Piutang Pembiayaan Konsumen Mandiri - Investor Relations - Audited Financials

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain Lampiran 537 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan r. Aset Tetap dan Aset Sewa Guna Usaha lanjutan ii. Aset Sewa Guna Usaha lanjutan Berdasarkan PSAK 30 Revisi 2011, dalam sewa pembiayaan, Bank dan Anak Perusahaan mengakui aset dan liabilitas dalam laporan posisi keuangan konsolidasian pada awal masa sewa, sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar. Pembayaran sewa dipisahkan antara bagian yang merupakan beban keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan liabilitas sewa. Beban keuangan dialokasikan pada setiap periode selama masa sewa, sehingga menghasilkan tingkat suku bunga periodik yang konstan atas saldo liabilitas. Beban keuangan dicatat dalam laporan laba rugi konsolidasian. Aset sewa guna usaha disajikan sebagai bagian aset tetap disusutkan selama jangka waktu yang lebih pendek antara umur manfaat aset sewa guna usaha dan periode masa sewa, jika tidak ada kepastian yang memadai bahwa Bank akan mendapatkan hak kepemilikan pada akhir masa sewa. Dalam sewa operasi, Bank mengakui pembayaran sewa sebagai beban dengan dasar garis lurus straight-line basis selama masa sewa. Jika suatu perjanjian sewa mengandung elemen tanah dan bangunan, maka Bank menilai klasifikasi dari setiap elemen tersebut sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi secara terpisah.

s. Penyertaan Saham

Penyertaan saham merupakan investasi jangka panjang pada perusahaan non-publik serta penyertaan sementara pada perusahaan debitur yang timbul akibat konversi kredit yang diberikan. Penyertaan saham di perusahaan asosiasi dengan persentase kepemilikan 20,00 sampai dengan 50,00 dicatat dengan metode ekuitas yaitu penyertaan dicatat sebesar biaya perolehan disesuaikan dengan bagian Bank atas ekuitas perusahaan asosiasi dan dikurangi dengan penerimaan dividen sejak tanggal perolehan, dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai. Penyertaan sementara dihapus buku dari laporan posisi keuangan konsolidasian apabila telah melampaui jangka waktu 5 tahun sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 72PBI2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang “Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum”, sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 1122009 tanggal 29 Januari 2009. Sejak 24 Oktober 2012, Grup mengikuti PBI No. 1415PBI2012 tanggal 24 Oktober 2012 tentang “Penilaian Kualitas Aset Bank Umum”. Penyertaan saham di bawah 20,00 diklasifikasikan sebagai aset keuangan tersedia untuk dijual. Lihat Catatan 2c untuk kebijakan akuntansi atas aset keuangan tersedia untuk dijual. Goodwill diakui apabila terdapat selisih lebih antara harga perolehan dan bagian Bank atas nilai wajar aset dan liabilitas yang dapat diidentifikasi pada tanggal akuisisi dan disajikan sebagai aset lain-lain. Dengan diberlakukannya PSAK 22 Revisi 2010 “Kombinasi Bisnis”, sejak 1 Januari 2011, nilai tercatat goodwill per 31 Desember 2010 yang timbul dari akuisisi sebelum 1 Januari 2011 tidak diamortisasi lagi, namun dilakukan evaluasi penurunan nilainya secara berkala. Sebelum 1 Januari 2011, Goodwill diamortisasi sebagai beban selama masa manfaatnya dengan menggunakan metode garis lurus, kecuali terdapat metode lain yang dianggap lebih tepat pada keadaan tertentu. Periode amortisasi goodwill adalah lima tahun, namun periode amortisasi yang lebih panjang maksimum 20 tahun dapat digunakan apabila terdapat dasar yang tepat. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain Lampiran 538 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan t. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Non-Produktif Aset non-produktif adalah aset Bank dan Anak Perusahaan, antara lain dalam bentuk agunan yang diambil alih, properti terbengkalai, rekening antar kantor dan suspense account. Sejak tanggal 1 Januari 2011, Bank membentuk cadangan kerugian penurunan nilai atas agunan yang diambil-alih dan properti terbengkalai pada nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat dan nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual. Sedangkan untuk rekening antar kantor dan suspense account, pada nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat dan nilai pemulihan.

u. Tagihan dan Liabilitas Akseptasi

Tagihan akseptasi diklasifikasikan sebagai aset keuangan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang. Lihat Catatan 2c untuk kebijakan akuntansi atas aset keuangan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang. Liabilitas akseptasi diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi. Lihat Catatan 2c untuk kebijakan akuntansi atas liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi.

v. Aset Lain-lain

Aset lain-lain antara lain terdiri dari pendapatan bunga, provisi dan komisi yang masih akan diterima, tagihan, agunan yang diambil alih, properti terbengkalai, rekening antar kantor dan lain- lain. Agunan yang diambil alih AYDA adalah aset yang diperoleh Bank Mandiri dan Anak Perusahaan, baik melalui pelelangan maupun diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual diluar lelang dari pemilik agunan dalam hal debitur tidak memenuhi liabilitasnya kepada Bank Mandiri dan Anak Perusahaan. AYDA merupakan jaminan kredit yang diberikan yang telah diambil alih sebagai bagian dari penyelesaian kredit yang diberikan dan disajikan pada “Aset Lain-lain“. Aset yang tidak digunakan properti terbengkalai adalah aset tetap dalam bentuk properti yang dimiliki Bank Mandiri dan Anak Perusahaan, dimana bagian properti tersebut secara mayoritas tidak digunakan untuk kegiatan usaha operasional Bank Mandiri dan Anak Perusahaan. AYDA dan properti terbengkalai disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi net realisable value. Nilai bersih yang dapat direalisasi adalah nilai wajar agunan yang diambil alih dikurangi dengan estimasi biaya untuk menjual AYDA tersebut. Kelebihan saldo kredit yang diberikan yang belum dilunasi oleh debitur di atas nilai dari AYDA, dibebankan terhadap cadangan kerugian penurunan nilai kredit yang diberikan. Selisih antara nilai bersih yang dapat direalisasi dengan hasil penjualan AYDA diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada tahun berjalan pada saat dijual. Beban-beban yang berkaitan dengan pemeliharaan AYDA dan properti terbengkalai dibebankan ke laporan laba rugi konsolidasian tahun berjalan pada saat terjadinya. Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka nilai tercatatnya dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian tahun berjalan. Lihat Catatan 2t untuk perubahan kebijakan akuntansi atas penyisihan kerugian AYDA dan properti terbengkalai.