Frekuensi Uang Saku Harian dengan Cara Responden dalam Frekuensi tingkat pelanggaran busana islami dengan model pakaian

5.3. Tabel Silang

Tabel silang ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pemberlakuan hukum Syari’at Islam dengan gaya hidup remaja. Tidak seluruh item pertanyaan dari variabel bebas x dan variabel terikat y disilangkan dan dianalisa dalam bentuk tabel silang. Peneliti hanya menampilkan item-item penting dari variabel penelitian tersebut. Hasil dan analisa tabel silang akan dipaparkan pada tabel berikut.

5.3.1. Frekuensi Uang Saku Harian dengan Cara Responden dalam

Memperoleh Uang Untuk Membeli Barang Penunjang Penampilan antara tabel 17 dengan tabel 44 Tabel 59 No Jumlah Uang Saku Harian Cara Responden Memperoleh Uang untuk Membeli Barang Penunjang Penampilan MUS MPOT KS LL Jumlah F F F F F 1 Rp. 5000 1 1,43 4 5,71 - - 3 4,29 8 11,43 2 Rp. 5000 – Rp.10000 9 12,86 35 50 3 4,29 - - 47 67,14 3 Rp.10000 7 10 - - 3 4,29 5 7,14 15 21,43 Jumlah 17 24,29 39 55,71 6 8,57 8 11,43 70 100 Sumber: Data Kuesioner 2011 Keterangan: 1. MUS : Menabung Uang Saku 2. MPOT : Minta Pada Orang Tua 3. KS : Kerja Sambilan 4. LL : Lain-lain Dari tabel 59 dapat dilihat bahwa jumlah uang saku yang diberikan berhubungan dengan cara responden memperoleh uang untuk membeli barang penunjang penampilan. Dari seluruh responden, sebanyak 35 orang 50 mengatakan uang saku harian mereka berjumlah antara Rp.5000 – Rp. 10.000, dan mereka membeli barang yang diinginkan dengan cara meminta pada orang tua. Sebanyak 9 orang 12,86 mengataka uang saku harian mereka berkisar antara Rp.5000 – Rp.10.000, dan mereka membeli barang yang diinginkan dengan cara menabung uang saku tersebut. Sedangkan 7 orang 10 mengatakan uang saku harian mereka diatas Rp. 10.000, dan mereka membeli barang yang diinginkan dengan menabung uang sakunya tersebut. Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa banyak responden yang memperoleh uang saku berkisar antara Rp.5000 – Rp.10.000. Jumlah ini cukup besar, namun mereka masih saja meminta pada orang tua untuk membeli barang-barang penunjang penampilan. Hal ini mengindikasikan bahwa responden tidak bijaksana dalam menggunakan uang saku dan balum mandiri. Meskipun demikian beberapa responden tidak bergantung pada orang tua dan mereka menggunakan uang saku, bekerja sambilan atau meminjam uang pada teman untuk membeli barang penunjang penampilan.

5.3.2. Frekuensi tingkat pelanggaran busana islami dengan model pakaian

yang dianggap modis dan trendy bagi perempuan antara tabel 31 dengan tabel 39 Tabel 60 No Pelanggaran busana islami Pakaian modis trendy JTTRMKK MD JKOCP JLKLDKS CKRPKLGG Jumlah F F F F F 1 Sangat sering - - - - - - 3 6,12 3 6,12 2 Sering - - 4 8,17 11 22,45 5 10,20 20 40.82 3 Kadang- kadang 3 6,12 - - 12 24,49 5 10,20 20 40,82 4 Tidak pernah - - 1 2,04 5 10,20 - - 6 12,24 Jumlah 3 6,12 5 10,21 28 57,14 13 22,41 49 100 Sumber: Data Kuesioner 2011 Keterangan: 1. JTTRMKKMD : jeans, tank top, rok mini, kaos ketat, mini dress 2. JKOCP : jeans, kaos oblong, celana pendek 3. JLKLDKS : jeans,legging,kaoskemeja,longdress,kardigansweter 4. CKRPKLGG :celana kain, rok panjang, kemejakaos longgar, gaungamis. Berdasarkan tabel 60 n= 49, dapat dilihat bahwa pendapat responden perempuan mengenai tingkat pelanggaran busana islami berhubungan dengan persepsi responden mengenai pakaian yang modis dan trendy. Dari seluruh responden, sebanyak 12 orang 24,49 mengatakan kadang-kadang masih terjadi pelanggaran busana muslim setelah diterapkan Syari’at Islam, dan mereka menganggap pakaian yang modis dan trendy adalah jeans, legging, kaoskemeja, longdress, kardigansweter. Sebanyak 3 orang 6,12 mengatakan sangat sering, dan mereka menganggap pakaian yang modis berupa celana kain, rok panjang, kemejakaos longgar berlengan panjang, dan gaungamis panjang. Kemudian sebanyak 3 orang 6,12 mengatakan kadang-kadang, dan pakaian yang dianggap modis dan trendy adalah berupa jeans, tanktop, rok mini, kaos ketat dan mini dress. Hanya 1 orang yang mengatakan tidak pernah terjadi pelanggaran busana islami, dan responden ini mengatakan pakaian yang modis dan trendy berupa celana jeans, kaos oblong dan celana pendek. Jawaban yang beragam ini menunjukkan bahwa responden memiliki anggapan yang berbeda mengenai mengenai model pakaian yang trend dan modis, namun mereka tetap harus menyesuaikan cara berpakaian dengan norma dan nilai- nilai yang berlaku dimasyarakat. Bukan berarti jika ada responden yang mengatakan mereka menyukai yang serba mini lantas mereka akan memakainya. Toko-toko pakaian memang menjual tanktop, kaoskemeja ketat lengan panjang dan pendek, celana pendek, namun rata-rata responden mengatakan mereka menyesuaikan cara berpakaian agar tetap sesuai syariat dan tidak terlalu mencolok. Misalnya, jika bagian atas ketat, maka bawahannya berupa rokcelana longgar dan sebaliknya. Berdasarkan pemantauan peneliti dilapangan, remaja putri yang keluar rumah sebagian besar memakai jilbab, namun pakaian mereka agak ketat dan sangat jarang dijumpai yang mengenakan rok panjang. Celana berbahan jeans ternyata menjadi pilihan utama remaja bahkan dewasa. Selain itu, remaja putri yang tidak mengenakan jilbab juga cukup banyak, terutama saat sore hari, saat remaja tersebut berjalan-jalan dengan teman-temannya. Bahkan peneliti sempat melihat remaja putri yang mengenakan pakaian ketat berlengan pendek, memakai celana pendek, namun si pemakai bersikap sangat santai seakan tidak takut pada cemooh orang yang melihat. Dari data-data diatas dapat disimpulkan bahwa pelanggaran busana muslim setelah penerapan Syari’at Islam masih terjadi, namun intensitasnya berkurang dan diharapkan setiap orang akan menjalankan syariat dengan disiplin dan sukarela demi kebaikan bersama. Pelanggaran mungkin dapat diminimalisir jika pengawasan yang dilakukan cukup sering. Namun berdasarkan pemantauan peneliti dilapangan, saat ini lembaga Wilayatul Hisbah tidak pernah terdengar gaungnya lagi dan tidak pernah melakukan razia apapun di Gampong Geudubang Jawa.

5.3.3. Frekuensi tingkat pelanggaran busana islami dengan model pakaian