tersebut: merah untuk risiko tinggi, kuning untuk risiko sedang dan hijau akan risiko rendah.
Proses pelaksanaan program
Proses pembuatan dan pelaksanaan kantung persalinan sedikit berbeda di setiap wilayah. Secara umum, proses pembuatan kantung persalinan adalah:
1. Memetakan alat pemantau ibu hamil yang ada. Puskesmas yang ingin
membuat atau memperbaiki kantung persalinan perlu mengidentifikasi alat pemantau ibu hamil yang sudah ada di puskesmas, seperti buku kohort, kalendar
persalinan, atau alat lain. Kemudian, identifikasi tujuan setiap alat tersebut - apakah alat tersebut digunakan untuk mengumpulkan data PWS KIA, atau untuk
mempersiapkan puskesmas ketika menolong persalinan. Proses pemetaan ini juga harus menilai penggunaan alat pemantau ibu hamil untuk mengetahui
apakah alat tersebut digunakan dan membantu bidan puskesmas serta mengidentifikasi hambatan yang menyebabkan alat tersebut tidak digunakan.
2. Membuat atau memperbaiki kantung persalinan. Kantung persalinan akan
lebih efektif jika dibuat bersama-sama oleh bidan puskesmas dan bidan desa. Para bidan bertanggungjawab untuk merancang dan membuat kantung dan
kartu persalinan sehingga mereka dapat merasakan manfaatnya.
3. Membuat peta ibu hamil. Peta merupakan peta wilayah kerja puskesmas.
Puskesmas menggunakan peta ini untuk mengetahui lokasi fasilitas kesehatan di wilayahnya dan memantau lokasi ibu hamil. Peta bumil dibuat secara bersama
dari styrofoam, dan diperbarui ketika ada ibu hamil baru.
4. Menyamakan persepsi antara bidan. Kegiatan ini bertujuan untuk
menyamakan persepsi dalam mengisi dan mengirim kartu ibu hamil ke puskesmas. Bidan desa mengirim salinan kartu ibu hamil ke puskesmas dan
dokumen laporan ibu setiap awal bulan. Bidan desa juga harus menyimpan kartu
Halaman 77
ibu hamil di desanya. Oleh karena itu, bidan desa perlu membuat dua kartu persalinan untuk setiap ibu hamil.
5. Mengisi dan menganalisa kantung persalinan secara rutin. Data kantung
persalinan perlu diperbarui sesering mungkin agar kantung persalinan dapat memberikan manfaat kepada bidan maupun ibu hamil. Setiap kali ada ibu hamil
diperiksa untuk pertama kali, bidan di puskesmas akan membuat satu kartu ibu hamil dan menambahkannya ke dalam kantong persalinan. Jika ibu diperiksa di
fasilitas kesehatan di tingkat desa, seperti poskesdes, polindes atau posyandu, bidan desa terkait membuat dua kartu ibu hamil – satu disimpan di kantung
persalinan di fasilitas kesehatan terkait dan satu diberikan kepada bidan koordinator di puskesmas induk.
Semua kartu diberikan kepada bidan koordinator paling lambat dalam waktu satu bulan setelah kartu tersebut dibuat. Kemudian, bidan koordinator atau bidan lain
di Puskesmas bertanggungjawab untuk menambahkan kartu tersebut ke dalam kantung persalinan di puskesmas. Kemudian, informasi ibu hamil tersebut
dibahas bersama para bidan, staff puskesmas lain, dinas kesehatan dan anggota masyarakat dalam lokakarya mini yang dilaksanakan setiap bulan. Lokakarya ini
akanlebih bermanfaat jika melibatkan anggota MSF dan kepala desacamat agar mereka mengetahui ibu hamil yang berisiko tinggi di desakecamatan mereka
serta lokasinya.
6. Menambah kantung inisiasi menyusu dini IMD, ASI eksklusif, dan bawah garis merah BGM. Puskesmas mitra USAID Kinerja di Kalimantan Barat
melakukan inovasi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Selain menggunakan kantung persalinan, puskesmas juga membuat kantung IMD,
kantung ASI eksklusif dan kantung BGM yang dipasang di samping kantung kantung persalinan. Ketiga kantung tambahan ini membantu para bidan
memantau cakupan IMD, ASI eksklusif serta status gizi dan kesehatan bayi.
Halaman 78
7. Monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini sangat penting dilakukan untuk