Penelitian Terdahulu. KAJIAN PUSTAKA

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan istilah budaya dalam tulisan ini adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan cara hidup dan manifestasinya yang khas bagi sebuah komunitas yang menggunakan bahasa tertentu sebagai sarana ekspresi dari ekologi, material budaya, sosial budaya, organisasi, konsep politik dan admisnistrasi, agama, artistik, dan bahasa tubuh gestures dan kebiasaan.

2.9 Penelitian Terdahulu.

Penelitian mengenai terjemahan yang berkaitan dengan budaya telah dilakukan sebelumnya antara lain oleh : 1 Dalam disertasinya Dr. Syahron Lubis, M.A. 2009 yang meneliti Penerjemahan Teks Mangupa dari Bahasa Mandailing ke dalam Bahasa Indonesia, mengkaji masalah-masalah penerjemahan dalam teks mangupa, sebuah teks budaya Mandailing ke dalam bahasa Inggris. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa bahasa Mandailing dan bahasa Inggris memiliki lebih perbedaan dari pada persamaan dalam struktur bahasa, dan berbeda dalam aspek kultural. Disebabkan perbedaan struktur kedua bahasa penerjemahan frasa, kata majemuk dan kalimat dari teks sumber ke dalam teks sasaran menghadapi masalah. Selain itu pemakaian banyak kata arkais juga membuat kesulitan penerjemahan, termasuk masalah tenses yang tidak ada dalam bahasa Mandailing. Faktor lain yaitu faktor budaya, disebabakan perbedaan budaya di antara kedua masyarakat Mandailing dan Inggris, sejumlah istilah dan ungkapan budaya Mandailing tidak memiliki padanan dalam bahasa Inggris, dan oleh Universitas Sumatera Utara karena itu kata-kata tersebut harus dipinjam tidak diterjemahkan. Beberapa kata memiliki padanan kata tetapi nuansa budaya yang melekat pada kata-kata tersebut tidak dapat ditransfer ke dalam bahasa Inggris. 2 Fatukhna’imah Rhina Zuliani 2010, dalam tesisnya Kajian Teknik Penerjemahan dan Kualitas Penerjemahan Ungkapan Budaya dalam Novel The Kite Runner Karya Khaled Hosseini. http:blog-indonesia.comblog-archive-12266- 651.html, menemukan dan mengklasifikasi ungkapan budaya dalam novel The Kite Runner, mengkaji teknik penerjemahan yang digunakan, dan menunjukkan kualitas penerjemahan, kaitannya dengan teknik penerjemahan yang digunakan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif terpancang. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam novel The Kite Runner terdapat 139 ungkapan budaya. Ungkapan budaya tersebut diklasifikasi berdasarkan klasifikasi budaya Koentjaraningrat yaitu bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian. Hasil lengkap klasifikasi budaya tersebut adalah sebagai berikut: bahasa 44 data 32, sistem pengetahuan 3 data 2, organisasi sosial 6 data 4, sistem peralatan hidup dan teknologi 46 data 33, sistem mata pencaharian hidup 5 data 4, sistem religi 27 data 19, dan kesenian 8 data 6. Dari kajian yang dilakukan terhadap teknik penerjemahan, teridentifikasi teknik yang digunakan dalam menerjemahkan ungkapan budaya adalah sebagai berikut: peminjaman murni 75 data 54, peminjaman alamiah 27 data 19,4, calque 7 data 5, amplifikasi 8 data 5,8, deskripsi 2 data 1,4, Universitas Sumatera Utara literal 7 data 5, dan established equivalent 13 data 9,4. Dalam menerjemahkan ungkapan budaya, penerjemah lebih banyak menggunakan peminjaman murni dengan mempertahankan bentuk asli ungkapan BSu. Adapun kualitas penerjemahan kaitannya dengan teknik penerjemahan yang digunakan adalah sebagai berikut: terjemahan akurat pada 60 data43 paling banyak dihasilkan dengan teknik peminjaman alamiah yaitu 23 data 16,5, terjemahan kurang akurat pada 39 data 28 dan tidak akurat 40 data 29 paling banyak dihasilkan dengan teknik peminjaman murni. Terjemahan ungkapan budaya yang berterima sebanyak 57 data 41 paling banyak dihasilkan dengan teknik peminjaman alamiah, yaitu 23 data 16,5, kurang berterima 42 data 30, dan tidak berterima 40 data 29 paling banyak dihasilkan dengan teknik peminjaman murni. Rater pembaca sepakat menilai 54 data 39 memiliki keterbacaan mudah, 41 data 29 keterbacaan agak sulit, dan 44 data 32 memiliki keterbacaan sulit. Adapun teknik yang paling banyak menghasilkan keterbacaan mudah adalah teknik peminjaman alamiah 16,6, keterbacaan agak sulit dengan peminjaman murni 15,8, dan keterbacaan sulit dengan peminjaman murni 26,6. Dari temuan tersebut dapat dilihat bahwa teknik peminjaman alamiah menghasilkan lebih banyak terjemahan yang akurat, berterima, dan memiliki keterbacaan mudah karena digunakannya ungkapan budaya yang tepat dan familier. Sebaliknya, teknik peminjaman murni menghasilkan lebih banyak terjemahan yang tidak akurat, tidak berterima, dan memiliki keterbacaan sulit karena digunakannya ungkapan budaya BSu yang masih asing dalam BSa. Universitas Sumatera Utara 2 Yusnia Sakti Nurlaili 2010, The Translation of Proper names and Cultural Terms from Indonesia to English in Suluh Magazine. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam menerjemahkan proper nouns dan cultural terms, dianjurkan untuk menggunakan descriptive equivalents, dan terjemahan literal karena istilah-istilah tersebut tidak terdapat dalam budaya Inggris, dan tidak terdapat sinonimnya, misalnya ‘Padepokan Gunung Kidul’ diterjemahkan menjadi ‘Gunung Kidul Site’. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif yang menjawab masalah penerjemahan TSu ke dalam TSar secara kualitatif, baik yang disebabkan oleh kesenjangan aspek budaya, maupun karena terjadinya pergeseran shifts. Selanjutnya peneliti melakukan langkah-langkah guna mengungkap teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan TSu ke dalam TSa. Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut 1 perbandingan lintas budaya 2 teknik penerjemahan, 3 analisis pergeseran yang terjadi. Perbandingan lintas budaya dilakukan untuk mengetahui sejauh mana istilah- istilah budaya dan ungkapan terikat budaya dalam TSu dapat atau tidak dapat diterjemahkan atau ditransfer ke dalam TSa yang dilatar belakangi budaya yang berbeda, karena bahasa tidak dapat dimengerti dengan baik jika kita tidak mengenal budaya asal dari bahasa tersebut. Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini berorientasi pada produk terjemahan, yaitu penelitian yang memusatkan perhatiannya pada hasil terjemahan bukan proses terjemahan Toury, 1980. Dalam penelitian ini tataran yang dikaji berupa kata dan frasa yang berkaitan dengan budaya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. yaitu data diperoleh melalui membaca, menyimak, mengidentifikasi, dan mengklasifikasi istilah-istilah Universitas Sumatera Utara