Salah satu rekomendasi yang muncul dari diskusi tersebut adalah kemitraan puskesmas dan KUA untuk mempromosikan kesehatan ibu dan anak kepada calon
pengantin, baik perempuan maupun laki-laki. Untuk itu, perlu ada MoU antara puskesmas dan KUA untuk melaksanakan suscatin yang menyediakan informasi
persalinan aman, IMD, dan ASI eksklusif selain informasi yang biasanya diberikan.
Setelah MoU tersebut sudah ditandatangani oleh Puskesmas dan KUA, dibentuk tim penyusunan buku saku tentang fiqih ASI yang terdiri dari staff Dinas Syariat Islam,
Majelis Permusyawaratan Ulama, KUA, Kementerian Agama, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas. Buku saku ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman para ustadz
dan ulama tentang ASI eksklusif dan menjadi panduan bagi mereka untuk menyampaikan informasi tentang manfaat ASI di mimbar masjid, Selain buku panduan,
staff KUA yang bertanggungjawab terhadap suscatin mendapat pelatihan tentang isu persalinan aman, IMD dan ASI eksklusif dan dibantu tenaga kesehatan. Selain itu, staff
lain di KUA juga menyampaikan kepada narasumber suscatin pentingnya ASI dari perspektif agama Islam sesuai dengan Al Qur’an dan hadis Nabi.
b. Pelarangan Susu Formula: Puskesmas Beji, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur
Seperti di beberapa daerah lain di Indonesia, Puskesmas Beji dan sebagian besar bidan praktik mandiri BPM pernah melakukan kontrak kerjasama dengan distributor
susu formula. Menurut Bidan Koordinator Puskesmas Beji, Ari Murtiningtyas, mereka bekerjasama dengan distributor susu formula karena ingin memudahkan para ibu
menyusui mendapatkan susu formula – para ibu yang bersalin tidak perlu repot mencari susu di toko. Namun, situasi ini telah berubah selama beberapa tahun terakhir ini. Bidan
di Kabupaten Tulungagung mulai menyadari manfaat ASI. Untuk itu, mereka melakukan berbagai kegiatan promosi ASI eksklusif serta penyuluhan.
Tantangan lain dalam upaya peningkatan cakupan ASI eksklusif adalah rendahnya monitoring dan evaluasi program IMD dan ASI. Meskipun program ini telah ada
Halaman 37
sebelum USAID-Kinerja berjalan, program ini sangat jarang dievaluasi sehingga staff puskesmas tidak mengetahui cakupan ASI di wilayahnya.
Lemahnya monitoring antara lain disebabkan karena kesibukkan para bidan. Hal ini menyebabkan pantauan terhadap kepatuhan bidan untuk kampanye pentingnya ASI
eksklusif, dan menjamin para bidan praktek mandiri tidak menyediakan dan menjual sufor, kurang maksimal. Promosi susu formula yang gencar di berbagai media juga
mempengaruhi keputusan para ibu untuk memberikan susu formula kepada bayinya. Mereka percaya bahwa susu formula memiliko nutrisi terbaik untuk bayi dan lebih
praktis dibanding ASI.
Menyadari tantangan ini, instansi pemerintah dan perwakilan masyarakat, dengan dukungan USAID Kinerja, menyusun sebuah Peraturan Bupati - Peraturan Bupati
Tulungagung no.19 tahun 2013 tentang Jaminan Pelayanan Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini IMD dan ASI Eksklusif. Peraturan ini menjadi dasar hukum semua
kegiatan yang terkait kesehatan ibu dan anak KIA, termasuk persalinan aman dan IMD ASI eksklusif, dan penguatan peran bidan dan dokter dalam program KIA.
Berdasarkan Peraturan tersebut, Puskesmas Beji mengeluarkan kebijakan untuk menghentikan kerjasama dengan distributor susu formula dan melarang puskesmas
dan bidan praktik menyediakan susu formula sejak Mei 2013. Pemutusan kontrak ini dilakukan secara penuh oleh Puskesmas Beji dan diikuti oleh bidan praktik. Namun,
bidan praktik mandiri masih diizinkan untuk mengganti kerjasama distribusi susu formula dengan pengadaan nutrisi untuk ibu.
Untuk memonitor program ini, bidan desa melakukan kunjungan rumah ke rumah secara rutin untuk memberikan edukasi tentang kesehatan ibu dan anak, termasuk ASI
eksklusif. Para bidan desa melakukan kunjungan rumah mulai dari hari pertama kelahiran hingga satu bulan pertama.
Halaman 38
c. Kampanye ASI Terintegrasi: Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur