Surat Keputusan Kepala Desa tentang insentif dukun Penandatanganan MoU antara bidan dan dukun Monitoring kemitraan Penetapan dan sosialisasi SOP kepada seluruh staf. Seluruh staff Publikasi SOP agar transparan. Puskesmas perlu mensosialisasikan semua

Pertemuan ini bertujuan membangun persepsi yang sama terhadap kemitraan bidan dan dukun serta mendapat dukungan dari pemangku kepentingan yang ada. Misalnya, di Aceh Singkil, dukungan kepala desa sangat penting – kepala desa membuat surat keputusan dan mengalokasikan dana dari Alokasi Dana Desa ADD sebanyak Rp. 50.000 per dukun per bulan sebagai honor. Dinas Kesehatan yang juga mengikuti lokakarya tersebut memutuskan untuk menambahkan honor bulanan dukun sebesar Rp. 100.000 dari APBD. Semua pihak juga menyetujui untuk memberikan insentif tambahan dari Jaminan Kesehatan Nasional JKN sebesar Rp. 50.000 untuk tiap persalinan dirujuk oleh dukun ke Puskesmas. Maka dalam lokakarya ini, juga ada kesepakatan tentang hak dan kewajiban dukun dan bidan terhadap kehamilan dan persalinan.

5. Surat Keputusan Kepala Desa tentang insentif dukun

Untuk menjamin dan memformalkan insentif bagi dukun yang bermitra, kepala desa membuat dan mengumumkan surat keputusan. Hal tersebut memberikan dasar hukum yang kuat dan berkelanjutan kepada kemitraan bidan dan dukun.

6. Penandatanganan MoU antara bidan dan dukun

Setelah menyepakati ketentuan perjanjian kemitraan, baik bidan dan dukun menandatangani sebuah MoU atau nota kesekapatan. Penandatanganan ini disaksikan oleh camat, kepala desa, kepala Puskesmas, kepala Dinas Kesehatan, perwakilan IBI, tokoh agama, dan tokoh masyarakat. MOU tersebut disepakati sebagai acuan kerjasama yang mengikat, dan akan diperbahrui setiap tiga tahun sekali sesuai dengan perkembangan yang ada.

7. Monitoring kemitraan

Pelaksanaan MOU bidan dan dukun di tingkat lapangan selalu dimonitor secara berkala oleh multi-stakeholder forum MSF kesehatan di tingkat Kecamatan. Jika ditemukan adanya penyimpangan dalam pelaksanaan MOU, maka MSF akan melaporkannya kepada pihak Puskesmas dan Dinas Kesehatan secara berjenjang untuk dicarikan solusinya. Bidan desa juga berwajib monitoring Halaman 16 kemitraan, dan harus melaporkan dukun yang melanggar kesepakatan kepada bidan koordinator.

8. Replikasi

Di Aceh Singkil, proses replikasi kemitraan bidan dan dukun mengikuti proses yang sama dengan proses yang diuraikan di atas. Berdasarkan ketertarikan desa, 29 desa terpilih untuk mereplikasikan program kemitraan bidan dan dukun. Di Luwu, Surat Keputusan Kepala Dinas Nomor 341.aDinkesTU-2III2014 menunjuk sembilan Puskesmas baru untuk melakukan perbaikan manajemen Puskesmas; salah satu program dalam perbaikan ini adalah kemitraan bidan dan dukun. Ini merupakan dampak keberhasilan proyek percontohan di tiga Puskesmas. Proses replikasi kemitraan bidan dan dukun mengikuti proses yang sama dengan proses diuraikan di atas. Anggaran yang diperlukan Implementasi dan replikasi kemitraan bidan dan dukun di Aceh Singkil dan Luwu mendapat dukungan anggaran dari beberapa pihak seperti tercantum pada tabel di bawah ini: No Kabupaten dan sumber 2012 Rp 2013 Rp 2014 Rp I Kabupaten Aceh Singkil 1. Dinas Kesehatan 56.250.000 37.577.000 80.000.000 2. Puskesmas Singkil BOK 146.000.000 3. 5 Puskesmas JKN 50.000persalin an 4. Yayasan DAUN dari USAID- KINERJA 40.000.000 25.000.000 5. Yayasan DAUN kontribusi 141.000.000 Halaman 17 lain 6. 31 desa 50.000bulan dukun 50.000bulandu kun II Kabupaten Luwu 1. Dinas Kesehatan 50.000.000 117.600.000 100.000.000 2. FIK ORNOP dari USAID- KINERJA 183.105.000 100.000.000 3. 3 Puskesmas JKN 50.000persalin an Hasil dan dampak program Kepercayaan antara bidan dan dukun telah meningkat di kecamatan yang bermitra. Kedua pihak mengakui kemitraan resmi ini memperjelas hak, kewajiban, dan tanggung jawab bidan maupun dukun. Dukun merasa kemitraan ini mempermudah tugas harian mereka, karena sekarang bidan bertanggungjawab untuk tugas medis. Di pihak lain, bidan mengatakan dukun membantu tugas mereka juga, karena bisa berbicara dengan ibu-ibu dan keluarganya, serta memberikan dukungan non-medis selama proses persalinan. Kepala Puskesmas mengatakan bahwa melalui kemitraan dengan dukun, sekarang bidan Puskesmas lebih cepat mengetahui tentang kehamilan baru di wilayah pembinaannya. Dukun selalu memberitahu bidan tentang ibu hamil dan kondisinya, dan informasi ini mempermudah bidan menjangkau ibu hamil, menolong persalinan, dan merujuk ibu berisiko tinggi. Dengan adanya kemitraan bidan dan dukun, ibu hamil dan bersalin sekarang sudah dapat mengakses pelayanan kesehatan profesional dalam bahasa daerah. Dukun Gambar 4. Ibu periksa kehamilan di puskesmas. Halaman 18 berperan sebagai jembatan bahasa di desa, dan membantu bidan yang berasal dari luar daerah untuk berkomunikasi lebih lancar dengan pasien. Diskusi dan lokakarya publik meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan dan persalinan ditolong bidan. Beberapa pengguna layanan sudah menjadi aktivis dan penggerak untuk perbaikan sistem kesehatan. Aceh Singkil, Provinsi Aceh Sejak Januari sampai akhir Agustus tahun 2014, 1.047 persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di kelima kecamatan yang sudah mempunyai kemitraan bidan dan dukun. Berdasarkan tren tahun ini sampai sekarang, diperkirakan akan ada 1.570 persalinan ditolong tenaga kesehatan pada akhir tahun 2014. Ini merupakan peningkatan yang signifikan dari tahun 2013, ketika ada 1.509 persalinan ditolong bidan. Persalinan ditolong tenaga kesehatan, di lima kecamatan yang memiliki kemitraan bidan dan dukun, Kabupaten Aceh Singkil 2011 1.476 2012 1.532 2013 1.509 2014 prediksi 1.570 Data yang diolah oleh Puskesmas Singkil menunjukkan penurunan drastis dalam jumlah persalinan ditolong dukun di wilayah pembinaannya, dari 17 pada tahun 2011, delapan pada tahun 2012, dan hanya dua pada tahun 2013. Perlu diketahui juga bahwa kedua persalinan terakhir itu terjadi di desa di luar wilayah proyek percontohan. Tidak ada persalinan ditolong oleh dukun bersalin pada tahun 2014, tetapi dukun tetap mendampingi bidan dalam persalinan di fasilitas kesehatan, seperti diatur dalam ketentuan MoU. Halaman 19 Persalinan ditolong dukun, Puskesmas Singkil, Kabupaten Aceh Singkil 2011 tahun pertama Kemitraan Bidan dan Dukun 17 2012 8 2013 Komunikasi kolaboratif antara bidan dan dukun dalam mengembangkan jalur rujukan lebih dini untuk ibu hamil yang membutuhkan bantuan medis dan penyuluhan ante-natal di Aceh Singkil. Ini sangat membantu pihak desa dalam melawan dan memberantas sebuah mitos yang mengatakan jika ibu hamil memberitahu tenaga kesehatan tentang kehamilannya sejak awal, calon bayi akan rentan terkena guna-guna atau santet. Dukun juga berperan penting dalam mendorong ibu hamil memeriksakan dirinya di fasilitas kesehatan – jumlah ibu diperiksa K1 sudah lebih tinggi dibandingkan tahun 2012. Berdasarkan data K1 dari Januari sampai Augustus 2014, diprediksi 1.739 ibu hamil sudah akan diperiksa salah satu Puskesmas di kelima kecamatan yang melaksanakan kemitraan bidan dan dukun. Jumlah ini lebih dari 100 orang lebih banyak dari jumlah ibu hamil yang periksa K1 dari pada tahun 2012. Jumlah pemeriksaan K1, di lima kecamatan yang memiliki kemitraan bidan dan dukun, Kabupaten Aceh Singkil 2012 1.603 2013 1.649 2014 prediksi 1.739 Luwu, Propinsi Sulawesi Selatan Seperti di Aceh Singkil, peningkatan jumlah persalinan ditolong tenaga kesehatan juga terjadi di Luwu. Pada tahun 2011, sebelum ada kemitraan bidan dan dukun, jumlah persalinan ditolong tenaga kesehatan di tiga kecamatan yang melaksanakan kemitraan adalah 730; pada tahun 2013, jumlah ini naik menjadi 778 persalinan ditolong tenaga kesehatan. Halaman 20 Persalinan ditolong tenaga kesehatan, di ketiga kecamatan yang memiliki kemitraan bidan dan dukun, Kab. Luwu 2011 730 2012 782 2013 778 Ada penurunan kecil pada tahun 2013 karena di Kec. Bajo Barat, musim cengkeh dan coklat telah selesai dan sebagian besar pendatang telah pulang ke tempat asalnya. Di tiga Kecamatan di Luwu yang memiliki kemitraan bidan dan dukun terlihat peningkatan pemeriksaan kehamilan sejak ada program kemitraan. Peningkatan terlihat untuk K1 maupun K4, dan disebabkan oleh informasi kehamilan yang disampaikan oleh dukun beranak kepada bidan desa, serta dorongan dukun kepada ibu hamil untuk periksa di Puskesmas. Jumlah pemeriksaan K1 dan K4, di ketiga kecamatan yang memiliki kemitraan bidan dan dukun, Kabupaten Luwu K1 K4 2011 881 670 2012 885 766 2013 879 697 Catatan: Seperti di tabel sebelumnya, ada penurunan kecil pada tahun 2013 karena di Kec. Bajo Barat, musim cengkeh dan coklat telah selesai dan sebagian besar pendatang telah pulang ke tempat asalnya. Cakupan K4 cukup rendah dibandingkan cakupan K1 karena pendatang tersebut memang diperiksa K1 sampai K3 di Kec. Bajo Barat, tapi sering memulangkan dirinya beberapa bulan sebelum dia akan bersalin. Halaman 21 Monitoring dan evaluasi Untuk memahami dampak inisiatif dan mengatasi persoalan yang muncul, monitoring dan evaluasi program kemitraan bidan dan dukun dilakukan secara rutin di Aceh Singkil maupun Luwu. Tiap Puskesmas yang terlibat dalam program bertanggungjawab untuk memastikan efisiensi dan efektivitas kemitraan. Bidan koordinator dari tiap Puskesmas melakukan kunjungan bulanan ke desa-desa di wilayah pembinaannya agar kepatuhan MoU dapat dinilai dan hasil program dapat dibandingkan dengan tujuan yang diharapkan. Bidan koordinator juga mencatat data tentang ibu hamil, ibu nifas, dan bayi – data ini nanti dikumpulkan oleh Dinas Kesehatan setempat untuk evaluasi program kemitraan bidan dan dukun. Data ini termasuk jumlah persalinan ditolong tenaga kesehatan, dan persentase ibu hamil yang diperiksa empat kali seperti direkomendasi. Di Aceh Singkil, selain evaluasi dilakukan pemerintah setempat, Dewan Kesehatan juga terlibat dalam kunjungan lapangan untuk monitoring kemajuan dan hasil program terkait cakupan pelayanan kesehatan. Anggota Dewan Kesehatan membahas kemajuan dan hasil inisiatif bersama dukun dan bidan desa, dan rekomendasinya digabungkan dalam perencanaan Dinas Kesehatan. Salah satu contoh dampak program dari kegiatan monitoring dan evaluasi adalah pembuatan kartu medis darurat di Aceh Singkil. Kartu ini diciptakan sesudah ditemukan bahwa penduduk desa ingin bisa langsung menghubungi bidan desa, kepala desa, polindes, puskesmas, dan Dewan Kesehatan. Kartu ini untuk memastikan ibu hamil dan keluarganya mempunyai nomor kontak dan dapat mengubungi pelayanan medis darurat seperti ambulans dan bidan saat dibutuhkan, serta menyampaikan masukan dan saran kepada Kepala Desa dan Dewan Kesehatan kalau ada keadaan kurang baik. “Dengan adanya kemitraan ini saya terbantu..bisa berkomunikasi dengan pasien dan masyarakat.” - Rahma Efrida Pohan Bidan Desa Rantau Gedang Halaman 22 Di Luwu, kemitraan bidan dan dukun juga dimonitor dan dievaluasi oleh kelompok masyarakat seperti MSF yang pedulikan pelayanan kesehatan. MSF ini berada di tingkat Kabupaten maupun Kecamatan, dan MSF Kecamatan sering mengikuti lokakarya bulanan di Puskesmas setempat untuk mengambil informasi dan memberikan masukan. Sebagian besar anggota MSF adalah masyarakat, dan pendapatnya sebagai pengguna layanan sangat penting untuk memperbaiki mutu pelayanan kesehatan diberikan oleh Puskesmas dan fasilitas kesehatan lain. MSF Kecamatan juga melakukan monitoring kemitraan bidan dan dukun melalui diskusi informal dengan para dukun, bidan desa, ibu hamil, dan ibu nifas untuk menemukan kemungkinan persoalan. Tantangan yang dihadapi Tantangan utama yang dihadapi selama pelaksanaan adalah budaya yang masih kental, serta penolakan masyarakat terhadap perubahan. Puskesmas di Aceh Singkil maupun Luwu sudah sering mengadakan kampanye dan program promosi kesehatan ibu dan anak, tetapi dampak dari kegiatan ini terkait perubahan perilaku dan kepercayaan agak kurang. Ketidakpedulian masyarakat terhadap kapasitas dukun yang kurang memahami aspek medis dalam pemeriksaan kehamilan, persalinan dan pelayanan nifas menjadikan dukun tetap menjadi pilihan utama masyarakat. Sementara itu, bidan desa kurang bisa berinteraksi dengan masyarakat karena kurang bisa berbahasa daerah sehingga tidak bisa berkomunikasi tentang aspek kehamilan, persalinan, maupun nifas. Kadang-kadang, komitmen bidan dan dukun terhadap kemitraan berkurang, tetapi upaya monitoring masyarakat dan dinas kesehatan dapat mempertahankan dan memperkuat perasaan kepemilikan program, dan mengatasinya saat muncul persoalan. Kesinambungan peran multi-stakeholder forum dan Dewan Kesehatan dalam memantau kemitraan juga menjadi tantangan utama. Karena MSF dibentuk oleh anggota masyarakat, MSF tidak memiliki sumber dana, kecuali dana pribadi dari anggota. Ini menyulitkan MSF melakukan tugasnya seperti monitoring dan evaluasi. Halaman 23 Namun, persoalan ini bisa diatasi kalau Puskesmas mengalokasikan kegiatan monitoring bersama dengan MSF bersumber dana Bantuan Operasional Kesehatan BOK. Pendekatan berbasis masyarakat memunculkan kesempatan bagi pelaksana program untuk bertemu dengan ibu hamil dan keluarganya, serta tokoh masyarakat dan agama yang berpengaruh, dan membahas manfaat kemitraan bidan dan dukun untuk desa mereka. Anggota masyarakat merasa dihargai karena diajak berunding dan dilibatkan dalam pembentukan dan pelaksanaan program, dan oleh karena ini, penduduk desa lebih terbuka untuk menerima adanya kemitraan bidan dan dukun. Penggabungan dukun di dalam sebuah ‘tradisi baru’, yaitu persalinan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, mengatasi perlawanan masyarakat terhadap perubahan perilaku, serta menghormati posisi dukun di masyarakat telah memperluas akses ibu hamil kepada pelayanan kesehatan aman dan modern. Gambar 5. Kader kesehatan menimbang bayi. Peran masyarakat sangat penting untuk membantu puskesmas menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Halaman 24 Keberlanjutan dan peluang replikasi Sejak program diawali pada tahun 2012, kemitraan bidan dan dukun di Aceh Singkil dan Luwu sudah menjadi lebih stabil dan berkelanjutan. Salah satu tantangan utama dialami seluruh Indonesia dalam implementasi kemitraan tersebut adalah dukun sering merasa tidak mendapatkan penggantian penghasilan ketika mereka merujuk ibu hamil ke tenaga kesehatan. Bentuk kemitraan bidan dan dukun di Aceh Singkil sangat unik dalam mengatasi persoalan ini, melalui honor bulanan dari Dinas Kesehatan maupun desa dan insentif rujukan dari Bantuan Operasional Kesehatan BOK dan JKN. Para dukun merasa senang dengan kesepakatan baru ini, karena masih bisa mendapatkan rezeki sambil menjalankan tugas harian dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak di desa. Peresmian hubungan antara dukun dan bidan dengan penyusunan dan penandatanganan MoU adalah langkah kunci untuk memastikan keberlanjutan. Kedua pihak yang bermitra mempunyai kesepahaman yang jelas tentang peran dan tanggungjawabnya, dan bisa membaca ulang MoU jika diperlukan. Adanya MoU juga memperjelas sanksi-sanksi apabila ketentuannya tidak diikuti. Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil dan Luwu mendukung pelaksanaan kemitraan bidan dan dukun secara aktif. Di banyak daerah lain yang sudah melaksanakan kemitraan ini, sebagian besar pemerintah kurang memperhatikan programnya dan menjadikannya sebagai tanggung jawab bidan dan Puskesmas. Akan tetapi di Aceh Singkil, Dinas Kesehatan tidak hanya mengalokasikan insentif dana untuk dukun tetapi juga menerbitkan surat keputusan. Surat resmi seperti ini berstatus tinggi di mata staf pemerintah maupun masyarakat, dan sangat mendorong orang untuk menjadi terlibat dalam kegiatan terkait kemitraan bidan dan dukun. Program ini juga didukung baik oleh masyarakat setempat. Ibu hamil sekarang dapat menerima pelayanan kesehatan modern dari bidan maupun dukungan kejiwaan dari dukun. Ini membantu mengatasi persoalan jika ada ibu hamil yang ingin bersalin di fasilitas kesehatan, misalnya, tetapi ibunya atau neneknya ingin dia mengikuti tradisi Halaman 25 dan bersalin dengan dukun. Di Aceh Singkil dan Luwu, sekarang ibu hamil mendapatkan bantuan dukun serta bidan, dan menerima perawatan medis, tubuh maupun jiwa. Keberhasilan kemitraan bidan dan dukun di Aceh Singkil dan Luwu dalam menggabungkan pelayanan kesehatan tradisional dan modern dapat membantu bukan hanya kabupaten tersebut tetapi juga seluruh Republik Indonesia. Sukses program ini bisa berdampak kepada kebijakan kesehatan di tiap tingkat, apalagi pada saat ini menjelang berakhirnya tahun pencapaian target MDGs. Kemitraan bidan dan dukun di Aceh Singkil dan Luwu membuktikan bahwa sistem kepercayaan tradisional bisa diubah selama beberapa tahun melalui pendekatan yang sensitif pada budaya dan pemberian insentif dan kesinambungan penganggaran dan monitoring. Kemitraan bidan dan dukun yang se-inovatif bentuknya seperti di Aceh Singkil dan Luwu bisa diperluas di seluruh Indonesia, dengan stuktur yang jelas, mekanisme insentif yang mencukupi, dan mudah dilaksanakan. Hasil pembelajaran dan rekomendasi Inisiatif kemitraan bidan dan dukun ini berhasil karena ada komitmen tinggi dari pemerintah dan tokoh masyarakat. Tanpa upaya kerjasama ini, kemitraan tersebut tidak akan diterima oleh masyarakat dan perubahan perilaku pasti belum terjadi. Sebuah pendekatan yang menekankan keterbukaan dan keterlibatan masyarakat terbukti penting agar ada perasaan kepemilikan dan akuntabilitas. - Partisipasi masyarakat sangat penting bagi keberhasilan. Komitmen kuat dari semua pihak terkait dibutuhkan untuk pelaksanaan, termasuk dinas kesehatan setempat, puskesmas, bidan, dukun, dan kepala desa. Masyarakat kurang bisa memahami atau menerima inisiatif seperti ini jika tidak dilibatkan secara aktif. Direkomendasikan kepada instansi pemerintah, terutama Dinas Kesehatan dan Bappeda, untuk lebih melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program kesehatan lainnya. Halaman 26 - Kepercayaan antara para mitra merupakan prasyarat untuk sukses. Salah satu faktor penting dalam keberhasilan kemitraan ini adalah pengakuan dan penghargaan dukun sebagai aktor perubahan dan sumber daya masyarakat yang penting. Melalui kemitraan dengan bidan, para dukun dihargai dan merasa bernilai, dan menjadi unsur kunci dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi. Demikian pula upaya pemahaman kepada para dukun untuk menganggap bidan sebagai pihak yang mampu dan terampil dan dapat menjadi mitra yang baik, bukan ancaman mata pencaharian ketika menolong persalinan, kedua pihak bisa melakukan aktivitasnya dengan lebih efektif. - Insentif yang sesuai dibutuhkan untuk perubahan perilaku. Adanya insentif dalam dokumen tertulis berbentuk MoU juga lebih meresmikan kemitraan bidan dan dukun. Insentif yang sesuai dan sumber insentif yang jelas merupakan hal penting – dukun di daerah lain di Indonesia sudah tidak tertarik lagi kepada kemitraan karena insentifnya terlalu rendah dan tidak memberikan dukun mata pencaharian yang cukup. Direkomendasikan kepada instansi di tingkat kabupaten kota dan desa untuk bekerjasama untuk mengadakan insentif yang cukup untuk dukun. - Komunikasi diperlukan untuk mempertahankan hubungan kerja yang baik. Kunjungan ke desa secara berkala oleh bidan puskesmas dan pemberian kartu darurat membantu membuka jalur komunikasi dan mengatasi persoalan saat muncul. Pertemuan reguler dapat menciptakan komunikasi terus menerus. - Perubahan adat dan tradisi budaya tidak mudah. Tradisi sudah dipertahankan selama puluhan tahun dan kalau mau diubah, strategi dan pendekatan yang telah bekerja dan sesuai dengan keadaan setempat, dibutuhkan. Dalam situasi kemitraan bidan dan dukun, penguatan peran dan tanggung-jawab dukun sangat sesuai karena strategi ini mengakui pentingnya dan status dukun di desa. Status dukun juga membantu bidan untuk mensosialisasikan informasi tentang Halaman 27 pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman, karena penduduk desa sudah terbiasa mendengarkan apa yang disampaikan dukun. Informasi kontak Aceh Singkil, Provinsi Aceh Edy Widodo Kepala Dinas Kesehatan Aceh Singkil email dan no. telp.: edywidodo1967gmail.com 065821202 Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan H. Abdul Aziz Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Luwu No. telp: 0471 21145 Halaman 28 Program kesehatan USAID Kinerja bekerjasama dengan pemerintah daerah dan puskesmas meningkatkan pelayanan kesehatan di tiga sektor: Persalinan Aman, ASI Eksklusif dan Inisasi Menyusui Dini, serta Manajemen Puskesmas. Meningkatkan Tata Kelola Promosi ASI Eksklusif dan Insiasi Menyusui Dini Meningkatkan Tata Kelola Promosi ASI Eksklusif dan Insiasi Menyusui Dini Situasi sebelum program dilakukan Pemberian air susu ibu ASI ekslusif telah terbukti dapat meningkatkan gizi bayi. ASI bukanhanya makanan yang baik untuk anak, tapi juga meningkatkan kekebalan terhadap berbagai penyakit. ASI eksklusif diberikan kepada bayi tanpa makanan atau minuman tambahan selama enam bulan pertama, dan dengan makanan pendamping selama 18 bulan berikutnya hingga bayi mencapa usia dua tahun. Tingkat pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah, hanya 33,6 bayi di bawah dua tahun yang disusui oleh ibunya Susenas, 2012. Hal ini sangat dipengaruhi oleh rendahnya pemahaman masyarakat tentang ASI dan kepercayaan setempat. Banyak ibu menganggap ASI tidak cukup membuat bayi kenyang dan kuat sehingga mereka akan memberi makanan tambahan madu,air kelapa, makanan lembek meskipun bayi masih dibawah enam bulan. Selain itu, banyak ibu memilih memberikan susu formula kepada bayinya karena menganggap susu tersebut bagus untuk perkembangan bayi, lebih modern dan sehat. Alasan lain, masyarakat menganggap kolostrum air susu ibu yang keluar pertama kali sebagai susu rusak dan harus dibuang. Selain kurangnya pemahaman tentang manfaat ASI, banyak ibu percaya bahwa menyusui akan membuat payudara kendor dan terlihat kurang menarik. Banyak ibu juga memilih susu formula karena mereka malu menyusui di tempat umum, terutama jika tidak tersedia pojok laktasi. Faktor lain yang menyebabkan tingkat pemberian ASI eksklusif rendah adalah promosi susu formula yang gencar termasuk di fasilitas kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit dan bidan praktik dan penjualan dari rumah ke rumah. Kondisi ini diperburuk dengan tenaga kesehatan mendukung penjualan susu formula karena perusahaan susu menjanjikan insentif untuk mereka. Di sisi lain, promosi pemberian ASI eksklusif juga masih kurang, baik dari frekuensi dan strategi promosi serta kurang mendapat dukungan dari dinas kesehatan. Halaman 29 Banyak puskesmas tidak memiliki rencana tertulis untuk promosi ASI. Penyebaran informasi tentang ASI masih terbatas dilakukan secara lisan di posyandu dan jarang melibatkan masyarakat. Untuk itu, USAID-Kinerja membantu pemerintah daerah meningkatkan promosi kesehatan dengan partisipasi berbagai pihak di luar sektor kesehatan. Tulisan ini mengupas upaya promosi ASI eksklusif, termasuk inisiasi menyusui dini IMD di empat daerah mitra USAID-Kinerja: Kabupaten Bener Meriah di Aceh, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Probolinggo di Jawa Timur, serta Kota Makassar di Sulawesi Selatan. Tingkat pemberian ASI ekslusif di empat daerah ini tahun 2010 masih relatif rendah. Di Bener Meriah, hanya 40 anak di bawah umur 2 tahun yang mendapat ASI ekslusif. Sementara itu, tingkat pemberian ASI di Tulungagung adalah 52,5; Kabupaten Probolinggo 34; serta Kota Makassar 59. Bentuk inovasi Setiap daerah mitra USAID-Kinerja memilih pendekatan yang berbeda untuk mempromosikanASI eksklusif sesuai dengan konteks lokal.

a. Kerjasama KUA dan Puskesmas: Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh

Sebelum program Kinerja, masyarakat di Kabupaten Bener Meriah, Aceh sejak dulu percaya terhadap mitos bahwa ASI mengandung bakteri buruk kepercayaan ini juga disebut dena dalam bahasa setempat sehingga hampir semua ibu di daerah ini memberikan susu formula kepada bayinya dan beberapa memberikan air beras sebagai makanan tambahan. Kepercayaan dena ini menyebabkan banyak ibu bersalin menolak saran bidan untuk melakukan inisiasi menyusu dini IMD dari bidan. Para ibu memutuskan untuk membuang ASI pertama kolostrum karena dianggap basi, dan memutuskan untuk tidak menyusui bayinya. Halaman 30 Selain kepercayaan lokal yang kuat, masyarakat di Bener Meriah belum memahami manfaat ASI untuk kesehatan bayi dan kurangnya penjelasan bidan desa tentang ASI kepada ibu hamil. Kondisi ini menyebabkan banyak bayi dan anak rentan terhadap berbagai penyakit seperti diare karena kekebalan tubuh mereka imunitas rendah dan akibat susu formula yang mudah tercemar dengan bakteri. Salah satu strategi untuk mendorong dan membantu para ibu untuk menyusui adalah menambahkan materi IMD dan ASI eksklusif dalam kursus wajib calon pengantin suscatin yang diselenggarakan oleh Kantor Urusan Agama KUA setempat. Sejak tahun 2013, tenaga kesehatan kepala puskesmas dan bidan koordinator dan kepala KUA kecamatan terlibat dalam suscatin. Mereka menjelaskan tentang manfaat ASI dan IMD serta kajian fiqhnya kepada semua pasangan muslim yang akan menikah. Kajian fiqh ini dirumuskan bersama oleh Majelis Permusyawaratan Ulama MPU Kabupaten, Dinas Syariat Islam, Kementerian Agama Kabupaten, Kantor Urusan Agama, Dinas Kesehatan, Puskesmas serta perwakilan tokoh masyarakat. Suscatin dilakukan di tingkat kecamatan dalam periode tertentu. Setiap calon pengantin akan mengikuti kursus selama satu minggu sebelum jadwal pernikahan berlangsung Gambar 1. Edukasi ASI Eksklusif dan IMD dilakukan sejak sebelum pernikahan kepada calon ibu. Halaman 31 Gambar 2. Publikasi larangan promosi dan penjualan susu formula di Puskesmas Kauman. sesuai dengan tanggal yang diajukan keluarga. Sejak awal tahun 2014 hingga September 2014, Bener Meriah telah melaksanakan lima kali suscatin. Sejak April 2013 hingga September 2014, semua pasangan yang mengikuti suscatin di ketiga kecamatan mitra Kinerja Kec. Bukit, Kec. Bandar, dan Kec. Permata telah mendapat informasi lengkap tentang kesehatan ibu dan anak, persiapan kehamilan dan persalinan, dan pentingnya IMD dan ASI Ekslusif. Semua pasangan juga mendapatkan buku saku fiqih ASI yang dicetak oleh KUA Bener Meriah. Buku saku ini juga tersedia di Puskesmas untuk dibaca ibu-ibu.

b. Pelarangan Susu Formula: Puskesmas Beji, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur

Puskesmas Beji, salah satu puskesmas mitra Kinerja di Kabupaten Tulungagung, melakukan inovasi menarik untuk mendorong IMD dan ASI eksklusif. Puskesmas ini mengambil langkah berani untuk membatalkan perjanjian dengan sebuah perusahaan susu formula. Sejak bulan Mei 2013, staf puskesmas tidak diizinkan lagi menjadi distributor untuk produk susu formula. Keputusan berani yang diambil oleh kepala Puskesmas ini sejalan dengan tuntutan badan pengawasan masyarakat dan sesuai dengan peraturan daerah yang baru yang melarang peredaran susu formula di sarana pelayanan kesehatan masyarakat. Selain melarang promosi susu formula di lingkungan puskesmas, Puskesmas Beji juga bekerja keras mengedukasi masyarakat danmelawan kepercayaan setempat bahwa bayi menangis hanya karena lapar dan susu formula merupakan makanan terbaik untuk Halaman 32 bayi. Sejak larangan susu formula ini diberlakukan, tidak ada stok susu formula di Puskesmas Beji dan wilayah binaanya.

c. Kampanye ASI Terintegrasi: Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur

Pemerintah Kabupaten Probolinggo sangat mendukung program ASI ekslusif sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat karena ASI bermanfaat bagi perkembangan anak sejak dini. Pemerintah kabupaten ini telah melaksanakan kampanye ASI yang terintegrasi: menerbitkan Peraturan Bupati tentang persalinan aman dan ASI eksklusif, mensponsori festival rakyat dan lomba masak makanan bergizi, memilih duta ASI, dan menyelenggarakan pelatihan bagi tokoh agama agar mereka dapat terlibat dalam kegiatan promosi kesehatan ibu dan anak. Salah satu inisiatif penting yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Probolinggo adalah pemilihan Bupati sebagai Duta ASI. Sebagai seorang pemimpin daerah dan ibu, Bupati Probolinggo sangat meyakini manfaat ASI eksklusif bagi kesehatan masyarakat. Beliau juga memiliki komitmen tinggi untuk tetap menyusui anaknya di tengah kesibukannya memimpin Kabupaten Probolinggo. Bupati Probolinggo juga mensosialisasikan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif dan menerbitkan beberapa peraturan pendukung program persalinan aman, IMD dan ASI eksklusif. Menindaklanjuti upaya peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta gizi terpadu, Kabupaten Probolinggo merumuskan Peraturan Bupati Kabupaten Probolinggo Nomor 24 tahun 2013 tentang Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif. Selain itu, Pemerintah Kabupaten menerbitkan surat instruksi bupati untuk menyediakan fasilitas menyusui pojok laktasi “Saya ingin mengumumkan kepada masyarakat bahwa ibu bekerja atau perempuan yang memiliki tugas sebagai apapun tidak ada penghalang untuk memberikan ASI kepada bayinya.” - Tantriana Aminuddin Bupati Probolinggo Halaman 33 Gambar 3. Bupati Probolinggo berpose bersama Duta ASI. di seluruh tempat kerja dan tempat umum dan melarang semua fasilitas kesehatan, bidan praktik menjual susu formula. Beliau juga sering melakukan inspeksi mendadak ke fasilitas kesehatan dan bidan untuk memastikan mereka tidak menjual susu formula. Menindaklanjuti instruksi Bupati, pemerintah Kabupaten Probolinggo telah berkomitmen dengan menyediakan pojok laktasi dan sarananya di enam kantor SKPD Kantor Sekretariat Daerah, Kantor DPRD, Komplek BKDDiklat, Kantor Dinas Kesehatan, RSUD Waluyojati, RSUD Tongas dan tujuh Puskesmas Sumberasih, Maron, Ranugedang, Wangkal, Paiton, Kotaanyar dan Krejengan Masyarakat di Probolinggo terkesan dengan komitmen dan kebijakan Bupati terkait dengan persalinan aman dan ASI eksklusif. Para ibu juga merasa mendapat dukungan besar dari pemerintah untuk menyusui bayinya. Selain upaya pemerintah, masyarakat Kabupaten Probolinggo telah aktif membentuk Kelompok Pendukung ASI KP- ASI untuk membantu dan mendukung ibu menyusui. Saat ini di Kabupaten Probolinggo telah dibentuk 22 KP-ASI yang terdiri dari para ibu dan anggota masyarakat yang peduli ASI. Mereka bertemu secara rutin untuk menceritakan tantangan, keberhasilan dan berbagi informasi tentang menyusui dan menjaga kesehatan ibu dan anak. Inovasi lanjutan dari inisiatif ini adalah gerakan pencanangan penanaman pohon katuk dan kelor, yang dikuatkan dengan instruksi resmi dari Bupati kepada seluruh puskesmas, puskesmas pembantu, sarana kesehatan dan masyarakat. Tanaman Kelor merupakan “tanaman ajaib” dengan kandungan nutrisi yang tinggi untuk memenuhi Halaman 34 Gambar 4. Duta ASI Kota Makassar melibatkan laki-laki dalam kampanye ASI. asupan gizi. Program penanaman pohon kelor ini bertujuan mencegah dan mengatasi kasus kurang gizi. Masyarakat setempat telah lama memanfaatkan daun katuk untukmerangsang produksi dan memperlancar ASI para ibu yang baru melahirkan. Sejak program penanaman pohon katuk ini diluncurkan, beberapa puskesmas di kabupaten ini telah menanam anakan pohon daun katuk dan daun kelor dalam baris yang rapi, dan tiap ibu hamil diberikan bibit pohon katuk dan kelor pada saat pemeriksaan kehamilan. Tidak hanya menanam, para ibu pasca bersalin juga mendapat makanan berbahan daun katuk dan daun kelor. Gerakan penanaman pohon katuk dan kelor ini diharapkan mendukung upaya para ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif.

d. Masyarakat Peduli ASI: Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan

Meskipun gerakan kelompok masyarakat peduli ASI marak di Kota Makassar dan berbagai daerah di Indonesia, anggota kelompok ini masih didominasi perempuan dan jarang laki-laki terlibat. Hal ini terjadi karena ASI masih dianggap sebagai isu perempuan. Melalui bantuan USAID-Kinerja, masyarakat Kota Makassar melakukan edukasi dan advokasi agar laki- laki mau terlibat dalam kampanye ASI. Proses advokasi yang intensif di Kota Makassar mulai mampu mengubah cara pandang masyarakat bahwa ASI bukan hanya isu perempuan. Saat ini Kota Makassar telah memiliki sebuah kelompok masyarakat, Bapak Peduli ASI yang beranggotakan laki-laki dari berbagai latar belakang, seperti dosen, PNS, ustadz, tokoh masyarakat, Pak RW, dan anggota masyarakat umum. Kelompok ini bertujuan meningkatkan jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif. Kelompok ini sadar dan mengakui bahwa laki-laki juga memiliki tanggungjawab untuk memastikan bayi mendapat ASI eksklusif. Halaman 35 Bapak Peduli ASI melakukan berbagai kegiatan edukasi ASI di tingkat kecamatan dan kelurahan, seperti penyuluhan ASI kepada keluarga ibu hamil dan ibu menyusui serta sosialiasi ASI para ibu kelas ekonomi bawah yang kurang memahami manfaat ASI dan cenderung memilih susu formula. Selain itu, kelompok ini aktif melakukan diskusi kesehatan terutama tentang ASI eksklusif. Bapak Peduli ASI juga sering diundang menjadi narasumber dan fasilitator di berbagai kegiatan kampanye ASI. Pada tahun 2014, forum multi-stakeholder MSF yang terdiri dari perwakilan masyarakat dan pemerintah termasuk Bapak Peduli ASI di Kota Makassar bekerjasama dengan dinas kesehatan membuat modul pembelajaran penggiat ASI. Modul ini dibuat untuk meningkatkan pengetahuan para penggiat ASI tentang IMD dan ASI eksklusif serta meningkatkan kapasitas mereka dalam mendampingi ibu menyusui. Kerjasama antara masyarakat dan dinas kesehatan sangat penting untuk meningkatkan dan rasa kepemilikan masyarakat terhadap program ini. Proses pelaksanaan program a. Kerjasama Kantor Urusan Agama KUA dan Puskesmas: Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh Salah satu tantangan terbesar program peningkatan cakupan IMD dan ASI eksklusif di Bener Meriah adalah rendahnya pemahaman orangtua tentang manfaat IMD dan ASI eksklusif dan kuatnya mitos dena bahwa ASI mengandung bakteri buruk. Untuk mengatasi tantangan ini, dinas kesehatan Bener Meriah melalukan kerjasama lintas sektor untuk memberikan edukasi tentang kesehatan ibu dan anak melalui kursus calon pengantin. Langkah pertama, dinas kesehatan mendiskusikan masalah rendahnya cakupan ASI eksklusif dengan puskesmas mitra Kinerja, dinas syariat Islam, Majelis Permusyawaratan Ulama MUI dan KUA. Para perwakilan instansi ini sepakat untuk menghilangkan dena melalui kegiatan penyadaran masyarakat. Halaman 36 Salah satu rekomendasi yang muncul dari diskusi tersebut adalah kemitraan puskesmas dan KUA untuk mempromosikan kesehatan ibu dan anak kepada calon pengantin, baik perempuan maupun laki-laki. Untuk itu, perlu ada MoU antara puskesmas dan KUA untuk melaksanakan suscatin yang menyediakan informasi persalinan aman, IMD, dan ASI eksklusif selain informasi yang biasanya diberikan. Setelah MoU tersebut sudah ditandatangani oleh Puskesmas dan KUA, dibentuk tim penyusunan buku saku tentang fiqih ASI yang terdiri dari staff Dinas Syariat Islam, Majelis Permusyawaratan Ulama, KUA, Kementerian Agama, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas. Buku saku ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman para ustadz dan ulama tentang ASI eksklusif dan menjadi panduan bagi mereka untuk menyampaikan informasi tentang manfaat ASI di mimbar masjid, Selain buku panduan, staff KUA yang bertanggungjawab terhadap suscatin mendapat pelatihan tentang isu persalinan aman, IMD dan ASI eksklusif dan dibantu tenaga kesehatan. Selain itu, staff lain di KUA juga menyampaikan kepada narasumber suscatin pentingnya ASI dari perspektif agama Islam sesuai dengan Al Qur’an dan hadis Nabi.

b. Pelarangan Susu Formula: Puskesmas Beji, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur

Seperti di beberapa daerah lain di Indonesia, Puskesmas Beji dan sebagian besar bidan praktik mandiri BPM pernah melakukan kontrak kerjasama dengan distributor susu formula. Menurut Bidan Koordinator Puskesmas Beji, Ari Murtiningtyas, mereka bekerjasama dengan distributor susu formula karena ingin memudahkan para ibu menyusui mendapatkan susu formula – para ibu yang bersalin tidak perlu repot mencari susu di toko. Namun, situasi ini telah berubah selama beberapa tahun terakhir ini. Bidan di Kabupaten Tulungagung mulai menyadari manfaat ASI. Untuk itu, mereka melakukan berbagai kegiatan promosi ASI eksklusif serta penyuluhan. Tantangan lain dalam upaya peningkatan cakupan ASI eksklusif adalah rendahnya monitoring dan evaluasi program IMD dan ASI. Meskipun program ini telah ada Halaman 37 sebelum USAID-Kinerja berjalan, program ini sangat jarang dievaluasi sehingga staff puskesmas tidak mengetahui cakupan ASI di wilayahnya. Lemahnya monitoring antara lain disebabkan karena kesibukkan para bidan. Hal ini menyebabkan pantauan terhadap kepatuhan bidan untuk kampanye pentingnya ASI eksklusif, dan menjamin para bidan praktek mandiri tidak menyediakan dan menjual sufor, kurang maksimal. Promosi susu formula yang gencar di berbagai media juga mempengaruhi keputusan para ibu untuk memberikan susu formula kepada bayinya. Mereka percaya bahwa susu formula memiliko nutrisi terbaik untuk bayi dan lebih praktis dibanding ASI. Menyadari tantangan ini, instansi pemerintah dan perwakilan masyarakat, dengan dukungan USAID Kinerja, menyusun sebuah Peraturan Bupati - Peraturan Bupati Tulungagung no.19 tahun 2013 tentang Jaminan Pelayanan Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini IMD dan ASI Eksklusif. Peraturan ini menjadi dasar hukum semua kegiatan yang terkait kesehatan ibu dan anak KIA, termasuk persalinan aman dan IMD ASI eksklusif, dan penguatan peran bidan dan dokter dalam program KIA. Berdasarkan Peraturan tersebut, Puskesmas Beji mengeluarkan kebijakan untuk menghentikan kerjasama dengan distributor susu formula dan melarang puskesmas dan bidan praktik menyediakan susu formula sejak Mei 2013. Pemutusan kontrak ini dilakukan secara penuh oleh Puskesmas Beji dan diikuti oleh bidan praktik. Namun, bidan praktik mandiri masih diizinkan untuk mengganti kerjasama distribusi susu formula dengan pengadaan nutrisi untuk ibu. Untuk memonitor program ini, bidan desa melakukan kunjungan rumah ke rumah secara rutin untuk memberikan edukasi tentang kesehatan ibu dan anak, termasuk ASI eksklusif. Para bidan desa melakukan kunjungan rumah mulai dari hari pertama kelahiran hingga satu bulan pertama. Halaman 38

c. Kampanye ASI Terintegrasi: Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur

Untuk meningkatkan cakupan IMD dan ASI eksklusif, pemerintah Kabupaten Probolinggo bekerjasama dengan masyarakat melaksanakan kampanye ASI yang terintegrasi menerbitkan Peraturan Bupati Probolinggo dan berbagai kegiatan promosi ASI. Langkah pertama, pemerintah Kabupaten Probolinggo adalah membuat peraturan yang mendukung kegiatan promosi ASI. Pemerintah melibatkan masukan dari instansi pemerintah selain dinas kesehatan dan forum multi-stakeholder yang terdiri dari berbagai perwakilan masyarakat dalam proses pembuatan peraturan ini. Setelah melalui diskusi intensif, Kabupaten Probolinggo menerbitkan Peraturan Bupati Probolinggo Nomor 24 tahun 2013 tentang Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif. Selain menerbitkan peraturan, pemerintah Kabupaten Probolinggo mendukung berbagai kegiatan promosi IMD dan ASI eksklusif, seperti: 1. Bupati Probolinggo dikukuhkan oleh masyarakat sebagai Duta ASI Eksklusif Probolinggo pada tahun 2013. 2. Sarasehan Ulama Mendukung Persalinan Aman, IMD Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Ekslusif. Sarasehan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang persalinan aman, IMD dan ASI eksklusif serta menentukan dan menyelaraskan peran setiap pihak yang terlibat dalam promosi program ini ulama, tenaga kesehatan, masyarakat umum dan pemerintah. 3. Membentuk Kelompok Peduli ASI. Hingga September 2014 telah ada 22 KP-ASI. 4. Pada tanggal 15 Nopember 2013 Bupati mencanangkan penanaman pohon Katuk untuk mendukung Program ASI Ekslusif di Probolinggo. 5. Pada Bulan Januari 2014 Bupati Probolinggo mencanangkan penanaman pohon Kelor untuk mencegah dan mengatasi gizi buruk. 6. Melaksanakan festival menu olahan berbahan daun katuk dan daun kelor tanggal 12 Maret 2014. Kegiatan ini bertujuan untuk menarik masyarakat untuk Halaman 39 memasak daun katuk dan daun kelor untuk memenui kebutuhan gizinya. Festival ini telah dihasilkan lebih 200 macam menu. 7. Pelatihan motivator ASI bagi penjual jamu dan pemilikpekerja salon kecantikan. Kegiatan ini dilakukan karena penjual jamu dan pekerja salon kecantikan banyak berinteraksi dengan para calon pengantin, ibu hamil dan ibu menyusui. Sebanyak 60 peserta telah mengikuti pelatihan ini. 8. Pelatihan motivator Kelompok Pendukung ASI KP-ASI bagi 70 kader kesehatan.. 9. Pelatihan 49 konselor ASI. 10. Pengukuhan Duta ASI Ekslusif dan Persalinan Aman Kecamatan se-Kabupaten Probolinggo tanggal 15 Oktober 2014 untuk mempromosikan dan menggerakkan masyarakat untuk memberikan ASI Eksklusif selama 6 enam bulan dan dilanjutkan hingga usia 2 dua tahun serta tidak menggunakan susu formula. Sebanyak 24 orang Duta ASI Eksklusif dan Persalinan Aman dikukuhkan oleh Bupati Probolinggo. Duta ASI dipilih dan diseleksi oleh kecamatan dan Puskesmas. Kemudian, Duta ASI dan Persalinan Aman yang terpilih mendapat pelatihan dan menyusun program kerja mereka. Pelatihan yang diselenggarakan tanggal 16 Oktober 2014 bertujuan menyiapkan para Duta ASI untuk membantu promosi ASI di wilayahnya.

d. Masyarakat Peduli ASI: Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan

Gerakan peduli ASI di Kota Makassar diawali oleh penerbitan Peraturan Walikota no. 49 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. Setelah sosialisasi peraturan ini, pemerintah Kota Makassar melakukan banyak kegiatan promosi ASI eksklusif sehingga lebih banyak masyarakat yang sadar tentang pentingnya ASI Eksklusif dan banyak kegiatan promosi ASI bermunculan, salah satunya adalah Bapak Peduli ASI. Gerakan Bapak Peduli ASI di Kota Makassar dicetuskan setelah para pemerhati ASI yang terdiri dari berbagai unsur masyarakat dan pemerintah melakukan diskusi tentang kesehatan ibu dan anak, serta ASI. Diskusi tersebut menemukan bahwa masih banyak ibu, terutama yang berasal dari kalangan ekonomi bawah, memberikan susu formula karena mereka kurang memahami manfaat ASI dan laki-laki juga memiliki peran Halaman 40 penting untuk mendukung ibu menyusui dan memastikan bayi tumbuh sehat. Kondisi ini mendorong anggota masyarakat laki-laki untuk terlibat dalam kegiatan promosi melalui Bapak Peduli ASI. Para anggota Bapak Peduli ASI bekerja dengan komitmen tinggi dan swadaya meskipun mereka belum mendapatkan surat keputusan dari pihak berwenang karena skala kegiatan mereka masih relatif kecil. Tidak hanya mendukung pembentukan kelompok-kelompok penggiat ASI, dinas kesehatan Kota Makassar, dengan dukungan USAID Kinerja, membuat modul pembelajaran sebaya untuk penggiat ASI. Modul ini dibuat untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang persalinan aman dan IMD ASI serta meningkatkan kapasitas mereka untuk melakukan advokasi sehingga program ini dapat memberikan dampak yang besar. Penulisan modul dimulai dengan Focus Group Discussion antara dinas kesehatan staff bina kesehatan masyarakat, kelompok masyarakat, kepala puskesmas dan LSM lokal mitra USAID Kinerja, Esensi untuk membahas isi modul tersebut. Kemudian, Esensi dan dinas kesehatan menulis modul tersebut dan mengujinya di lapangan sebelum modul dicetak. Anggaran yang diperlukan a. Kerjasama KUA dan Puskesmas: Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh Kerjasama ini tidak memerlukan biaya terlalu besar. Puskesmas dan stafnya hanya perlu memanfaatkan waktu dan kesempatan yang diberikan oleh KUA pada saat pelaksanaan kursus calon pengatin. Anggaran yang dibutuhkan hanya untuk transportasi dalam daerah bagi bidan koordinator yang memberikan materi tentang IMD dan ASI eksklusif di kantor KUA. Halaman 41

b. Pelarangan Susu Formula: Puskesmas Beji, Kabupaten Tulungagung, Propinsi Jawa Timur

Meskipun pelarangan susu formula membawa dampak penting terhadap cakupan ASI eksklusif, kebijakan ini hanya memerlukan sedikit biaya. Anggaran yang didapat dari berbagai sumber dana digunakan untuk membiayai kegiatan promosi ASI. Di tingkat puskesmas, dana yang berasal dari BOK digunakan untuk promosi ASI dan sosialisasi pelarangan susu formula selama beberapa tahun.

c. Kampanye ASI Terintegrasi: Kabupaten Probolinggo, Propinsi Jawa Timur

Kabupaten Probolinggo telah mengalokasikan anggaran melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD tahun 2013 dan 2014 untuk kegiatan berikut: 1. Dukungan kegiatan persalinan aman sebesar Rp. 787.000.000; 2. Dukungan kegiatan ASI Eksklusif sebesar Rp. 160.0000.000; 3. Dukungan anggaran untuk promosi Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif sebesar Rp. Rp. 214.000.000. Anggaran yang dialokasikan tersebut merupakan wujud komitmen dan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam rangka mendukung keberhasilan upaya peningkatan Persalinan Aman, IMD dan pemberian ASI Ekslusif.

d.Masyarakat Peduli ASI: Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan

Meskipun semua kegiatan Bapak Peduli ASI dilakukan masyarakat secara swadaya, anggaran tetap diperlukan untuk mendukung kegiatan focus group discussion sehingga lebih banyak masyarakat tertarik bergabung dengan kelompok peduli ASI. Diskusi ini perlu sekitar lima juta rupiah bergantung pada jumlah peserta dan narasumber. Dinas kesehatan Kota Makassar dan USAID-Kinerja mengalokasikan dana sebesar 25 juta rupiah untuk penulisan dan pencetakan Modul Pembelajaran Sebaya untuk Penggiat ASI yang digunakan untuk membiayai empat kali pertemuan penulisan awal dan pencetakan awal. Setiap pelatihan penggiat ASI yang menggunakan modul ini Halaman 42 dengan peserta 45 orang kader kesehatan, anggota forum multi-stakeholder, dan lain- lain perlu sepuluh juta rupiah. Hasil dan dampak program

a. Kerjasama KUA dan Puskesmas: Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh

Setelah kursus calon pengantin memasukkan materi tentang kesehatan ibu dan anak, jumlah pasangan pengantin baru di Kabupaten Bener Meriah yang melakukan IMD dan ASI eksklusif meningkat. Sebagai contoh, dari bulan Juni sampai dengan Desember 2013, 13 calon pengantin mengikuti suscatin dan mendapat informasi tentang persalinan aman, IMD dan ASI eksklusif. Dari 13 pasangan ini, 10 orang sudah hamil dan 8 diantaranya sudah bersalin danmelakukan IMD dan ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan bahwa program ini telah 100 berhasil selama enam bulan pertama. Hasil ini juga menunjukkan bahwa mitos dena sudah menurun secara drastis karena pasangan muda sudah lebih memahami pentingnya ASI. Dari Januari sampai September 2014, 28 pasangan calon sudah mengikuti suscatin dan sudah menerima informasi terkait IMD dan ASI eksklusif. Mereka juga diharapkan melakukan IMD saat ersalin dan menyusui bayinya secara eksklusif.

b. Pelarangan Susu Formula: Puskesmas Beji, Kabupaten Tulungagung, Propinsi Jawa Timur

Dampak kebijakan pelarangan susu formula di Puskesmas Beji sangat besar. Meskipun kebijakan ini baru dilakukan Mei 2013, persentase ibu yang menyusui bayinya meningkat secara drastis, dari 55 menjadi 88. Pada bulan Mei yang sama, delapan desa di wilayah Puskesmas Beji sudah bebas dari peredaran susu formula. Capaian ini jelas merupakan dampak dari kebijakan pelarangan susu formula – tidak ada kegiatan lain yang mempengaruhinya, karena cakupan IMD sudah 100 sebelum susu formula dilarang, dan tidak ada tambahan penyuluhan ASI atau kelas ibu hamil di Puskesmas. Halaman 43 Tabel berikut adalah persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Beji sebelum dan sesudah kebijakan pelarangan susu formula diluncurkan. Cakupan Puskesmas Beji 2013 Jan-Juli Data ASI eksklusif dicatat hanya pada saat bayi berada di tenaga kesehatan. Cakupan Puskesmas Beji 2014 Jan-Okt BULAN WILAYAH PUSKESMAS BEJI Bayi lahir IMD IMD Januari 42 31 74 Februari 42 35 83 Maret 47 36 76.5 April 52 42 81 Mei 55 43 78 Juni 54 41 67 Juli 53 47 88 Agustus 43 38 88 BULAN WILAYAH PUSKESMAS BEJI BAYI LAHIR IMD ASI ASI Januari 50 50 13 26 Februari 53 52 21 40 Maret 63 63 21 33 April 52 52 25 48 Mei 86 86 47 55 Juni 65 65 42 65 Juli 48 48 42 88 JUMLAH 417 416 211 Halaman 44 September 61 56 92 Oktober 60 54 90 JUMLAH 509 423 83 rata- rata Berdasarkan data Puskesmas yang dihitung tiap 6 bulan sekali, yaitu akhir bulan Februari dan Agustus 2014, cakupan ASI Eksklusif di wilayah Puskesmas Beji meningkat sebesar 61,5. Selain itu juga terdapat perubahan penting perilaku bidan praktek mandiri tentang penjualan susu formula. Sejak Peraturan Bupati tertang Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif diterbitkan, sekitar 80 bidan praktek di wilayah kerja Puskesmas Beji sudah mematuhi keputusan Puskesmas untuk menghentikan kerjasama distribusi susu formula. 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 Cakupan IMD Puskesmas Beji 2013 Cakupan IMD 2013 Halaman 45

c. Kampanye ASI Terintegrasi: Kabupaten Probolinggo, Propvinsi Jawa Timur

Walaupun penelitian tentang korelasi antara persalinan aman, IMD dan ASI Ekslusif dengan tingkat angka Kematian bayi AKB di Kabupaten Probolinggo belum dilakukan, data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo 2013, menunjukkan adanya penurunan AKB. Pada tahun 2012, terdapat 230 kasus kematian bayi dan pada tahun 2013, terdapat 201 kematian bayi dari 18.202 kelahiran hidup – hal ini berarti AKB turun dari 12,43 menjadi 11,04 per 1.000 kelahiran hidup. Dampak dari program persalinan aman, IMD dan ASI ekslusif juga berdampak pada penurunan jumlah bayi lahir dengan berat badan rendah BBLR. Berdasarkan data puskesmas tahun 2013, persentase BBLR turun dari 5,26 di 2012 menjadi 5,24 953 dari 18.202 kelahiran hidup tahun 2013. Capaian ini terjadi karena ibu hamil lebih memahami dan sadar untuk menjaga status gizinya.

d. Masyarakat Peduli ASI: Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan

Kerjasama antara kader kesehatan, PKK, Multi-Stakeholder Forum baik tingkat kecamatan maupun tingkat kota, dan Bapak Peduli ASI telah mendorong lebih banyak keluarga memberikan bayi ASI eksklusif. Sejak berbagai kegiatan promosi ASI Gambar 5. Bidan membantu ibu memberikan ASI kepada bayinya Halaman 46 dilakukan, persentase ibu menyusui bayi secara eksklusif di wilayah puskesmas mitra meningkat hampir dua kali lipat. Misal, persentase cakupan ASI eksklusifdi wilayah Puskesmas Patingalloang, Kec. Mamajang, naik dari 48 sampai 72. Kenaikan ini paling terlihat pada ibu dari kalangan ekonomi bawah yang rata-rata bermatapencaharian sebagai penjual atau penangkap ikan. Cakupan ASI Eksklusif di ke-tiga Puskesmas mitra, Kota Makassar 2012 2014 Puskesmas Cenderawasih 58 76 Puskesmas Batua 61 84 Puskesmas Patingalloang 48 72 Cakupan ASI Eksklusif di Kota Makassar, tahun 2010 sampai tahun 2013. Sejak gerakan Bapak Peduli ASI diluncurkan, para ibu lebih sadar tentang manfaat ASI dan membandingkan kelebihan dan kekurangan ASI dan susu formula dengan Halaman 47 mempertimbangkan isu harga, gizi dan kenyamanan sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat untuk mereka. Selain perubahan perilaku, sikap para ibu tentang ASI dan kesehatan bayi juga berubah. Sekarang, mereka lebih terbuka membahas isu terkait ASI, susu formula, gizi, dan pertumbuhan bayi. Para ibu yang menyusui secara eksklusif tidak lagi merasa malu karena tidak memberikan susu formula yang selama ini dianggap lebih bergengsi. Alih- alih, ibu menyusui merasa bangga karena dapat menyusui anaknya secara eksklusif. Monitoring dan evaluasi a. Kerjasama KUA dan Puskesmas: Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh Dinas kesehatan dan kantor kementerian agama Kabupaten Bener Meriah, sebagai badan yang mangawasi KUA secara langsung, melakukan monitoring dan evaluasi bersama untuk memastikan kerjasama lintas sektor ini berjalan efektif dan bermanfaat. Meskipun belum ada data jelas tentang kenaikan cakupan IMD dan ASI eksklusif paska kerjasama ini, data puskesmas menunjukkan bahwa semua pasangan pengantun yang mendapat pembekalan tentang IMD dan ASI eksklusif ketika melakukan kursus calon pengantin telah melakukan IMD pada saat bersalin. Selain monitoring di tingkat kabupaten, bidan koordinator di puskesmas juga memonitor pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif di wilayahnya menggunakan laporan bidan desa. Bidan koordinator juga melakukan wawancara langsung dengan para ibu dan meminta umpan balik dan masukan mereka tentang program IMD dan ASI eksklusif ini.

b. Pelarangan Susu Formula: Puskesmas Beji, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur

Meskipun belum ada sistem monitoring dan evaluasi formal terhadapa penghentian penjualan susu formula di wilayah Puskesmas Beji, Puskesmas Beji telah melakukan monitoring dan evaluasi informal. Bidan Puskesmas melakukan kunjungan ke polindes dan rumah bidan desa untuk memastikan mereka tidak menjual susu formula dan telah melakukan penyuluhan ASI kepada setiap ibu hamil dan ibu bersalin. Halaman 48 Dampak lain program ini adalah pencatatan data kesehatan ibu dan anak yang lebih baik di Puskesmas Beji dan fasilitas kesehatan dibinanya. Puskesmas juga mampu menggunakan data tersebut untuk membuat rencana kerja dan tindakan perbaikan yang perlu dilakukan. Puskesmas ini juga berencana melakukan inspeksi mendadak untuk memastikan seluruh bidan praktik di wilayah kerja puskesmas tidak menjual susu formula.

c. Kampanye ASI Terintegrasi: Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur

Monitoring dan evaluasi kampanye ASI di Kabupaten Probolinggo masih terbatas pada pertemuan rutin MSF di tingkat kabupaten untuk membahas pengalaman di lapangan. Saat ini pemerintah Kabupaten Probolinggo, dengan bantuan USAID Kinerja, masih melakukan uji coba instrumen monitoring dan evaluasi yang baku untuk mengukur perkembangan persalinan aman, IMD dan ASI eksklusif di tiap puskesmas. Instrumen ini akan digunakan dalam kegiatan monitoring dan evaluasi rutin dan sistematis setelah proses uji coba selesai. Hasil monitoring di tingkat puskesmas tersebut akan dibahas di tingkat kabupaten dan digunakan untuk menentukan langkah selanjutnya untuk meningkatkan cakupan persalinan aman,IMD dan ASI eksklusif.

d. Masyarakat Peduli ASI: Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan

Gerakan Bapak Peduli ASI dimonitor secara mandiri oleh para anggota Bapak Peduli ASI. Mereka biasanya mendiskusikan dan menyelesaikan masalah yang mereka temukan dalam gerakan ini dalam kelompok. Namun, jika masalah tersebut perlu ditindaklanjuti lembaga lain, maka mereka akan menghubungi tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, danatau dinas kesehatan untuk mendapatkan masukan. Tantangan yang dihadapi a. Kerjasama KUA dan Puskesmas: Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh Halaman 49 Hingga saat ini belum ada tantangan penting yang ditemukan karena semua pihak memiliki komitmen untuk melaksanakan kerjasama lintas sektor ini. Namun, mutasi jabatan di puskesmas dan KUA perlu mempertimbangkan keberlanjutan kerjasama ini. Para pejabat baru di kedua instansi tersebut perlu memahami dan melanjutkan program edukasi persalinan aman, IMD dan ASI eksklusif yang terintegrasi dengan suscatin.

b. Pelarangan Susu Formula: Puskesmas Beji, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur

Tantangan awal kebijakan ini adalah keengganan bidan praktik di sekitar Puskesmas Beji untuk memutuskan kontrak dengan distributor susu formula karena ada insentif dari distributor. Tetapi, setelah pihak puskesmas sering melakukan kunjungan dan sosialisasi peraturan bupati tentang persalinan aman, IMD dan ASI eksklusif kepada bidan praktek, mereka lebih sadar dan sekarang sekitar 80 bidan praktek memutuskan kontrak dengan distributor susu formula. Kendala lain yang cukup besar adalah sulitnya meyakinkan masyarakat bahwa ASI penting untuk bayi usia 0-6 bulan. Masih ada sebagian ibu menyusui yang memberikan susu formula karena pengaruh tetangga, orang tua, pihak keluarga, dan lingkungan. Tantangan ini banyak ditemukan pada ibu dengan produksi ASI rendah karena bayi mereka terus menangis. Persoalan ini diatasi melalui berbagai kampanye intensif tentang IMD dan ASI eksklusif yang dilakukan oleh bidan.

c. Kampanye ASI Terintegrasi: Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur

Meskipun berbagai program kampanye ASI di kabupaten Probolinggo mulai menunjukkan dampak, pemerintah kabupaten masih perlu bekerja keras untuk mengubah perilaku masyarakat terkait IMD dan ASI eksklusif dan mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD dan Tujuan Pembangunan Milenium MDGs. Berdasarkan laporan dinas kesehatan Kabupaten Probolinggo, capaian ASI eksklusif masih 41,44. Halaman 50 Tantangan program ini adalah: • Pemahaman masyarakat tentang manfaat ASI masih rendah. • Kecemasan ibu, terutama ibu yang bekerja, tidak dapat memberikan ASI yang cukup sehingga bayi tidak kenyang dan mereka perlu makanan tambahan. • Adanya mitos masyarakat bahwa kondisi tertentu puting susu ibu tidak cocok untuk menyusui. • Masih ada tenaga kesehatan yang tidak menyarankan IMD. • Promosi susu formula jauh lebih gencar dibandingkan dengan promosi ASI Ekslusif. • Orang tua merasa bangga bila dapat memberikan susu formula kepada bayinya, terlebih susu formula yang mahal harganya. • Keterbatasan personil dinas kesehatan dan kader untuk mendukung penuh promosi IMD dan ASI eksklusif. • Perlu banyak waktu dan upaya berkesinambungan untuk mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat tentang IMD dan ASI eksklusif. Secara umum, banyak ibu menyusui selama beberapa minggu setelah bersalin, tetapi tidak menyelesaikan ASI eksklusif dan beralih ke susu formula karena ibu harus mulai bekerja dan tidak memungkinkan untuk menyusui, tidak ada dukungan keluarga atau pengaruh iklan dan masyarakat. Oleh karena itu berbagai kampanye ASI yang terintegrasi seperti yang dilakukan pemerintah Kabupaten Probolinggo dapat memberikan rasa optimisme untuk dapat mencapai keberhasilan dalam Persalinan Aman, IMD dan Pemberian ASI Ekslusif.

d. Masyarakat Peduli ASI: Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan

Tantangan terbesar program ASI di Kota Makassar adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang ASI sehinga lebih banyak ibu memilih memberikan susu formula yang lebih mahal dan kurang sehat dibanding ASI. Selain itu, ASI masih dianggap sebagai isu perempuan sehingga laki-laki kurang peduli. Gerakan Bapak Peduli ASI perlu bekerja keras dan menggunakan berbagai strategi untuk mengubah pola pikir ini Halaman 51 dan mengajak lebih banyak laki-laki untuk mendukung para istri memberikan ASI eksklusif untuk bayinya. Keberlanjutan dan peluang replikasi a. Kerjasama KUA dan Puskesmas: Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh Edukasi kesehatan ibu dan anak yang terintegrasi mulai mengubah pola pikir dan perilaku pasangan baru untuk melakukan IMD dan ASI eksklusif. Setelah melihat dampak ini, KUA Bener Meriah berkomitmen melanjutkan program ini karena pasangan baru perlu memahami manfaat ASI untuk bayi. Program ini mudah direplikasi di daerah lain di seluruh Indonesia karena hampir semua daerah sudah menawarkan kursus kepada calon pengantin, dan informasi IMD dan ASI eksklusif bisa diberikan pada saat yang sama. Untuk melakukan program ini, fasilitator suscatin perlu mendapat pelatihan tentang IMD dan ASI eksklusif sehingga merekamampu menjelaskan isu ini dengan baik baik kepada calon pengantin. Selain itu, penjelasan tentang IMD dan ASI eksklusif sebaiknya disesuaikan dengan agama calon pengantin agar lebih mudah diterima.

b. Pelarangan Susu Formula: Puskesmas Beji, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur

Upaya keras dibutuhkan di Indonesia untuk memberantas pemberian susu formula. Pemasarannya sangat kuat dan berada di mana saja, dan perlawanan susu formula harus mengikutsertakan masyarakat maupun pemerintah daerah khususnya. Pelarangan susu formula di Kab. Tulungagung dilakukan oleh pemerintah daerah melalui peraturan dan pengawasan, oleh Puskesmas melalui perhentian promosi dan penjualan susu formula, dan oleh masyarakat melalui dukungan kepada ibu menyusui. Program ini perlu dilakukan di seluruh Indonesia dengan komitmen yang kuat dari pihak pemerintah maupun masyarakat. Halaman 52 Kesadaran dan komitmen staff Puskesmas Beji dan dinas kesehatan untuk meningkatkan cakupan IMD dan ASI eksklusif memperkecil kemungkinan adanya promosi dan penjualan susu formula di wilayah kerja puskesmas. Puskesmas Beji melanjutkan kebijakan pelarangan susu formula dengan melakukan berbagai upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak secara umum, seperti kelas ibu hamil di delapanj desa dan kelompok peduli ASI di tiga desa. Penyuluhan tentang ASI eksklusif selalu dilakukan di kegiatan-kegiatan tersebut. Untuk menjaga keberlanjutan program, bidan desa telah mengadvokasi pemerintah desa untuk menyediakan dana. Hasilnya, beberapa desa telah memasukkan program kesehatan ibu dan anak dalam RPJM Desa dan akan mulai mendapat dukungan dana Alokasi Dana Desa ADD pada tahun 2015.

c. Kampanye Terintegrasi ASI, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur

Kerjasama antara Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo dan MSF untuk mempromosikan IMD dan ASI eksklusif perlu dilanjutkan. Melanjutkan upaya tersebut, puskesmas membuat dan mensosialisasikan prosedur operasional standar SOP persalinan aman, IMD dan ASI eksklusif untuk memastikan layanan puskesmas diberikan dengan tepat. Selama kampanye ASI berjalan, pemerintah Kabupaten Probolinggo telah melakukan berbagai terobosan seperti: 1. Mengoptimalkan peran dan fungsi Duta ASI kecamatan serta melakukan evaluasi berkala kegiatan peningkatkan capaian ASI, termasuk memberikan penghargaan kepada Duta ASI kecamatan yang berhasil; 2. Melaksanakan inspeksi mendadak secararkala dan menerapkan sanksi tegas bagi petugas kesehatan yang masih menjual susu formula; Halaman 53 Gambar 6. Bapak menggendong bayinya ketika mengikuti sosialisasi tentang ASI eksklusif dan IMD. 3. Memberikan bibit katuk kepadasemua ibu hamil saat pemeriksaan K1 atau K2 sehingga mereka dapat memasak daun katuk setelah melahirkan; 4. Memperluas gerakan penanaman daun katuk dan kelor di seluruh wilayah kabupaten dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat; 5. Mengundang ibu yang sukses memberikan ASI Eksklusif untuk berbagi pengalaman di kelas ibu jamil; 6. Memperbaikiprosedur layanan dan meningkatkan kualitas layanan dengan mengikutsertakan partisipasi masyarakat; 7. Mengadvokasi pemerintah kabupaten untuk mengalokasikan anggaran di APBD dan pemerintah desa untuk menyediakana dana dari ADD sehingga program ini dapat berlanjut.

d. Masyarakat Peduli ASI: Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan

Sejak kelompok Bapak Peduli ASI dibentuk tahun 2012, anggotanya masih berkomitmen untuk melakukan kegiatan edukasi kesehatan ibu dan anak dan kunjungan rumah ibu hamil dan ibu nifas. Gerakan Bapak Peduli ASI ini penting untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa ASI merupakan tanggungjawab bapak dan ibu. Gerakan ini dapat dibentuk di mana saja, di desa, kecamatan dan kabupatenkota. Kelompok peduli ASI yang beranggota laki-laki penting untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa pemberian ASI bukan hanya tanggungjawab ibu. Kelompok Bapak Peduli ASI bisa sangat mempengaruhi keadaan dan kepercayaan setempat di daerah yang terdampak akibat promosi dan pengiklanan susu formula – yang juga berlangsung hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kelompok seperti Bapak Peduli ASI bisa dibentuk di mana saja dan di beberapa tingkat, seperti desa, kecamatan, dan kabupatenkota. Halaman 54 Keterlibatan bapak-bapak penting dalam pemberian ASI, yang sampai sekarang masih dianggap sebagai persoalan ibu-ibu saja. Bapak Peduli ASI sudah diakui oleh Dinas Kesehatan sebagai gerakan yang penting untuk peningkatan pemberian ASI ekslusif kepada bayi, dan mereka sangat berharap untuk melanjutkan kerjasama dengan pemerintah ke depan. Hasil pembelajaran dan rekomendasi - Pentingnya Peraturan Bupati Walikota. Peraturan ini memberikan dasar hukum kepada tenaga kesehatan untuk mengajak masyarakat untuk meninggalkan susu formula dan memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif. Para tenaga kesehatan ini merasa lebih berani dan berkomitmen karena ada dukungan resmi dari pemerintah untuk kegiatan mereka, yang bisa ditunjukkan jika ada yang keberatan. Direkomendasikan kepada Bupati dan Walikota untuk menyusun dan menerbitkan Peraturan Bupati Walikota dalam upaya peningkatan pemberian ASI Eksklusif di daerahnya. - Inovasi dalam bentuk promosi ASI. Peredaran susu formula sudah menjangkau desa yang paling terpencil dan jauh dari kota. Dengan adanya iklan di televisi, radio, koran, dan majalah, para ibu dan keluarganya sering terpengaruhi mitos bahwa sufor lebih baik untuk bayi karena ASI saja tidak cukup untuk memuaskan nafsu makannya. Ini berarti sekarang dibutuhkan kegiatan yang inovatif dan lebih menarik untuk mempromosikan ASI, seperti yang dilakukan oleh kabupaten dan kota yang telah didokumentasikan dalam tulisan ini. Hanya melalui promosi ASI yang kreatif maupun informatif akan mampu mengubah persepsi masyarakat tentang pentingnya ASI eksklusif dan pada gilirannya terjadi peningkatan pemberian ASI ekslusif. - Komitmen dari instansi maupun individu sangat penting bagi keberhasilan. Komitment kuat dari semua pihak terkait dibutuhkan untuk pelaksanaannya, baik bupati walikota, dinas kesehatan setempat, puskesmas, bidan, dukun, hingga kepala desa. Peraturan atau kebijakan tidak akan efektif jika tidak ada komitmen para pihak untuk melaksanakannya. Misalnya di Kabupaten Tulungagung, Halaman 55 pelarangan susu formula tidak berpengaruh kalau tidak ada bidan yang siap mengikuti penghentian penjualan sufor dan siap melakukan kunjungan ibu-ibu di rumahnya untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya ASI. Tanpa komitmen tinggi, tidak akan ada dampak kepada perilaku dan kepercayaan. - Pengumpulan data kesehatan masih perlu diperbaiki. Salah satu persoalan yang muncul di hampir tiap daerah adalah masalah data terkait IMD dan ASI Eksklusif. Kebanyakan daerah belum mengumpulkan dan mencatat data IMD dan ASI Eksklusif, sehingga penilaian terhadap dampak dan keberhasilan program sulit diukur. Direkomendasikan dinas kesehatan kabupatenkota menambahkan kolom IMD dan kolom ASI Eksklusif di dalam PWS KIA, dan meminta Puskesmas untuk mencatat jumlah IMD dilakukan dan cakupan ASI Eksklusif. Halaman 56 Informasi kontak Kerjasama KUA dan Puskemas: Kab. Bener Meriah, Provinsi Aceh Ibu Risnawati, Amd.Keb Kepala Puskesmas Kecamatan Bukit Jl. Mesjid Babussalam, Simpang Tiga Redelong, Kab. Bener Meriah Pelarangan Susu Formula: Puskesmas Beji, Kab. Tulungagung, Propinsi Jawa Timur Ibu Winny Isnaini Staf Lembaga Perlindungan Anak LPA Tulungagung email: wisnaini2003yahoo.com Kampanye ASI: Kab. Probolinggo, Propinsi Jawa Timur Ibu Ana Maria Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo email: annamariadsymail.com Masyarakat Peduli ASI: Kota Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan Ibu Siti Rohani Local Public Service Specialist, USAID Kinerja email: sitirohani.mksgmail.com Halaman 57 Program kesehatan USAID Kinerja bekerjasama dengan pemerintah daerah dan puskesmas meningkatkan pelayanan kesehatan di tiga sektor: Persalinan Aman, ASI Eksklusif dan Inisasi Menyusui Dini, serta Manajemen Puskesmas. Meningkatkan Kualitas Ante Natal Care Menggunakan Kartu Kontrol dan SOP Meningkatkan Kualitas Ante Natal Care Menggunakan Kartu Kontrol dan SOP Situasi sebelum program dilakukan Salah satu tantangan terbesar Indonesia dalam pencapaian target tujuan pembangunan millennium MDGs 2015 di bidang kesehatan ibu dan anak adalah pelayanan kesehatan yang tidak merata dan tidak terstandar, terutama di fasilitas kesehatan di tempat terpencil. Puskesmas Sungai Raya Kepulauan, salah satu puskesmas di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat harus harus melayani rata-rata 400 ibu hamil setiap tahun dengan fasilitas yang terbatas. Puskemas ini mencakup tiga puskesmas pembantu, enam polindes – empat di antaranya rusak berat, tujuh poskesdes,17 posyandu dan. memiliki satu ambulans yang melayani penduduk di daerah daratan sehingga warga yang tinggal di pulau sulit mengakses fasilitas kesehatan. Puskesmas Sungai Raya Kepulauan memiliki satu dokter, 12 bidan dan 20 dukun Selain itu, puskesmas ini tidak memiliki ruang bersalin sehingga ibu harus bersalin di polindes atau poskesdes yang letaknya juga lebih dekat dengan pemukiman mereka. Meskipun memiliki keterbatasan fasilitas, Puskesmas Sungai Raya Kepulauan telah berkomitmen untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan ibu dan anak. Pada tahun 2012, tenaga kesehatan puskesmas ini membantu 338 ibu bersalin di fasilitas kesehatan atau di rumah, dan dukun membantu 29 ibu bersalin di rumah. Selama tahun 2012, tidak ada kematian ibu tetapi ada dua bayi lahir mati dan 12 bayi meninggal pasca lahir. Seperti di daerah lain di Indonesia, layanan kesehatan untuk ibu hamil di Puskesmas Sungai Raya Kepulauan belum terstandar sehingga kualitas layanan di fasilitas kesehatan di wilayah puskesmas ini sangat beragam. Untuk mengatasi tantangan ini, Halaman 58 Gambar 1. SOP ANC di salah satu puskesmas mitra USAID Kinerja. puskesmas menyusun panduan paket standar layanan – yang kemudian dinamakan Standard Operating Procedure for Antenatal Care SOP ANC . Bentuk inovasi Pelayanan publik termasuk pelayanan kesehatan harus dapat dipertanggunggugatkan dijamin akuntabilitasnya oleh pemberi dan penerima layanan. Salah satu bentuk pelayanan publik yang akuntabel adalah pelayanan yang berdasarkan prosedur operasional standar SOP. SOP adalah dokumen yang berisi serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai cara melakukan kegiatan, waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan dan aktor yang berperan dalam kegiatan. Dengan adanya prosedur tetap yang bersifat standar ini, langkah-langkah melakukan kegiatan tersebut tidak berubah meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, pada waktu dan di tempat yang berbeda sehingga kualitas hasil kegiatan terstandar. SOP sangat tepat diterapkan pada kegiatan organisasi yang cenderung bersifat rutin, berulang, serta menghendaki adanya keputusan yang terprogram guna melayani pelanggannya, misal proses pendaftaran pasien, proses pemeriksaan laboratorium, proses pelayanan obat, dan sebagainya. Dengan penerapan SOP secara konsisten maka semua kegiatan organisasi memiliki pedoman penyelenggaraan kegiatan yang merupakan suatu kebijakan yang komprehensif dalam peningkatan pelayanan dan kinerja organisasi. Di bidang kesehatan, SOP menjadi penuntun petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan teknis yang menjadi inti pelayanan kesehatan, yaitu menyangkut pengobatan dan tindakan medis pada pasien. SOP dirancang berdasarkan ilmu Halaman 59 kesehatan, dan ditetapkan sebagai standar nasional bahkan standar internasional, dan wajib dilaksanakan. Kualitas pelayanan kesehatan dapat dinilai berdasarkan input, proses dan ouput. Fasilitas kesehatan mewah dan alat kesehatan canggih merupakan faktor input yang sering diasosiasikan dengan kualitas layanan yang baik oleh pengguna layanan terutama masyarakat kelompok menengah ke atas. Sedangkan, SOP merupakan aspek kualitas dari sisi proses di mana seluruh pelayanan dilakukan sesuai dengan standar yang bisa dipertanggungjawabkan. Sedangkan output pelayanan dapat diukur dari tingkat kepuasan pengguna layanan, tingkat kesembuhan, dan rendahnya kematian ibu. Dengan bantuan USAID Kinerja, Puskesmas Sungai Raya Kepulauan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatannya dengan fokus pada aspek proses, yaitu menyusun SOP ANC sebagai alat untuk meningkatkan kualitas program persalinan aman, IMD dan ASI eksklusif. SOP ANC ini terdiri dari beberapa standar layanan, termasuk Standar Layanan Antenatal Care 10T, Alur Layanan Antenatal Terpadu di Puskesmas, Alur Rujukan Gawat Darurat Obstetri dan Neonatal, Protab Antenatal Care, Daftar Tarif, dan Waktu Tunggu Pelayanan. Puskesmas ini juga membuat kartu kontrol sebagai alat untuk memonitor pelaksanaan SOP. Program ini inovatif karena mengembangkan pendekatan yang memungkinkan pengguna layanan mengetahui hak kesehatan mereka. Puskesmas didorong untuk mensosialisasikan SOP yang telah disusun dan memajangnya sehingga masyarakat mengetahui prosedur layanan kesehatan. Selain itu, SOP disusun dengan mengacu pada standar pelayanan kesehatan sesuai amanat UU No. 252009 tentang Pelayanan Publik bahwa “Penyelenggara berkewajiban menyusun dan menetapkan standar pelayanan dengan memperhatikan kemampuan penyelenggara, kebutuhan masyarakat, dan kondisi lingkungan” pasal 20 ayat 1. UU tersebut juga mengamanatkan penyusunan Standar Pelayanan Publik Halaman 60 SPP ini dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat seperti tersurat dalam pasal 20 ayat 2, dengan tidak diskriminatif, terkait langsung dengan pelayanan, memiliki kompetensi dan mengutamakan musyawarah, dan memperhatikan keberagaman. Selain itu, SOP dan standar pelayanan dapat membantu fasilitas kesehatan mengidentifikasi kesenjangan antara layanan yang ideal dan situasi yang sebenarnya. Informasi ini diberikan kepada instansi yang menetapkan prosedur tersebut sebagai masukan untuk memperbaiki kinerja layanan dan organisasi. Berbagai manfaat Standar Layanan dan SOP yang digunakan dalam organisasi diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Sebagai alat standarisasi cara atau tindakan sehingga kapanpun kegiatan tersebut dilaksanakan dan oleh siapapun, akan memperoleh hasil yang sama 2. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian 3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas 4. Memberikan informasi mengenai beban tugas yang dipikul oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya. 5. Sebagai instrumen yang dapat melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum karena tuduhan penyimpangan 6. Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari 7. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas 8. Menjamin konsistensi pelayanan kepada masyarakat, baik dari sisi mutu, waktu dan prosedur 9. Memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang harus dikuasai oleh pegawai dalam melaksanakan tugasnya 10. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas. Halaman 61 Untuk memonitor pelaksanaan SOP, Puskesmas Sungai Raya Kepulauan bekerjasama dengan USAID Kinerja menerapkan mekanisme kartu kontrol yang dibagikan kepada ibu hamil sebagai pengguna layanan. Para ibu mendapatkan kartu kontrol dari petugas puskesmas yang mencantumkan jenis pelayanan ANC yang harus diterima pada periode pemeriksaan kehamilan: K1, K2 K3, dan K4. Setiap kartu kontrol terdapat kolom jenis pelayanan dan harus ditandatangani oleh petugas yang memberi pelayanan. Setelah mendapatkan pelayanan, ibu dan suami memberikan komentar terhadap hasil pelayanan tersebut. Mereka boleh memberikan pengaduan, apresiasi, dan saran lainnya. Kemudian sebagian dari kartu itu dipotong dan dimasukkan isian saran, pengaduan dan lainnya ke dalam kotak pengaduanapresiasi, sedangkan bagian yang tidak dimasukkan dalam kotak saran dapat dibawa pulang dan ibu dan keluarganya dapat membaca informasi yang berkaitan dengan kehamilannya. MSF mengawal penerapan SOP dan kotak pengaduan dan apresiasi ini. Kotak ini dibuka setiap bulan bersama sama antara petugas Puskesmas dengan MSF. SOP ANC dan kartu kontrol juga dilaksanakan di dua puskesmas mitra Kinerja lain di Kabupaten Bengkayang, yaitu Puskesmas Seluas dan Puskesmas Bengkayang dengan baik. Banyak contoh SOP dan standar layanan ANC bisa ditemukan di internet, di buku dan dokumen lain yang disediakan oleh Kementerian Kesehatan. Misalnya, Puskesmas Sungai Raya menggunakan contoh alur pelayanan antenatal terpadu dari Buku Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu 2012 sebagai dasar untuk alur layanan KIA mereka. Buku seperti ini sangat membantu dalam proses penyusunan SOP ANC, dan disediakan gratis. Halaman 62 Proses pelaksanaan program 1. Pemetaan SOP dan standar layanan yang sudah ada di tingkat puskesmas dan dinas kesehatan. Kepala Puskesmas Sungai Raya Kepulauan dan stafnya mengumpulkan semua SOP dan standar layanan yang pernah dilaksanakan di puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, poskesdes, dan posyandu. Kemudian, jenis SOP dan standar layanan diidentifikasi, dan dievaluasi apakah SOP tersebut sudah sesuai standar yang direkomendasikan oleh dinas kesehatan atau Kementerian Kesehatan. 2. Pemetaan SOP dan standar layanan yang seharusnya ada. Kepala Puskesmas Sungai Raya dan staffnya serta perwakilan masyarakat yang tergabung dalam forum multi-stakeholder MSF mendiskusikan kualitas layanan kesehatan yang telah ada di puskesmas, standar pelayanan dan SOP. Kemudian, mereka mengidentifikasi program dan kegiatan yang belum memiliki SOP dan standar layanan, salah satunya adalah SOP ANC. Meskipun puskesmas telah memiliki prosedur ANC sesuai dengan rekomendasi Gambar 2. Staff puskesmas mitra USAID Kinerja memetakan SOP dan capaian standar pelayanan kesehatan di puskesmas mereka. Halaman 63 Kementerian Kesehatan, prosedur ini belum menyebutkan waktu dan tarif layanan dengan jelas. 3. Penyusunan SOP baru dan perbaikan SOP yang sudah ada secara partisipatif. Penyusunan SOP ANC di Puskesmas Sungai Raya Kepulauan dilakukan secara partisipatif dan terbuka. SOP tidak hanya disusun oleh kepala puskesmas atau bidan koordinator tetapi juga melibatkan staff lainnya dan MSF agar seluruh staff puskesmas merasa ikut memiliki dan berkomitmen melaksanakan SOP dan masyarakat mengetahui tentang layanan yang berhak mereka terima. Selama proses penyusunan ini, puskesmas dan perwakilan masyarakat mendiskusikan judul SOP, tujuan, urutan kegiatan, lama waktu dan penanggungjawab layanan. Setelah SOP disepakati, prosedur tersebut disusun dan diujicoba di lapangan. Di Puskesmas Sungai Raya, SOP ANC mencakup beberapa standar dan alur layanan, yaitu Standar Layanan Antenatal Care 10T, Alur Layanan Antenatal Terpadu di Puskesmas, Alur Rujukan Gawat Darurat Obstetri dan Neonatal, Protab Antenatal Care, Daftar Tarif, dan Waktu Tunggu Pelayanan. Semua prosedur tersebut disusun sebisa mungkin mengikuti standar nasional.

4. Penetapan dan sosialisasi SOP kepada seluruh staf. Seluruh staff

puskesmas harus mengetahui kapan SOP mulai diberlakukan. Setelah kepala puskesmas menyetujui SOP ANC, kepala puskesmas melakukan sosialiasi kepada seluruh staff dan meminta petugas yang terlibat dalam pemeriksaan kehamilan untuk melaksanakan prosedur tersebut.

5. Publikasi SOP agar transparan. Puskesmas perlu mensosialisasikan semua

standar dan alur layanan SOP ANC kepada tenaga kesehatan dan ibu hamil serta keluarganya. Keterbukaan ini dapat meningkatkan kepercayaan pasien terhadap tenaga kesehatan dan meningkatkan kualitas tata kelola layanan kesehatan. 6. Di Puskesmas Sungai Raya Kepulauan, diakui bahwa lebih baik dan jelas kalau SOP ANC terpasang di ruang KIA agar ibu hamil sempat membacanya, dari pada kalau SOP tersebut disimpan di dalam laci saja seperti SOP lain sebelumnya. Disepakati bula supaya Standard Layanan ANC 10T, Alur Halaman 64 Layanan ANC, Alur Rujukan Gawat Darurat Obstetri dan Neonatal, dan Waktu Tunggu Pelayanan ANC dipasang di pintu Ruang KIA; Protab Antenatal Care dari Kemenkes dipasang di dalam Ruang KIA; dan sebuah daftar tarif dibuat untuk setiap jenis pelayanan tersedia di Puskesmas Sungai Raya dan diadakan standing banner di ruang tunggu. Langkah-langkah ini memberikan kesempatan paling besar kepada ibu hamil dan keluarganya untuk membaca dan memahami pelayanan ANC yang seharusnya diberikan di Puskesmas tersebut. 7. Penetapan, sosialisasi dan pemasangan SOP di seluruh wilayah pembinaan Puskesmas. Setelah SOP ANC diujicoba dan ditetapkan, prosedur tersebut disosialisasikan dan dipasang di Puskesmas Sungai Raya Kepulauan dan semua fasilitas puskesmas pembantu, polindes, poskesdes dan posyandu di wilayah puskesmas. Hal ini dilakukan agar kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak sama di semua fasilitas kesehatan. Selain informasi tentang prosedur ANC, daftar tarif dan alur rujukan juga dipasang di semua fasiltas kesehatan agar ibu hamil dan keluarganya lebih memahami biaya pelayanan dan prosedur rujukan jika ibu mengalami persoalan medis.

8. Sosialisasi SOP rutin. Kepala puskesmas perlu mensosialisaikan SOP ANC