2. Penjajakan potensi kelembagaan
Upaya penjajakan bertujuan untuk mengetahui potensi-potensi yang dimiliki oleh dinas kesehatan dan RSUD yang dapat digunakan dalam rangka efektivitas dan
efisiensi magang. Di tingkat dinas kesehatan, potensi yang dikaji adalah kesanggupan para bidan untuk mengikuti proses magang dengan
mempertimbangkan pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya di desa. Selain itu, penjajakan potensi yang paling penting di dinas kesehatan adalah kesanggupan
pembiayaan kegiatan dengan alternatif pembiayaan yang bersumber dari APBD Kabupaten atau pembiayaan yang bersifat mandiri dari bidan desa sendiri.
Di tingkat RSUD Batara Guru Belopa, potensi banyak digali tentang kesiapan pihak rumah sakit untuk memberikan pelatihanmagang bagi bidan desa dengan
mempertimbangkan ketersediaan tenaga bidan senior yang dapat berperan sebagai pelatih dan pengawas selama periode magang. Selain itu, peluang pembiayaan
yang dapat dialokasikan oleh rumah sakit selaku SKPD tersendiri dalam organisasi Pemerintahan Kabupaten Luwu juga dijajaki.
Hasil penjajakan dua institusi ini kemudian melahirkan kesimpulan bahwa secara institusional proses magang bisa diwujudkan sepanjang institusi-institusi ini
menyepakati norma bersama sebagai aspek hukum dan pedoman teknis dalam bentuk MoU.
3. Diskusi antara pihak
Tahap selanjutnya adalah komunikasi antara pimpinan institusi, yaitu kepala dinas kesehatan dan kepala RSUD. Proses komunikasi pimpinan ini difasilitasi oleh staff
lapangan LPSS USAID Kinerja dan organisasi mitra pelaksana Kabupaten Luwu bersama dengan kepala bidang bina kesehatan masyarakat. Proses komunikasi ini
bertujuan mendapatkan persepsi yang sama terkait dengan inti-inti yang akan menjadi butir-butir MoU. Setelah melalui komunikasi intensif, akhirnya disepakati
poin-poin penting, diantaranya bentuk kerjasama, pembiayaan, waktu berlakunya kerjasama, dan pihak-pihak yang terlibat dalam penandatanganan.
Halaman 142
4. Penyusunan MoU
Naskah MoU ditulis oleh bidang bina kesehatan masyarakat dibantu oleh staff USAID Kinerja dan IBI. IBI lebih banyak memberikan masukan teknis tentang fokus
materi magang bagi bidan desa, yaitu aspek teknis kebidanan seperti perawatan ibu hamil, proses persalinan, perawatan masa nifas, perawatan bayi baru lahir,
inisiasi menyusu dini IMD, dan penanganan komplikasi penyakit yang dialami oleh ibu hamil. Selain itu, IBI juga meminta bidan desa mempelajari pencatatan dan
pelaporan rekam medik agar mereka mengetahui pentingnya data dalam pengambilan keputusan.
Target-target pembelajaran inilah kemudian menjadi dasar pertimbangan dalam menetapkan durasi magang selama dua minggu. Logikanya, selama durasi dua
minggu terdapat cukup banyak kasus-kasus di rumah sakit yang dilayani, dan mereka dapat mempelajarinya dengan baik, sehingga para bidan desa yang
sebelumnya tidak pernah mempraktekkan teknis kebidanan menjadi berpengalaman yang kelak dapat digunakan dalam pelayanan di desa. Mekanisme
dan teknis pelaksanaan magang dirumuskan secara tersendiri dalam bentuk terms of reference TOR oleh Dinas Kesehatan dan diajukan kepada pihak RSUD untuk
dijadikan sebagai pedoman teknis mengenai cakupan keterampilan yang diharapkan diperoleh bagi peserta magang.
5. Konsultasi, persiapan dan penandatanganan MoU