Pengetahuan masyarakat tentang penanganan KtPA masih rendah. Mereka Intepretasi terhadap ajaran agama. Keyakinan tidak boleh bercerai membuat

e. Pengetahuan masyarakat tentang penanganan KtPA masih rendah. Mereka

menganggap melaporkan tindak kekerasan rumit dan berbelit-belit. Selain itu, kisah kekerasan sering menjadi konsumsi publik dengan penambahan hal-hal di luar kisah sesungguhnya sehingga hal ini membuat korban enggan melaporkan tindak kekerasan yang menimpanya. f. Korban enggan membuka diri karena alasan psikologis biasanya takut.

g. Intepretasi terhadap ajaran agama. Keyakinan tidak boleh bercerai membuat

korban tetap bertahan dalam pernikahan, meskipun hal tersebut berpotensi mengancam hidupnya. Keberlanjutan dan peluang replikasi Pada program ini, keberlajutan program, terutama dirancang melalui kegiatan penyusunan RAD bagi perlindungan korban KtPA kota Jayapura 2015-2016. Dengan adanya RAD, maka terbuka peluang untuk penganggaran di SKPD-SKPD terkait; sehingga SOP penanganan KtPA dan Puskesmas Mampu Tata Laksana Penanganan KtPA dapat terus diterapkan karena adanya pendanaan yang kontinu. Pembangunan komitmen bersama melalui penyusunan RAD inilah yang penting untuk direplikasi bagi wilayah-wilayah lain yang memiliki situasi serupa dengan kota Jayapura. Hasil pembelajaran dan rekomendasi Beberapa hal berikut adalah pembelajaran dari program yang dilaksanakan selama kurun waktu satu tahun ini dan sekaligus dapat menjadi rekomendasi bagi wilayah lain yang hendak melakukan program serupa. a. Pertemuan awal di bulan Januari 2014 yang sebenarnya lebih ditujukan untuk membangun komitmen dan kesepakatan bersama dalam penanganan KtPA ternyata juga berdampak tidak langsung pada pembangunan pemahaman mengenai arti pentingnya sistem rujukan. Pertemuan koordinasi lintas sektoral ini, yang juga melibatkan masyarakat untuk membangun pemahaman tentang arti penting sistem rujukan penting untuk Halaman 190 dilakukan. Dalam pertemuan ini dapat dibangun tentang system penanganan kasus, pembagian kerja serta alur rujukannya. Pertemuan ini penting bagi lembaga-lembaga yang terlibat untuk slaing mengenal dan mempunyai pemahaman yang sama tentang penanganan kasus. Wakil masyarakat yang terlibat pun dapat memberikan informasi jalur rujukan yang pas bagi masyarakat. Pertemuan semacam ini juga direkoemndasikan untuk dilakukan secara berkala dan continue b. Instansi yang berpotensi untuk meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan bagi perempuan dan anak korban kekerasan seperti dinas tenaga kerja dan transmigrasi, dinas perdagangan, perindustrian dan koperasi atau dinas pendidikan perlu dilibatkan dalam penyusunan Rencana Aksi daerah RAD Pencegahan dan Penanganan Kekerasan terhadap Perempaun dan Anak. Keterlibatan lintas instansi tersebut diperlukan untuk memastikan RAD menjadi lebih terpadu karena memuat upaya-upaya pencegahan, penanganan, dan pemberdayaan. Pentingnya melibatkan instansi- instansi. RAD ini juga harus dikawal agar diintegrasikan ke dalam rncana kerja masing-masing SKPD yang terlibat. Selanjutnya, RAD ini juga perlu dievaluasi dan diperbarui minimal setahun sekali disesuaikan dengan kondisi di daerah dan dikawal pelaksanaannya. c. Adanya panduan tertulis berupa SOP memudahkan para pemangku kepentingan yang terlibat dalam P2TP2A untuk melakukan kerja-kerja penanganan KtPA. Untuk itu direkomendasikan agar SOP penanganan KtPA sebagai turunan dari SPM Penanganan KtpA dan juga SOP dari wilayah lain yang sudah bagus dijadikan sebagai bahan acuan. d. Pembangunan ruang percontohan untuk konseling dimulai dari melakukan kajian pada Puskesmas yang menjadi percontohan yang sekaligus dimaksudkan sebagai permohonan izin. Lalu, dilanjutkan dengan serangkaian pertemuan untuk mendiskusikan mengenai pemilihan dan pengaturan ruang beserta kebutuhannya. Mengingat proses pembangunan memerlukan durasi waktu Halaman 191 tertentu, rencana pembangunan dan pembiayaannya perlu disusun bersama. e. Petugas yang dibekali dengan ketrampilan konseling lebih dapat menggali informasi dari pasien yang diduga mendapatkan kekerasan. Untuk itu, kegiatan bermain peran yang dirancang sesuai dengan situasi sesungguhnya perlu dilakukan untuk meningkatkan kapasitas tenaga yang menangani ktPA. f. Keterlibatan masyarakat dalam penyusunan SOP dan RAD secara tidak langsung membuat mereka mengetahui alur kerja penanganan KtPA. Direkomendasikan perlu ada kegiatan khusus yang ditujukan kepada masyarakat agar masyarakat dapat mengetahui penanganan KtPA. Selain itu masyarakat perlu terlibat secara terus menerus dalam kegiatan-kegiatan terkait penanganan KtPA.

g. Kegiatan ketrampilan dan pemutaran film berpotensi membangun kesadaran