Koefisien Korelasi Product Moment Interpretasi Korelasi Product Moment Pembahasan

5.4. Koefisien Korelasi Product Moment

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y dilakukan perhitungan dengan memakai rumus Product Moment Pearsons. Dalam mengukur tingkat pengaruh diantara variabel bebas dan terikat dilakukan penskoran dari masing-masing variabel dan dari pertanyaan yang berstruktur saja. Adapun besarnya nilai temuan r adalah sebagai berikut: r xy : N Σ xy – Σx Σy √ { N Σ x 2 – Σ x 2 } { N Σ y 2 – Σ y 2 } : 70 80368 – 2820 1984 √ { 70 115472 – 2820 2 }{ 70 56636 – 1984 2 } : 5625760 – 5594880 √ 8083040 – 7952400 3964520 – 3936256 : 30880 √ 130.640 28264 : 30880 √ 3692408960 : 30880 60765,2 r xy : 0,51

5.5. Interpretasi Korelasi Product Moment

Dari hasil perhitungan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat korelasi positif antara variabel x Pemberlakuan Hukum Syari’at Islam dengan variabel y Gaya Hidup Remaja, oleh karena hubungan tersebut berada diantara 0,00–1,00 yaitu sebesar 0,51. Hasil ini bila dilihat dari tabel Guilford juga menunjukkan hubungan yang cukup berarti antara variabel x dengan variabel y seperti yang dapat dilihat sebagai berikut. No. Indeks Korelasi Makna Hubungan 1. Kurang dari 0,20 Hubungan rendah sekali, lemah sekali 2. 0,20 – 0,40 Hubungan rendah tapi pasti 3. 0,40 – 0,70 Hubungan yang cukup berarti 4. 0,70 – 0,90 Hubungan yang tinggi, kuat 5. Lebih dari 0,90 Hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali, dapat diandalkan Berdasarkan tabel Guilford diatas menunjukkan bahwa pengaruh variabel bebas x yaitu pengaruh pemberlakuan hukum syari’at Islam adalah cukup berarti terhadap variabel terikat y yaitu gaya hidup remaja.

5.6. Pembahasan

Sebagaimana telah diulas pada analisa tabel tunggal dan tabel silang, maka dibawah ini berturut-turut akan diberikan analisa umum secara menyeluruh dari data- data yang diperoleh sebagai hasil penelitian tentang Pengaruh Pemberlakuan Hukum Syari’at Islam Terhadap Gaya Hidup Remaja. Remaja sebagai anggota masyarakat merupakan sosok yang mudah untuk dipengaruhi oleh nilai-nilai dalam kehidupan disekitarnya, dimana salah satunya adalah gaya hidup life style yang cenderung konsumtif, berkiblat pada budaya barat, dan hedonis. Nilai-nilai tersebut menawarkan beragam pilihan gaya hidup dan mengedukasi sentimen remaja untuk bergaya seperti layaknya apa yang sedang in atau happening dalam pergaulan mereka. Jika remaja tidak mengikuti perkembangan yang sedang trend, maka mereka akan dicap kuper, cupu, jadul¸ norak, dan diasingkan oleh lingkungan pergaulan mereka. Gaya hidup dapat diidentikkan dengan suatu ekspresi dan simbol untuk menampakkan identitas diri atau identitas kelompok. Gaya hidup dipengaruhi oleh nilai-nilai tertentu dari agama, budaya, dan kehidupan sosial, demi menunjukkan identitas diri melalui ekspresi tertentu yang mencerminkan perasaan. Media massa elektronik, internet, media cetak dan teman sebaya peer group memiliki pengaruh besar terhadap gaya hidup remaja saat ini. Meskipun demikian, masih ada nilai-nilai agama serta lingkungan keluarga yang diharapkan dapat menjadi pedoman dan mampu membimbing remaja untuk selektif dalam memilih yang terbaik bagi mereka. Nilai-nilai agama Islam ternyata juga masih menjiwai keseharian remaja di Gampong Geudubang Jawa. Hal ini tidak terlepas dari diterapkannya Syari’at Islam di Aceh sejak tahun 2000 silam, sehingga masyarakat telah terbiasa dengan nilai-nilai agama yang telah diinternalisasikan dan menjadi pedoman hidup bagi mereka. Pengaruh Syari’at Islam terhadap gaya hidup remaja ini meliputi kepatuhan remaja dalam menjalankan Syari’at Islam dalam segala aspek kehidupan mereka. Ada 4 Qanun Perda yang diterapkan pada masyarakat berkaitan dengan penerapan Syari’at Islam yaitu Qanun No.11 tahun 2002 tentang pelaksanaan Syari’at Islam bidang Aqidah, Ibadah dan Syi’ar Islam. Kemudian disusul dengan Qanun No. 12 tahun 2003 tentang Khamar minuman keras, Qanun No. 13 tahun 2003 tentang Maisir perjudian dan Qanun No. 14 tentang Khalwat perbuatan mesum dan pergaulan bebas. Dari hasil penelitian, agen sosialisasi yang paling berpengaruh terhadap pemahaman remaja dalam memaknai dan menerapkan Syari’at Islam adalah orang tua, yakni sebanyak 46 orang 65,71. Hal ini disebabkan oleh lebih terbukanya komunikasi antara anak dengan orang tua dirumah, sehingga orangtua dapat mengajarkan serta secara langsung memberi contoh tentang bagaimana caranya melaksanakan Syari’at Islam dalam kehidupan sehari-hari. Sejak diterapkannya Syari’at Islam, saat ini telah banyak remaja yang menggunakan busana muslimmuslimah dalam penampilannya sehari-hari. Penampilan tersebut dipilih selain dilatari keinginan atau niat pribadi yang bersesuaian dengan ajaran Islam, juga disebabkan oleh lingkungan pergaulan yang menjadi panutan berperilaku. Namun media yang menyajikan gaya hidup remaja modern di kota-kota besar berpengaruh terhadap pola pikir dan cara pandang remaja dalam memilih gaya hidup yang pas dan sesuai dengan selera mereka, yang mereka anggap trendy, modern, modis, dan tidak ketinggalan zaman. Tentu saja tidak semua gaya hidup modern tersebut sesuai dengan Syari’at Islam yang telah diterapkan dan wajib dijalankan oleh masyarakat Aceh tanpa terkecuali. Gaya hidup yang diperlihatkan oleh artis dan model melalui media elektronik dan cetak terbukti mampu mempengaruhi remaja dengan sangat cepat sehingga saat ini masih banyak dijumpai remaja yang terlihat berpenampilan seperti artis idolanya, yakni memakai aksesoris berlebihan, tidak mengenakan jilbab karena takut menutupi rambut mereka yang direbonding atau diwarnai, memakai jins ketat, baju berlengan pendek, dan sebagainya. Disinilah Syari’at Islam diharapkan menunjukkan perannya sebagai kontrol sosial untuk membimbing remaja dalam melalui masa pencarian identitas diri sehingga terbentuk pribadi yang mencintai nilai-nilai agama, dan menjadikan agama sebagai pedoman hidup serta mengamalkannya dalam berbagai aspek, termasuk dalam berpenampilan. Mengenai norma pergaulan remaja di Gampong Geudubang Jawa saat ini, responden mengaku orang tua memperbolehkan mereka bergaul akrab dengan lawan jenis, mereka boleh mengadakan acara kumpul bersama, dan bersenda gurau. Tapi menurut mereka orang tua menerapkan batasan yang tidak boleh dilanggar. Misalnya dilarang berdua-duaan ditempat sepi, ada jam malam berkunjung atau batas keluar malam dengan lawan jenis, dilarang pacaran, dan sebagainya. Dalam hal menghabiskan waktu luang, remaja di Gampong Geudubang Jawa lebih memilih nonton televisi, main game, internetan, belajar, dan jalan- jalanrekreasi. Biasanya remaja berjalan-jalanrekreasi ke pusat kota Langsa yaitu ditempat-tempat hiburan misalnya pantai, taman, cafe, dan lain-lain. Namun sebagian besar remaja mengaku jika sedang keluar rumah dan berkumpul dengan teman-teman, mereka sangat suka menghabiskan waktu luang mereka dengan nongkrong di cafe. Perubahan gaya hidup yang terjadi pada remaja setelah diterapkan Syari’at Islam antara lain adalah semakin banyak remaja putri yang mengenakan jilbab saat keluar rumah, meskipun remaja putri yang tidak berjilbab juga masih sering terlihat dan pakaian yang mereka kenakan belum sepenuhnya menutup aurat karena pakaian tersebut berupa jeans ketat sehingga membentuk siluet tubuh. Selain itu juga saat ini remaja mengaku merasa aman dalam bergaul dengan lawan jenis karena sejak diberlakukan Syari’at Islam tidak ada lagi tempat-tempat yang bisa dijadikan sebagai tempat mesum sehingga tidak akan ada yang berniat jelek dengan mereka. Dalam hal berpacaran, mereka mengaku lebih sering berjumpa pacar dirumah dibawah pengawasan orang tua sehingga mereka tidak khawatir akan melakukan hal-hal yang diluar batas. Gaya hidup yang ditawarkan oleh media modern cetak, elektronik, internet sebenarnya adalah ajakan bagi khalayaknya untuk memasuki apa yang disebut budaya konsumer. Oleh Lury 1998, budaya konsumer diartikan sebagai ‘bentuk budaya materi’, yakni budaya pemanfaatan benda-benda, terutama pendukung penampilan. Budaya konsumer dicirikan dengan peningkatan gaya hidup lifestyle. Justru, menurut Lury, proses pembentukan gaya hidup merupakan hal terbaik yang mendefinisikan budaya konsumer. Dalam budaya konsumer kontemporer, istilah itu bermakna individualitas, pernyataan diri dan kesadaran diri. Dalam hal ini, tubuh, pakaian, aksesoris, pemanfaatan waktu senggang, pilihan makanan dan minuman, rumah, mobil, pilihan hiburanliburan, dan lain-lain menjadi indikator cita rasa individualitas dan gaya hidup seseorang Lury, 1998 dalam Sudarwati Hastuti, 2007. Demikian pula yang ditemukan di Gampong Geudubang Jawa, model pakaian yang disukai oleh sebagian besar remaja umumnya adalah pakaian yang nyaman untuk dipakai, modis, dan trendy, namun tetap sesuai dengan Syari’at Islam. Biasanya remaja melihat trend berpakaian melalui majalah remaja, sinetron remaja, atau tokoh idola di televisi. Saat ini telah banyak dijual pakaian-pakaian keluaran rumah mode yang diperuntukkan bagi wanita muslimah, toko-toko yang menjual pernak-pernik islami juga semakin banyak ditemukan. Selain itu telah banyak sinetron religi yang artispemerannya menggunakan jilbab dan pakaian muslimah, seperti Islam KTP, Kiamat Sudah Dekat, Lorong Waktu, Para Pencari Tuhan, dan Pesantren dan Rock and Roll. Dalam mengkonsumsi pakaian dan aksesoris, responden tidak terlalu memperhatikan dalam menyukai merk-merk tertentu yang ada di media iklan. Alasannya karena kemampuan keuangan mereka masih terbatas. Paling-paling remaja hanya mampu membeli barang-barang branded sesekali saja. Itu pun harus menabung cukup lama dan biasanya dilakukan semata-mata hanya untuk menunjukkan identitas atau gengsi. Ada pula sebagian dari responden yang meminta uang pada orang tua untuk membeli berang yang diinginkan atau jika perlu mereka akan meminjam uang pada teman. Kembali ke masalah penerapan Syari’at Islam, remaja di Gampong Geudubang Jawa mengatakan bahwa tingkat pelanggaran busana paling sering dilakukan oleh kaum hawa. Umumnya berupa ketidakdisiplinan mereka dalam menutup aurat karena masih ada yang keluar rumah tidak memakai jilbab, malah sesekali masih terlihat ibu-ibu keluar rumah dengan hanya memakai daster tanpa lengan. Dalam hal pelanggaran khalwat mesum, para remaja hampir tidak pernah mendengar ada orang yang tertangkap basah melakukan tindakan mesum, kalaupun ada hanya sesekali saat seorang remaja diketahui sudah mengandung diluar nikah dan menghebohkan masyarakat. Dalam hal pelanggaran maisir perjudian, di Gampong Geudubang Jawa masih ada orang-orang yang melakukan praktek perjudian. Para remaja mengaku sering melakukan taruhan bila sedang menonton acara olahraga seperti pertandingan bola, moto GP, balap F1, atau saat mereka bermain game online bersama teman- temannya. Mereka beranggapan taruhan tidak sama dengan berjudi, namun mereka menyadari dampak negatif yang ditimbulkan hampir sama karena menimbulkan ketergantungan dan membuat mereka menjadi tidak bijaksana dalam mengelola uang. Dalam hal pelanggaran khamar minuman keras dan segala sesuatu yang memabukkan, sebagian besar remaja mengatakan tidak pernah mengetahui ada yang mengonsumsi minuman keras atau narkoba, dan mereka tidak mengetahui jika ada yang memperdagangkan barang haram tersebut. Namun ada sebagian kecil remaja yang mengaku pernah melihat ada orang mabuk didesa mereka, meskipun mereka tidak yakin apakah orang tersebut penduduk asli atau hanya orang dari desa lain. Mereka juga mengatakan pernah melihat orang yang mengkonsumsi ganja. Nilai hubungan antara variabel x pengaruh pemberlakuan hukum Syari’at Islam dengan variabel y gaya hidup remaja di Gampong Geudubang Jawa sebesar 0,51 yang berarti mempunyai hubungan yang cukup berarti Guilford.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari data-data yang telah diperoleh dan diuraikan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan penting antara lain: 1. Gaya hidup dapat diidentikkan dengan suatu ekspresi dan simbol untuk menampakkan identitas diri atau identitas kelompok. Gaya hidup dipengaruhi oleh nilai-nilai tertentu dari agama, budaya, dan kehidupan sosial, demi menunjukkan identitas diri melalui ekspresi tertentu yang mencerminkan perasaan. 2. Perkembangan yang bisa dianggap menonjol dalam pergeseran gaya hidup yang melanda kalangan remaja Indonesia adalah gaya hidup mereka yang secara umum cenderung dipengaruhi oleh budaya Barat yang mengarah pada perilaku konsumtif, hedonis, pergaulan bebas, dan sebagainya. Namun dengan diberlakukannya Syari’at Islam di Aceh maka diharapkan dampak negatif dari pergesaran gaya hidup yang melanda remaja dapat dihindari 3. Berdasarkan hasil penelitian, setelah adanya penerapan Syari’at Islam di Gampong Geudubang Jawa pelanggaran Syari’at Islam yang dilakukan oleh remaja masih terjadi namun intensitasnya telah berkurang. Meskipun ada beberapa remaja yang terlihat tidak mengenakan jilbab dan berpakaian ketat, namun jumlah remaja yang berjilbab dan menutup aurat lebih banyak. Batasan pergaulan remaja dengan lawan jenis tidak begitu jelas dan semakin kabur karena