BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki potensi pariwisata yang besar untuk dikembangkan. Potensi ini mencakup keindahan
alamnya antara lain danaunya yang menawan, hutan-hutan tropis, laut dan pantainya yang berpasir putih, flora dan fauna, kekayaan budaya seperti karya seni, tarian-tarian
traditional, dan sebagainya. Sumatera Utara dengan kekayaan alam dan budayanya memiliki banyak
tempat objek wisata yang sangat menakjubkan antara lain kota Parapat dan Danau Toba, Berastagi, Pantai Cermin, Tangkahan, tarian tor-tor, Serampang Dua belas, air
terjun Sipiso-piso, dan sebagainya. Masing-masing objek wisata mempunyai daya tarik tersendiri, misalnya bahasa yang digunakan, ungkapan atau istilah-istilah yang
berkaitan dengan budaya setempat, dan sebagainya. Untuk memberikan informasi pariwisata dan meningkatkan minat masyarakat
dan turis lokal maupun manca negara untuk berkunjung ke Sumatera Utara, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara telah melakukan berbagai upaya
antara lain dengan menerbitkan brosur pariwisata berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris. Untuk itu peneliti ingin mengetahui istilah-istilah budaya apa saja yang
tertera pada brosur pariwisata tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Pada brosur pariwisata berbahasa Inggris di Provinsi Sumatera Utara, terdapat terjemahan istilah-istilah yang berkaitan dengan budaya setempat antara lain
ungkapan dalam bahasa Batak Rumah bolon yang terdapat di Pematang Purba ditulis di brosur wisata berbahasa Inggris
great house,
the residence of the King and his family. Bolon dalam bahasa Indonesia berarti besar.
Lompat batu di Nias Selatan diterjemahkan menjadi stone jumping, Mesjid Raya di Medan diterjemahkan grand
mosque, ulos menjadi traditional Batak textile. Dari contoh-contoh terjemahan istilah-istilah budaya tersebut dapat terlihat
bahwa istilah budaya diterjemahkan dengan menggunakan teknik penerjemahan yang berbeda, misalnya teknik penerjemahan couplet, misalnya pada terjemahan great
house, the residence of the King and his family. Teknik penerjemahan qalque
misalnya pada terjemahan lompat batu, menjadi stone jumping. Teknik penerjemahan generalisasi misalnya pada kata ulos yang diterjemahkan menjadi
traditional Batak textile. Untuk itu peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang teknik apa lagi yang
diterapkan dalam terjemahan brosur pariwisata tersebut. Selain hal tersebut di atas pada terjemahan istilah-istilah budaya tersebut tentu
terjadi perubahan linguistik atau pergeseran shift, misalnya kata ulos merupakan kata benda diterjemahkan traditional Batak textile yang merupakan frasa. Peneliti
juga ingin mengetahui lebih lanjut tentang pergeseran atau shift yang terjadi akibat penerjemahan dari istilah budaya berbahasa Indonesia atau daerah ke dalam bahasa
Inggris.
Universitas Sumatera Utara
Berkaitan dengan istilah-istilah budaya tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai istilah-istilah budaya apa saja yang terdapat pada
brosur pariwisata tersebut, bagaimana istilah-istilah tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris yaitu dengan kata lain teknik penerjemahan apa yang digunakan, dan
pergeseran-pergeseran apa yang terjadi.
1.2 Batasan dan Perumusan Masalah