Grossberg 1992 menganggap bahwa yang menjadi persoalan adalah bagaimana kategori remaja diartikulasikan dalam wacana-wacana lain, misalnya
musik, gaya hidup, kekuasaan, harapan, masa depan dan sebagainya. Jika orang- orang dewasa melihat masa remaja sebagai masa transisi, menurut Grossberg remaja
justru menganggap posisi ini sebagai sebuah keistimewaan di mana mereka mengalami sebuah perasaan yang berbeda, termasuk di dalamnya hak untuk menolak
melakukan rutinitas keseharian yang dianggap membosankan. Hampir sama dengan pendapat itu, Dick Hebdige dalam Hiding in the Light
1988 menyatakan bahwa remaja telah dikonstruksikan dalam wacana “masalah” dan “kesenangan” remaja sebagai pembuat masalah dan remaja yang hanya gemar
bersenang-senang. Misalnya, dalam kelompok pendukung sepakbola dan geng-geng, remaja selalu diasosiasikan dengan kejahatan dan kerusuhan. Di pihak lain, remaja
juga direpresentasikan sebagai masa penuh kesenangan, di mana orang bisa bergaya dan menikmati banyak aktivitas waktu luang.
http:repository.usu.ac.idbitstream123456789185981har-jan2007-1205.pdf, 2022011.
2.5. Teori Struktural Fungsional
Struktural fungsional memunculkan asumsi tentang hakikat manusia. Didalam fungsionalisme, manusia di perlukan sebagai abstraksi yang menduduki status dan
peranan yang membentuk stuktur sosial. Didalam perwujudannya, struktural fungsional memperlakukan manusia sebagai pelaku yang memainkan ketentuan-
ketentuan yang telah dirancang sebelumnya sesuai dengan norma-normaaturan- aturan masyarakat. Artinya manusia dibentuk oleh struktur sosial dimana ia hidup,
yang didalam melakukan tindakannya manusia memiliki beberapa pilihanalternatif yang secara sosial dimantapkan oleh tuntutan-tuntutan normatif. Dengan demikian
manusia merupakan aktor-aktor yang memiliki kebebasan yang luas untuk melakukan apa yang mereka inginkan dan bukan sebagai robot-robot otomatis yang tindakan-
tindakannya benar-benar telah ditentukan sebelumnya Poloma, 2001 :45. Pendekatan struktural fungsional di bangun atas asumsi bahwa masyarakat
merupakan organisasi. Karena itu penekanan dari pendekatan ini pada umumnya diberikan kepada institusi sosial. Disamping itu teori ini cendrung memusatkan
perhatian pada fungsi yang harus dipenuhi oleh setiap sistem yang hidup untuk kelestariannya.
Disamping menggunakan teori fugsional Parsons, peneliti juga menggunakan teori fungsional Robert K Merton yang menjelaskan bahwa analisis srtuktural
fungsional memusatkan perhatian pada kelompok, organisasi, masyarakat dan kultur. Perbedaan analisa Parsons dan Merton terletak pada kajian Merton mengenai
disfungsional serta fungsi manifest dan fungsi latent, dimana semua itu belum di jelaskan oleh Parsons. Merton menyatakan bahwa setiap objek yang dapat dijadikan
sasaran analisis struktural fungsional tentu mencerminkan hal yang standar artinya terpola dan berulang. Sasaran studi struktural fungsional adalah : peran sosial, pola
institusional, proses sosial, pola kultur, emosi yang terpola secara kultural, norma sosial, organisasi kelompok, struktural sosial, perlengkapan untuk pengendalian sosial
dan sebagainya. Dimana struktur sosial lebih dipusatkan pada fungsi sosial dibandingkan motif individual. Fungsi itu sendiri didefenisikan sebagai konsekuensi-
konsekuensi yang dapat diamati yang dapat menimbulkan adaptasi atau penyesuaian dari sistem itu. Merton dalam Ritzer 2004: 142
Dalam pembahasan mengenai struktur sosial, Merton mengemukakan bahwa dalam struktur sosial dan budaya di jumpai tujuan, sasaran dan kepentingan yang
didefenisikan sebagai tujuan yang sah bagi seluruh atau sebagian anggota masyarakat. Institusi dan struktur budaya mengatur cara yang harus ditempuh untuk mencapai
tujuan tersebut. Menurut Merton struktur sosial tidak hanya menghasilakan perilaku konformis, tetapi menghasilkan pula perilaku menyimpang nonkonform. Merton
dalam Kamanto 2000:186 Ketika menjelaskan teori fungsional, Merton menunjukan bahwa struktur
mungkin bersifat disfungsional untuk sistem secara keseluruhan. Dengan demikian tidak semua srtuktur diperlukan untuk berfungsinya sistem sosial, dimana akibat yang
tidak diharapkan tidak sama dengan fungsi yang tersembunyi. Fungsi tersembunyi adalah satu jenis dari akibat dari yang tidak diharapkan, satu jenis fungsional untuk
jenis tertentu. Merton dalam Ritzer 2004:142 Parsons dalam menyatakan bahwa kenyataan sosial dari suatu perspektif tidak
terbatas pada tingkat struktur sosial saja. Sistem sosial hanya salah satu dari sistem- sistem yang termasuk dalam perspektif keseluruhan; sistem kepribadian dan sistem
budaya merupakan sistem-sistem yang secara analitis dapat di bedakan, juga termasuk di dalamnya seperti halnya dengan organisme perilaku, sistem sosial
terbentuk dari tindakan-tindakan sosial individu. Inti pemikiran Parsons adalah bahwa:
1. Tindakan itu di arahkan pada tujuan memiliki suatu tujuan
2. Tindakan terjadi dalam situasi dimana beberapa elemennya sudah pasti,
sedangkan elemen-elemen lainnya digunakan oleh yang bertindak itu sebagai alat mencapai tujuan itu.
3. Secara normatif tindakan itu di atur sehubungan dengan penentuan alat dan
tujuan. Singkatnya tindakan itu dilihat sebagai satuan kenyataan sosial yang paling
kecil dan yang paling fundamental. Komponen-komponen dasar dari satuan tindakan adalah tujuan, alat, kondisi dan norma. Alat dan kondisi berbeda dalam hal dimana
orang yang bertindak itu mampu menggunakan alat dan usahanya mencapai tujuan; kondisi merupakan aspek situasi yang tidak dapat dikontrol oleh yang bertindak itu.
Ide-ide mengenai hakikat tindakan sosial sesuai dengan pikiran sehat dan pengalaman sehari-hari. Pasti banyak orang mengenal tindakannya sendiri sebagai tujuan yang di
atur secara normatif dan banyak pula yang mengakui bahwa situasi dimana tindakan itu terjadi dan juga penting. Parsons dalam Doyle 1986 : 103
2.6. Sosialisasi