Kompetensi Penerjemah Kaitan Budaya dengan Penerjemahan

Pada gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa dalam suatu proses penerjemahan, pertama sekali penerjemah dihadapkan pada teks bahasa sumber. Selanjutnya penerjemah melakukan analisis terhadap aspek semantik misalnya berupa kata, frasa dan klausa, guna memahami makna yang terkandung dalam teks bahasa sumber. Tahap selanjutnya adalah melakukan proses sintesa yaitu paduan berbagai pengertian atau hal supaya semuanya merupakan kesatuan yang selaras Poerwadarminta, 1983:952, dan menerjemahkan teks bahasa sumber tersebut ke dalam bahasa sasaran.

2.4 Kompetensi Penerjemah

Untuk dapat melakukan tugasnya dengan baik, seorang penerjemah profesional secara teknis harus memiliki kompetensi atau kemampuan di bidangnya. Johnson dan Whitelock dalam Bell, 1991:36 menyatakan bahwa seorang penerjemah profesional harus memiliki lima jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang bahasa sasaran Bsa, jenis teks, bahasa sumber Bsu, subjek yang sedang diterjemahkan, dan perbandingan bahasa constrastive knowledge. Menurut Bell kelima pengetahuan itu adalah pengetahuan dasar yang diperlukan untuk menjadi seorang penerjemah. Bell 1991:41 menambahkan bahwa selain pengetahuan tersebut, seorang penerjemah harus memiliki kompetensi komnikasi communicative competence yang mencakup grammatical competence yaitu pengetahuan tentang tata bahasa termasuk kosa kata dan susunan kata word-formation , dan pengucapan; socio linguistics yang merupakan pengetahuan dan kemampuan untuk menghasilkan dan memahami ujaran dalam suatu konteks; discourse competence yaitu kemampuan Universitas Sumatera Utara untuk menggabungkan bentuk dan makna untuk menghasilkan teks lisan maupun tulisan yang utuh; strategic competence yaitu penguasaan strategi komunikasi yang dapat digunakan untuk memperlancar komunikasi.

2.5 Teknik Penerjemahan

Teknik Penerjemahan merupakan cara untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan penerjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada satuan lingual Molina dan Albir, 2002 dalam Silalahi 2009.

2.5.1 Adaptasi adaptation

Merupakan salah satu teknik penerjemahan dimana satu kata atau frasa yang mengandung unsur budaya, dapat dipadankan dengan kata atau frasa yang mengandung unsur budaya yang sama dalam bahasa sasaran, dengan catatan bahwa unsur budaya tersebut dikenal baik oleh pemakai bahasa sasaran, misalnya frasa as white as snow dapat dipadankan dengan seputih kapas, karena kapas dikenal baik di Indonesia, tidak demikian halnya dengan salju, yang hanya ada di beberapa tempat di Indonesia.

2.5.2 Amplifikasi amplification

Teknik penerjemahn ini dilakukan dengan cara memberikan keterangan yang eksplisit atau dengan memparafrase sesuatu yang implisit dalam bahasa sumber. Kata Natal dapat diparafrase menjadi hari kelahiran Yesus. Universitas Sumatera Utara

2.5.3 Peminjaman borrowing

Penerjemah meminjam kata atau ungkapan dari bahasa sumber. Teknik peminjaman terdiri atas dua jenis, yaitu peminjaman murni pure borrowing, misalnya kata CD writer diterjemahkan dengan CD writer , radio tape diterjemahkan dengan radio tape juga. Jenis peminjaman yang lain adalah peminjaman yang sudah dinaturalisasi naturalized borrowing, misalnya kata appreciation diterjemahkan menjadi apresiasi.

2.5.4 Calque

Merupakan suatu teknik yang menerjemahkan kata asing atau frasa ke dalam bahasa sasaran dengan menyesuaikan struktur bahasa sasaran, misalnya water fall, diterjemahkan menjadi air terjun.

2.5.5 Deskripsi description

Deskripsi merupakan salah satu teknik penerjemahan dengan menggantikan suatu istilah atau ungkapan dengan memberikan penjelasan, dapat berupa bentuk dan fungsinya. Misalnya samurai the sword of Japanese aristocracy.

2.5.6 Kesepadanan lazim established equivalent

Kesepadanan lazim adalah teknik penerjemahan yang menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah lazim, baik berdasarkan kamus atau karena penggunaan sehari-hari. Misalnya snack lebih dikenal dari pada kudapan , handphone lebih dikenal dari pada telepon genggam. Universitas Sumatera Utara

2.5.7 Generalisasi generalization

Teknik penerjemahan jenis ini diterapkan dengan cara menggunakan istilah atau ungkapan yang lebih umum. Misalnya limousine diterjemahkan dengan mobil.cara-lebih padat, lebih singkat, dan ringkas.

2.5.8 Penerjemahan harfiah literal translation

Teknik penerjemahan ini diterapkan dengan cara penerjemahan kata demi kata. Misalnya I will invite him to the party, diterjemahkan Saya akan mengundangnya ke pesta itu.

2.5.9 Partikularisasi particularization

Teknik penerjemahan jenis ini diterapkan dengan menggunakan padanan yang lebih kongkrit. Misalnya sea transportation, diterjemahkan dengan boat.

2.5.10 Reduksi reduction

Dalam teknik penerjemahan ini informasi yang eksplisit dalam bahasa sumber menjadi implisit dalam bahasa sasaran. Misalnya the sword of Japanese aristocrac, diterjemahkan dengan samurai.

2.5.11 Penambahan

Pada teknik penerjemahan jenis ini, penerjemah memberikan penambahan informasi guna lebih memperjelas teks. Misalnya Employees of all industries took part in the conference, diterjemahkan menjadi Karyawan-karyawan dari semua Universitas Sumatera Utara cabang industri mengambil bagian dalam konferensi tersebut penambahan kata cabang

2.5.12 Penghilangan deletion.

Pada teknik penghilangan, penerjemah menghapus atau menghilangkan informasi yang tidak dibutuhkan. Misalnya: He gave some money to the beggar with his left hands, diterjemahkan menjadi Dia memberikan uang kepada pengemis itu. The proposal was rejected and repudiated diterjemahkan susulnya ditolak.

2.5.13 Couplet

Teknik penerjemahan couplet yaitu penerapan dua teknik penerjemahan, misalnya rumah bolon diterjemahkan menjadi great house where the king and the family live.

2.6 Pergeseran dalam Penerjemahan Shifts

Hatim dan Munday 2004:26 menjelaskan bahwa perubahan linguistik yang terjadi antara teks sumber dan teks target disebut shift. Catford 1978:73 mengelompokkan pergeseran ini menjadi dua kelompok, yaitu : Universitas Sumatera Utara

2.6.1 Pergeseran Tingkatan

Level Shift Pergeseran Tingkatan LS yaitu pergeseran dari satu tataran linguistik ke tataran lainnya. Misalnya: He is my mother’s friend. Dia laki-laki teman ibu saya. Dalam contoh ini terjadi pergeseran tingkatan yaitu dia laki-laki.

2.6.2 Pergeseran Kategori

Category Shift Pergeseran Kategori CS yang dapat dibedakan menjadi : 2.6.2.1 Pergeseran unit Unit Shift Pergeseran Unit US yaitu pergeseran yang terjadi apabila unsur bahasa sumber BSu pada suatu unit linguistiknya memiliki padanan yang berbeda unitnya pada bahasa sasaran BSu. Misalnya : attractive place, diterjemahkan menjadi ”tempat yang menarik”. Dalam hal ini terjadi pergeseran dari unit kata menjadi unit klausa. 2.6.2.2 Pergeseran Struktur Structure-Shift Pergeseran Struktur SS yaitu bila terjadi perubahan yang diakibatkan oleh sistem struktur BS tidak sama dengan sistem struktur BT. Dalam bahasa Inggris misalnya dikenal pola menerangkan-diterangka DM, sedangkan dalam bahasa Indonesia pola yang berlaku umumnya menerangkan-diterangkan MD. Misalnya: rumah antik diterjemahkan menjadi antique house. Universitas Sumatera Utara Dalam bahasa Inggris penanda modifier posisi kata antique berada sebelum inti head, sehingga dapat diistilahkan sebagai penanda awal premodifier. Sebaliknya dalam bahasa Indonesia dimana penanda berada setelah inti yang disebut pasca inti post modifier. 2.6.2.3 Pergeseran Kelas Class Shift Pergeseran Kelas CS yaitu pergeseran yang terjadi misalnya dari kelas kata tertentu dalam BSu menjadi kelas kata yang lain dalam BSa. Misalnya : pesta tahun diterjemahkan menjadi annual party. Kata tahun adalah nomina, kata annual mempunyai kelas kata adjektiva. 2.6.2.4 Pergeseran Antar- Sistem Intra-System Shift Pergeseran antar-sistem yaitu pergeseran yang terjadi pada kategori grammatikal yang sama. Misalnya : Raja kawin dengan Shinta diterjemahkan menjadi The king married Shinta. Kata kawin dalam bahasa Indonesia adalah verba intransitif, sedangkan kata married dalam bahasa Inggris adalah verba transitif.

2.7 Kaitan Budaya dengan Penerjemahan

Aspek budaya juga perlu diperhatikan dalam penerjemahan, hal ini disebabkan bahasa merupakan bagian dari budaya. Jika teks yang sedang diterjemahkan adalah teks mengenai budaya, seorang penerjemah harus menguasai tentang budaya dari kedua bahasa yaitu BSu dan BSa, sehingga dia dapat membuat terjemahan yang sesuai. Dengan kata lain seorang penerjemah harus menguasai Universitas Sumatera Utara pemahaman lintas budaya cross-culture understanding. Kosa kata dalam sebuah bahasa mencerminkan kekhasan budaya pemakai bahasa tersebut, yang mungkin saja tidak dimiliki oleh bahasa-bahasa lain. Menurut Larson 1984:3, penerjemahan mencakup pemahaman kosa kata, struktur gramatika, situasi komunikasi, dan konteks budaya bahasa sunber untuk menentukan maknanya dan selanjutnya makna tersebut direkonstruksi dengan mengunakan kosa kata dan struktur gramatika yang sesuai dalam bahasa dan konteks budaya BSa. Menurut Larson 1984:23 sebuah terjemahan yang berhasil adalah bila pembaca terjemahan BSa tidak merasakan bahwa teks yang sedang dibacanya adalah sebuah terjemahan.

2.8 Batasan Istilah Budaya