Ulos Istilah Budaya yang Berkaitan dengan Pakaian

4.3.2 Sigale-gale

Nasib paling buruk yang dapat menimpa seorang Batak adalah meninggalkan dunia fana ini tanpa keturunan, khususnya laki-laki. Dengan demikian, rohnya ter- paksa berkelana selama-lamanya di dunia tengah, tanpa adanya keluarga yang dapat memujanya, dan memberinya sajian serta makanan yang dapat memuaskannya. Nasib yang demikian tidak saja merupakan suatu malapetaka bagi mendiang yang malang ini, melainkan bagi anggota kelompoknya sedesa atau semarga juga. Maka masyarakat Toba membuat boneka dari kayu sebesar manusia, yang dikenakan pakaian Toba, termasuk ulos, dan disebut sigale-gale.

4.4 Istilah Budaya yang Berkaitan dengan Pakaian

Istilah-istilah budaya yang berkaitan dengan pakaian yang ditemui dalam brosur pariwisata berbahasa Indonesia dan Inggris, Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut.

4.4.1 Ulos

UIos adalah kain tenun khas Batak berbentuk selendang, yang melambangkan ikatan kasih sayang antara orang tua dan anak-anaknya, atau antara seseorang dengan orang lain, seperti yang tercantum dalam falsafah Batak : Ijuk pangihot ni hodong, Ulos pangohot ni holong, yang artinya ijuk pengikat pelepah pada batangnya, dan ulos pengikat kasih sayang pada sesame. Pada mulanya fungsi ulos untuk Universitas Sumatera Utara menghangatkan badan, tetapi kini ulos memiliki fungsi simbolik untuk hal-hal lain dalam segala aspek kehidupan orang Batak. Ulos tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang Batak. Setiap ulos mempunyai raksa sendiri-sendiri, artinya mempunyai sifat, keadaan, fungsi dan hubungan dengan hal atau benda tertentu. Dalam pandangan suku bangsa Batak ada tiga unsur mendasar dalam kehidupan manusia, yaitu darah, nafas dan panas. Dua unsur terdahulu adalah pemberian Tuhan, sedangkan unsur ketiga tidaklah demikian. Panas yang diberikan oleh matahari tidaklah cukup untuk menangkis udara dingin di pemukiman suku bangsa Batak, khusunya di malam hari. Menurut pandangan suku bangsa Batak ada tiga sumber ynag memberi panas kepada manusia, yaitu matahari, api dan ulos. Ulos berfungsi member panas, dan menyehatkan badan, dan menyenangkan perasaan. Dikalangan orang Batak sering terdengar istilah mangulosi, yang artinya memberi ulos atau menghangatkan dengan ulos. Ada aturan yang harus dipatuhi dalam mangulosi, antara lain orang hanya boleh mangulosi mereka yang menurut ikatan kekerabatan berada di bawahnya, misalnya orang tua boleh mangulosi anaknya, tetapi anaknya tidak boleh mangulosi orang tua. Jika dalam prinsip kekerabatan Batak yang disebut dalihan na tolu, yang terdiri atas unsur-unsur hula-hula, boru, dan dongan sabutuha, seorang boru sama sekali tidak boleh mangulosi hula-hulanya. Ulos yang diberikan dalam mangulosi tidak boleh sembarangan, baik dalam macam maupun cara membuatnya. Sebagai suatu contoh ulos ragidup yang akan Universitas Sumatera Utara diberikan kepada boru yang akan melahirkan anak sulungnya haruslah yang memenhi syarat-syarat tertentu, yaitu ulos sinagok. Untuk mangulosi pembesar atau tamu kehormatan dipilihkan ulos yang berwarna gelap inggom, yaitu yang disebut ulos ragidup silinggom, yaitu ulos yang diberikan kepada mereka yang dapat memberikan perlindungan mangalinggomi kepada orang lain. Berdasarkan raksanya, ulos di kenal menjadi beberapa macam, yaitu ulos ragidup. ulos ragihotang, dan ulos sibolang. Ulos ragidup merupakan yang tertingi derajatnya, sangat sulit pembuatannya. Ulos ini terdiri atas tiga bagian sisi yang ditenun sekaligus, dan satu bagian tengah yang ditenun tersendiri dengan sangat rumit. Bagian tengahnya terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian tengah atau badan, dan dua bagian lainnya sebagai ujung tempat pigura laki-laki pinarhalak baoa, dan ujung tempat pigura perempuan pinarhalak boru. Setiap pigura diberi beraneka ragam lukisan , antara lain antiganting sigamang, battuni ansimun, dsb. Warna lukisan serta corak ragi member kesan seolah-olah ulos benar-benar hidup, sehingga orang menyebutnya ragidup, yaitu lambang kehidupan. Setiap rumah tangga orang Batak mempunyai ulos ragidup. Selain lambing kehidupan ulos ini juga lambing doa restu untuk kebahagiaan dalam kehidupan, terutama dalam hal keturunan, yaitu banyak anak gabe bagi setiap keluarga dan panjang umur saur sarima tua. Dalam upacara adat perkawinan, ulos ragidup diberikan orang tua pengantin perempuan kepada ibu pengantin laki-laki Universitas Sumatera Utara sebagai ulos pargomgoni, yang maknanya agar besannya ini atas izin Tuhan YME tetap dapat dapat selalu bersama sang menantu anak dari si pemberi ulos. Ulos ragihotang termasuk ulos berderajat tingi, namun cara pembuatannya tidak serumit ulos ragidup. Hotang berarti rotan, dan raksa ulos ini mempunyai keistimewaan yang dapat diikuti dari keempat umpasanya. Ulos ini digunakan untuk mangulosi seseorang yang dianggap picik, dengan harapan agar Tuhan akan memberikannya kebijaksanaan, orang yang tertimpa kemalangan, ayah pengantin laki-laki dengan harapan akan mendapatkan hasil yang baik, dan orang yang ajin bekerja. Dalam upacara kematian, ulos ini dipakai untuk membungkus jenazah, sedangkan pada upacara penguburan untuk kedua kalinya untuk membungkus tulang belulangnya. Ulos sibolang juga digolongkan sebagai ulos yang berderajat tinggi, sekalipun cara pembuatannya lebih sederhana. Ulos sibolang semula disebut ulos sibulang, sebab diberikan kepada orang yang berjasa untuk membulangbulangi menghormati orang tersebut. Ulos ini juga dipakai orang tua pengantin perempuan untuk mangulosi ayah pengantin laki-laki sebagai ulos pansamot. Dalam suatu pesta perkawinan, dulu ada kebiasaan memberikan ulos sibolang si toluntuho oleh orang tua pengantin perempuan kepada menantunya sebagai ulos hela ulos menantu. Pada ulos si toluntuho ini raginya tampak jelas menggambarkan tiga buah tuho bagian yang menggambarkan lambing dalihan na tolu. Mangulosi menantu laki-laki dimaksudkan agar dia selalu hati-hati dengan teman-teman semarga, dan paham siapa-siapa yang harus dihormati, memberi hormat kepada semua kerabat pihak istri, dan lemah lembut Universitas Sumatera Utara terhadap keluarganya. Selain itu ulos ini diberikan kepada seorang wanita yang ditinggal mati suaminya, sebagai tanda menghormati jasanya selama menjadi istri almarhum. Pemberian ulos tersebut biasanya dilakukan pada waktu upacara berkabung, dan dengan demikian juga dijadikan tanda bagi wanita tersebut bahwa dia telah menjadi seorang janda. Ulos-ulos lain yang digunakan dalam upacara adat, antara lain, ulos maratur dengan motif garis-garis yang menggambarkan burung atau banyak bintang tersusun teratur. Biasanya ulos ini digunakan sebagai ulos parompa dengan harapan agar setelah anak pertama lahir akan menyusul kelahiran anak-anak lain sebagai burung atau bintang yang terlukis dalam ulos tersebut jenis lain adalah ragi botik, ragi angkola, sirara, silimatuho, bolean, sinar lobu-lobu, dsb. Dari besar kecil biaya pembuatannya, ulos dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu, Ulos nametmet, Ulos panonga, dan Ulos nabalga. Ulos nametmet mempunyai ukuran panjang dan lebarnya jauh lebih kecil, tidak digunakan dalam upacara adat, melainkan untuk dipakai sehari-hari. Yang termasuk dalam golongan ini antara lain ulos sirampat, ragi huting, namarpisaran, dsb. Ulos panonga digolongkan sebagai kelas menengah sebab nilainya lebih tinggi dari ulos nametmet tetapi lebih rendah dari ulos nabalga. Ulos ini digunakan dalam upacara adat, tetapi orang-orang mampu menggunakannya untuk pemakaian Universitas Sumatera Utara sehari-hari. Yang termasuk golongan ini adalah mangiring, bolena najempek, suri- suri, sitoluntuho, sibolang rasta, dsb. Ulos nabalga adalah ulos kelas tinggi atau tertinggi jenis ulos ini pada umumnya digunakan dalam upacara-upacara adat sebagai pakaian resmi atau sebagai ulos yang diserahkan atau yang diterima. Yang termasuk dalam golongan ini adalah sibolang, runjat, jobit, ragidup dsb. Cara memakai ulos bermacam-macam tergantung pada situasinya. Ada orang yang memakai ulos dibahunya seperti pemakaian selendang atau berkebaya, ada yang memakainya sebagai kain sarung, ada yang melilitkannya di kepala, dan ada pula yang mengikatnya secara ketat di pinggang. Arti dan fungsi kain selendang tenun khas batak ini sejak dulu hingga sekarang tidak mengalami perubahan, kecuali beberapa variasi yang disesuaikan dengan kondisi social budaya. Saat ini fungsi ulos bersifat multidimensional karena mencakup beberapa aspek kehidupan social budaya. Ulos kini tidak hanya berfungsi sebagai lambang penghangat dan kasih sayang, melainkan juga sebagai lambang kedudukan, lambang komunikasi, dan lambang solidaritas.

4.4.2 Batik