Kerjasama KUA dan Puskesmas: Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh

Banyak puskesmas tidak memiliki rencana tertulis untuk promosi ASI. Penyebaran informasi tentang ASI masih terbatas dilakukan secara lisan di posyandu dan jarang melibatkan masyarakat. Untuk itu, USAID-Kinerja membantu pemerintah daerah meningkatkan promosi kesehatan dengan partisipasi berbagai pihak di luar sektor kesehatan. Tulisan ini mengupas upaya promosi ASI eksklusif, termasuk inisiasi menyusui dini IMD di empat daerah mitra USAID-Kinerja: Kabupaten Bener Meriah di Aceh, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Probolinggo di Jawa Timur, serta Kota Makassar di Sulawesi Selatan. Tingkat pemberian ASI ekslusif di empat daerah ini tahun 2010 masih relatif rendah. Di Bener Meriah, hanya 40 anak di bawah umur 2 tahun yang mendapat ASI ekslusif. Sementara itu, tingkat pemberian ASI di Tulungagung adalah 52,5; Kabupaten Probolinggo 34; serta Kota Makassar 59. Bentuk inovasi Setiap daerah mitra USAID-Kinerja memilih pendekatan yang berbeda untuk mempromosikanASI eksklusif sesuai dengan konteks lokal.

a. Kerjasama KUA dan Puskesmas: Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh

Sebelum program Kinerja, masyarakat di Kabupaten Bener Meriah, Aceh sejak dulu percaya terhadap mitos bahwa ASI mengandung bakteri buruk kepercayaan ini juga disebut dena dalam bahasa setempat sehingga hampir semua ibu di daerah ini memberikan susu formula kepada bayinya dan beberapa memberikan air beras sebagai makanan tambahan. Kepercayaan dena ini menyebabkan banyak ibu bersalin menolak saran bidan untuk melakukan inisiasi menyusu dini IMD dari bidan. Para ibu memutuskan untuk membuang ASI pertama kolostrum karena dianggap basi, dan memutuskan untuk tidak menyusui bayinya. Halaman 30 Selain kepercayaan lokal yang kuat, masyarakat di Bener Meriah belum memahami manfaat ASI untuk kesehatan bayi dan kurangnya penjelasan bidan desa tentang ASI kepada ibu hamil. Kondisi ini menyebabkan banyak bayi dan anak rentan terhadap berbagai penyakit seperti diare karena kekebalan tubuh mereka imunitas rendah dan akibat susu formula yang mudah tercemar dengan bakteri. Salah satu strategi untuk mendorong dan membantu para ibu untuk menyusui adalah menambahkan materi IMD dan ASI eksklusif dalam kursus wajib calon pengantin suscatin yang diselenggarakan oleh Kantor Urusan Agama KUA setempat. Sejak tahun 2013, tenaga kesehatan kepala puskesmas dan bidan koordinator dan kepala KUA kecamatan terlibat dalam suscatin. Mereka menjelaskan tentang manfaat ASI dan IMD serta kajian fiqhnya kepada semua pasangan muslim yang akan menikah. Kajian fiqh ini dirumuskan bersama oleh Majelis Permusyawaratan Ulama MPU Kabupaten, Dinas Syariat Islam, Kementerian Agama Kabupaten, Kantor Urusan Agama, Dinas Kesehatan, Puskesmas serta perwakilan tokoh masyarakat. Suscatin dilakukan di tingkat kecamatan dalam periode tertentu. Setiap calon pengantin akan mengikuti kursus selama satu minggu sebelum jadwal pernikahan berlangsung Gambar 1. Edukasi ASI Eksklusif dan IMD dilakukan sejak sebelum pernikahan kepada calon ibu. Halaman 31 Gambar 2. Publikasi larangan promosi dan penjualan susu formula di Puskesmas Kauman. sesuai dengan tanggal yang diajukan keluarga. Sejak awal tahun 2014 hingga September 2014, Bener Meriah telah melaksanakan lima kali suscatin. Sejak April 2013 hingga September 2014, semua pasangan yang mengikuti suscatin di ketiga kecamatan mitra Kinerja Kec. Bukit, Kec. Bandar, dan Kec. Permata telah mendapat informasi lengkap tentang kesehatan ibu dan anak, persiapan kehamilan dan persalinan, dan pentingnya IMD dan ASI Ekslusif. Semua pasangan juga mendapatkan buku saku fiqih ASI yang dicetak oleh KUA Bener Meriah. Buku saku ini juga tersedia di Puskesmas untuk dibaca ibu-ibu.

b. Pelarangan Susu Formula: Puskesmas Beji, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur