Secara garis besar Syari’ah mengatur segala aspek kehidupan sosial baik kehidupan pribadi maupun kehidupan bermasyarakat. Hukum Syari’ah merupakan
suatu sistem kewajiban yang bersifat total yang tidak dapat dibandingkan dengan ilmu hukum modern yang dikenal dengan hukum buatan manusia. Sebaliknya
syari’ah bersumber dari Al-qur’an dan As-Sunnah yang mencakup segala bidang hukum baik perdata maupun pidana dan bahkan aturan-aturan terperinci mengenai
bersuci dan melakukan shalat Smith dalam Eva Ramadani, 2008:12. Karakteristik yang paling kuat dari hukum-hukum Syari’ah adalah bahwa ia
memiliki keluasan dan sanksi yang tidak didapati dalam hukum buatan manusia. Setiap hukum dari Syari’ah didasarkan pada satu atau beberapa ajaran Islam. Islam
memerintahkan kepada setiap muslim untuk membentuk kata-katanya, perbuatan, tingkah lakunya, akhlaknya, kebiasaannya, hubungan-hubungannya sesuai dengan
prinsip Islam. Hukum-hukum Syariah sangat erat berhubungan dengan keimanan dan ideologi Islam Santoso dalam Ramadani, 2008: 13.
2.1.1. Tujuan Syari’at Islam
Secara umum hukum Islam bertujuan untuk mencegah kerusakan pada manusia dan mendatangkan kemaslahatan bagi mereka, mengarahkan mereka pada
kebenaran untuk mencapai kebahagiaan hidup manusia di dunia dan diakhirat kelak, dengan jalan mengambil segala yang bermanfaat dan mencegah atau menolak yang
mudharat, yakni yang tidak berguna bagi kehidupan manusia. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan pelaksanaan Syari’at Islam,
yaitu:
1. Tujuan yang ingin dicapai karena alasan agama teologis. Bagi umat Islam
melakukan Syari’at Islam secara kaffah dalam hidup keseharian, baik kehidupan pribadi maupun kehidupan kemasyarakatan adalah perintah Allah
dan kewajiban suci yang harus diupayakan dan diperjuangkan. 2.
Secara psikologis masyarakat akan merasa aman dan tenteram, bahwa yang mereka anut dan amalkan, kegiatan yang mereka jalani dalam pendidikan,
kehidupan sehari-hari dan seterusnya sesuai dan sejalan dengan kesadaran dan kata hati mereka sendiri.
3. Dalam bidang hukum, masyarakat akan hidup dalam tata aturan yang lebih
sesuai dengan kesadaran hukum masyarakat. 4.
Dalam bidang ekonomi dan kesejahteraan sosial, bahwa kesetiakawanan sosial akan lebih mudah terbentuk dan lebih solid, masyarakat diharapkan
akan lebih rajin bekerja, lebih hemat dan juga bertanggung jawab Abubakar, 2005: 66-67..
2.1.2. Tahap Perubahan Pada Penerapan Syari’at Islam
Perubahan berarti suatu proses yang mengakibatkan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Perubahan bisa berupa kemunduran dan bisa
berupa kemajuanprogress Syani dalam Ramadani, 2008: 20. Perubahan adalah suatu peristiwa yang menyangkut perubahan posisi unsur-
unsur suatu sistem sehingga struktur sistem tersebut berubah, dapat mengenai nilai dan norma-norma sosial, pola-pola, kelakuan, organisasi, susunan lembaga
kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, interaksi sosial dan lainnya
Soekanto, 1982 dalam Ramadani, 2010 : 19. Yang dimaksud dengan perubahan disini adalah perubahan dimana awalnya Syari’at Islam hanya dilaksanakan atas
kesadaran pribadi seseorang dan tidak ada kekuatan yang dapat memaksanya. Namun kini ada campur tangan negara dalam pelaksanaan Syari’at Islam yang telah
diformalkan melalui Perda No.5 tahun 2000. Melalui Perda tersebut Syari’at Islam harus dijalankan oleh seluruh anggota masyarakat.
Tahap selanjutnya hukum Syari’at islam disosialisasikan kepada masyarakat untuk diketahui dan dipatuhi. Hal ini merupakan suatu penguatan agar Syari’at islam
dapat diterapkan secara kaffah.
2.2. Fungsi Agama