dikal i 50 juga supaya pecahan i tu ti dak berubah