Monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini sangat penting dilakukan untuk

7. Monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini sangat penting dilakukan untuk

memastikan program kantung persalinan berjalan baik dan memperbaiki sistem pengumpulan data ibu hamil agar lebih sesuai, efektif dan bermanfaat. Untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi ini, beberapa puskesmas mitra USAID Kinerja melibatkan perwakilan masyarakat yang tergabung dalam forum multi- stakeholder MSF. Keterlibatan masyarakat merupakan kunci untuk menjamin transparansi pelaksanaan program. Selain itu MSF berkomitmen untuk ikut mengawasi pelaksanaan kantung persalinan sebagai upaya untuk mengurangi kematian ibu dan bayi. Anggaran yang diperlukan Pembuatan kantung persalinan dan peta ibu hamil sangat kecil. Material yang diperlukan hanya kertas, kardus atau kain untuk membuat kedua alat pemantau ibu hamil ini, serta kertas kartu kantung persalinan dan pin peta bumil. Anggaran yang diperlukan untuk membuat kantung persalinan dan peta ibu hamil dapat diambil dari dana BOK. Hasil dan dampak program Salah satu daerah yang sudah melaksanakan kantung persalinan dengan baik dan merasakan dampaknya adalah Kota Singkawang, di Kalimantan Barat. Tiga puskesmas di kota ini bekerja sama dengan bekerjasama dengan USAID Kinerja mendorong program persalinan aman selama beberapa tahun. Salah satu puskesmas yang telah berhasil melaksanakan program kantung persalinan adalah Puskesmasingkawang Selatan. Puskesmas Singkawang Selatan telah memiliki kantung persalinan sebelum bekerjasama dengan USAID Kinerja. Namun, kantung persalinan ini hanya berisi informasi mengenai ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas induk saja dan tidak ada informasi tentang kondisi kehamilan ibu yang mengunjungi fasilitas kesehatan lain di wilayah binaan puskesmas. Hal ini menyulitkan tenaga kerja Halaman 79 melakukan tugas mereka karena mereka tidak mengetahui setiap ibu hamil dan taksiran persalinannya. Ibu sering bersalin di puskesmas karena fasilitas pustu dan polindes dianggap kurang lengkap. Namun, staff puskesmas tidak dapat memperkirakan waktu taksiran persalinan karena tidak ada data ibu hamil yang cepat diinformasikan ke puskesmas. Sedangkan menulusuri data ibu hamil di buku kohort dan PWS KIA memerlukan waktu banyak. Sejak bekerjasama dengan USAID Kinerja melalui mitra organisasinya, PKBI Kalbar, tenaga kesehatan di Puskesmas Singkawang Selatan lebih memahami manfaat kantung persalinan. Sekarang, Puskesmas Singkawang Selatan dan fasilitas kesehatan di wilayahnya telah memiliki kantung persalinan yang berisi informasi tentang semua ibu hamil di wilayah ini. Selain itu, tenaga kesehatan lebih dapat menyiapkan dirinya sejak dini untuk menolong persalinan, terutama kehamilan berisiko tinggi, karena sudah mengetahui tentang kondisi ibu sebelum ibu datang ke puskesmas untuk bersalin. Setiap pustu dan pos kesehatan keliling poskeskel di wilayah Puskesmas Singkawang Selatan juga menerapkan kantung persalinan sehingga semua bidan bidan di semua tingkat pelayanan kesehatan dapat lebih siap untuk menolong persalinan. Selain kantung persalinan, Puskesmas Singkawang Selatan juga membuat kantung IMD, ASI eksklusif, dan BGM. Tujuan ketiga kantung ini adalah untuk meningkatkan mutu informasi tentang kondisi bayi di bawah usia dua tahun di sekitar Puskesmas. Dengan informasi tersebut, Puskesmas Singkawang Selatan dapat menilai cakupan IMD, ASI eksklusif, dan pemenuhan gizi, serta menganalisa penyebab persoalan terkait. Data ini membantu para bidan untuk merumuskan rencana tindak lanjut terkait perbaikan kegiatan promosi kesehatan, seperti kelas ibu hamil, penyuluhan ASI, materi informasi pamflet, poster, dll, jadwal posyandu, dan pemberian informasi IMD. Data IMD, ASI eksklusif, dan BGM juga dilaporkan kepada Dinas Kesehatan. Halaman 80 Monitoring dan evaluasi Kantung persalinan di Puskesmas dimonitor dan dievaluasi secara formal dan informal oleh puskesmas, dinas kesehatan dan MSF. Secara informal, bidan koordinator memonitor kantung persalinan setiap minggu. Beliau bertanggungjawab untuk memastikan data semua ibu hamil sudah dimasukkan ke dalam kantung persalinan sesuai dengan tingkat risiko kehamilan ibu. Bidan koordinator dapat memeriksa kelengkapan data ini dengan membanding nama ibu hamil di kantung persalinan dengan buku kohort. Bidan koordinator juga harus mengkaji ulang status risiko ibu hamil dan memastikan statusnya sesuai dengan kondisi ibu tersebut, termasuk warna kartu ibu dalam kantung. Jika bidan koordinator menemukan masalah, beliau perlu memperbaikinya serta menyampaikannya kepada para bidan agar mereka dapat mengisi kartu dengan benar. Selain bidan koordinator, bidan lain juga dapat memeriksa kantung persalinan dan memastikan semua datanya benar. Puskesmas juga melibatkan masyarakat untuk memonitor pelaksanaan kantung persalinan. Para perwakilan masyarakat biasanya hadir dalam lokakarya mini dengan puskesmas untuk membahas tantangan yang dihadapi dalam program persalinan aman, termasuk perkembangan pelaksanaan kantung persalinan dan memberikan umpan balik kepada puskesmas. Selain itu, MSF juga dapat melihat kantung persalinan di puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya sewaktu-waktu. Mereka juga memastikan bahwa puskesmas memberikan informasi tentang status ibu hamil kepada kepala desa camat sehingga mereka dapat menggerakkan anggota masyarakat untuk membantu ibu yang mengalami komplikasi sedini mungkin. Evaluasi secara formal dilakukan oleh dinas kesehatan melalui kunjungan rutin ke puskesmas. Kunjungan ini bertujuan untuk memonitor pekerjaan dan cakupan puskesmas, termasuk sistem data dan alat pemantau kesehatan seperti kantung persalinan. Dinas Kesehatan memeriksa pemanfaatan kantung persalinan dan memberikan masukan serta rekomendasi jika ditemukan tantangan. Dinas kesehatan dapat memonitor beberapa hal sebagai berikut: Halaman 81 - Apakah kantung persalinan diperbarui setiap ada ibu hamil yang periksa K1? - Apakah kartu ibu yang sudah bersalin telah dikeluarkan dari kantung persalinan? - Apakah bidan desa mengirim informasi ibu hamil ke bidan koordinator setiap bulan? - Apakah bidan koordinator mengkaji ulang setiap minggu? - Apakah data ibu hamillengkap? nama, umur, alamat, hari pertama haid terakhir HPHT, taksiran persalinan, risiko - Apakah semua bidan memahami fungsi kantung persalinan? Salah satu puskesmas mitra USAID Kinerja yang berhasil melakukan monitoring dengan baik adalah Puskesmas Singkawang Selatan. Monitoring dan evaluasi di puskesmas ini dilakukan secara formal dan informal serta dibahas setiap bulan saat arisan Ikatan Bidan Indonesia IBI ranting wilayah. Pada saat arisan tersebut, semua bidan di kecamatan Puskesmas Singkawang Selatan membahas penaksiran persalinan, ibu hamil berisiko tinggi dan pemanfaatan kantung persalinan di wilayah mereka. Tantangan yang dihadapi Sebelum bermitra dengan USAID Kinerja, para bidan di puskesmas mitra kurang memahami manfaat kantung persalinan yang berfungsi baik. Meskipun mereka mempunyai kantung persalinan, para bidan tidak memakainya karena sudah ada alat pemantau ibu hamil lain seperti buku kohort. Kantung persalinan yang telah dibuat sering hanya menjadi pajangan dinding. Untuk mengubah perilaku ini perlu upaya besar karena bidan sudah lama bekerja tanpa kantung persalinan. Hal ini terjadi karena banyak bidan tidak dapat membedakan fungsi buku kohort dan kantung persalinan. Buku kohort digunakan untuk mengunmpulkan data. Sedangkan kantung persalinan digunakan untuk memantau ibu hamil dan mempersiapkan pertolongan persalinan. Halaman 82 Selain itu, kantung persalinan di beberapa puskesmas belum mencakup semua desa di wilayahnya karena kurangnya sosialisasi tentang kebutuhan dan manfaat kantung persalinan kepada bidan desa Tantangan ini dapat diatasi dengan komunikasi yang lebih baik. Sebagian besar puskesmas melaksanakan pertemuan lintas sektor dengan perwakilan masyarakat, dinas kesehatan dan instansi pemerintah lain setiap tiga bulan. Pertemuan ini merupakan forum yang sangat penting karena berbagai pihak dapat membahas dan menyelesaikan berbagai isu kesehatan. Namun, pertemuan lintas-sektor ini masih belum digunakan untuk membahas isu kesehatan ibu dan anak. Forum ini biasanya hanya membahas isu yang dianggap lebih penting, seperti jaminan kesehatan nasional JKN. Pertemuan seperti ini perlu dimanfaatkan untuk mendiskusikan lebih banyak isu karena kesehatan masyarakat merupakan tanggungjawab bersama. Selain hambatan di atas, beberapa bidan tidak menggunakan kantung persalinan karena belum mampu memahami risiko ibu hamil. Sementara, kantung persalinan digunakan untuk membantu bidan menilai kondisi setiap ibu hamil termasuk status risikonya. Misal, kartu hamil warna merah menunjukkan bahwa ibu berisiko tinggi. Hal ini berarti bidan masih perlu mendapat pelatihan dan penyegaran ante-natal care ANC, termasuk identifikasi risiko kehamilan sehingga bidan dapat memanfaatkan kantung persalinan. Keberlanjutan dan peluang replikasi Keberlanjutan kantung persalinan sangat bergantung pada komitmen para bidan untuk melaksanakannya. Tanpa komitmen tinggi dari bidan, kantung persalinan tidak akan berguna. Untuk itu perlu ada sosialisasi terus-menerus tentang manfaat kantung persalinan kepada semua tenaga kesehatan di puskesmas dan fasilitas kesehatan lain di wilayahnya. USAID Kinerja dan organisasi mitranya telah bekerjasama dengan puskesmas mitra untuk mengoptimalkan penggunaan kantung persalinan untuk Halaman 83 mendukung persalinan aman. Melalui kerjasama ini, para bidan diharapkan dapat terus memanfaatkan kantung persalinan. Kantung persalinan dapat diterapkan di puskesmas dan fasilitas kesehatan di wilayahnya, seperti Pustu, Poskesdes, Polindes, dan Posyandu. Proses pembuatan kantung tersebut murah dan tidak sulit. Namun para bidan harus berkomitmen untuk mengisi, menganalisa dan menggunakan kantung persalinan. Pengawasan yang kuat dari atasan, seperti kepala puskesmas, bidan koordinator dan staff puskesmas setempat juga sangat diperlukan agar program kantung persalinan dapat berjalan baik. Selain itu, keterlibatan masyarakat atau MSF dalam monitoring dan evaluasi pelaksanaan kantung persalinan dapat mendorong keberlanjutan program ini karena MSF adalah mitra puskesmas dan mereka dapat memberikan umpan balik untuk perbaikan fasilitas kesehatan. Hasil pembelajaran dan rekomendasi Meskipun program kantung persalinan sudah dibuat sejak tahun 1990, pemanfaatan program ini masih kurang. Sebagian besar puskesmas yang memiliki kantung persalinan belum menggunakannya dengan baik. Tantangan lain yang sering muncul adalah mekanisme berbagi informasi ibu hamil dari pustu, poskesdes, polindes dan posyandu tidak berjalan baik. Akibatnya, kantung persalinan di puskesmas hanya berisi data ibu hamil yang mengunjungi puskesmas dan tidak ada informasi tentang ibu hamil yang mengunjungi fasilitas kesehatan lain di wilayah puskesmas. Oleh karena itu, jalur pemberian dan pengambilan informasi ibu hamil perlu diperbaiki. Upaya perbaikan tersebut dapat dilakukan melalui pembuatan dan pelaksanaan SOP Kantung Persalinan serta memperjelas kewajiban dan tanggungjawab bidan koordinator, bidan puskesmas, dan bidan desa. Semua bidan perlu mendapat pelatihan tentang kantung persalinan. USAID Kinerja melalui organisasi mitranya membantu puskesmas mitra untuk mengoptimalkan penggunaan kantung persalinan. Setelah kerjasama ini berjalan Halaman 84 selama lebih dari tiga tahun, mulai terlihat perubahan dalam pemanfaatan kantung persalinan di puskesmas dan fasilitas kesehatan laun. Jika puskesmas memperbarui dan memanfaatkan informasi ibu hamil yang disediakan dalam kantung persalinan, para bidan dapat mempersiapkan pertolongan persalinan sejak dini. Para bidan juga lebih memahami kondisi kesehatan ibu di wilayah binaannya, dan mampu menyusun rencana dan kegiatan yang lebih tepat. Hal ini berarti bidan bisa bekerja dengan lebih efisien dan efektif, karena waktunya tidak terbuang-buang. Partisipasi masyarakat juga sangat penting untuk mendukung keberhasilan program kantung persalinan. Jika masyarakat mengetahui informasi ibu hamil berisiko tinggi di daerahnya, mereka dapat lebih siap siaga membantu persalinan ibu, seperti membantu transportasi dari rumah ke fasilitas kesehatan, mendampingi ibu saat bersalin jika tidak ada keluarga yang dapat mendampingi dan membantu ongkos persalinan. Keterlibatan masyarakat ini dapat dilakukan dengan mengundang perwakilan masyarakat yang tergabung dalam MSF ke lokakarya mini bulanan puskesmas. Melalui forum ini, puskesmas, dinas kesehatan dan masyarakat dapat membahas dan mencari solusi masalah kesehatan bersama-sama. Selain itu, perlu ada penanggungjawab yang bertugas memeriksa kantung persalinan setiap minggu dan memastikan data lengkap semua ibu hamil dan risikonya ada di dalam kantung. Bidan koordinator atau bidan lain dapat menjadi penanggungjawab program ini. Jika bidan tersebut menemukan masalah, mereka harus segera menindaklajutinya, seperti membahas tantangan tersebut di lokakarya mini, melakukan pelatihan ulang, atau memberikan teguran dan sanksi. Direkomendasikan kepada dinas kesehatan untuk mendampingi puskesmas dan fasilitas kesehatan lain untuk membuat, memperbarui dan memanfaatkan kantung persalinan untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Halaman 85 Puskesmas juga perlu melibatkan masyarakat untuk mengawasi penggunaan kantung persalinan dan memastikan mereka mendapat informasi tentang ibu hamil agar mereka lebih siap siaga menolong ibu bersalin. Informasi kontak Mahlil Ruby Health Specialist, USAID Kinerja email: drmahlilhotmail.com Halaman 86 Program kesehatan USAID Kinerja bekerjasama dengan pemerintah daerah dan puskesmas meningkatkan pelayanan kesehatan di tiga sektor: Persalinan Aman, ASI Eksklusif dan Inisasi Menyusui Dini, serta Manajemen Puskesmas. Pengelolaan Pengaduan: Sarana Meningkatkan Kualitas Pelayanan dan Manajemen Puskesmas Pengelolaan Pengaduan: Sarana Meningkatkan Kualitas Pelayanan dan Manajemen Puskesmas Situasi sebelum program dilakukan Untuk mendukung keterbukaan dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan pelayanan fasilitas kesehatan, puskesmas wajib mengembangkan mekanisme pengaduan untuk mempermudah penyampaian pengaduan atau saran dari masyarakat. Pengguna layanan seharusnya mendapat kesempatan untuk menyampaikan pengaduannya terkait dengan pelayanan kesehatan yang mereka terima. Namun demikian, belum semua Puskesmas di Indonesia melakukannya, baik karena hambatan dari sisi puskesmas itu sendiri maupun dari masyarakat, seperti:

1. Tidak ada mekanisme pengaduan. Masih banyak puskesmas tidak